"Ajari aku bagaimana caranya menerima
keadaan tanpa membenci kenyataan."
_Alvaro Dylan Abhimanyu_
Alvaro Dylan Abhimanyu, pemuda tampan dengan manik hitam, hidung mancung, rahang tegas dan kulit putih itu berhenti didepan rumah mewah kediaman Abhimanyu, rumah yang menjadi neraka baginya.setelah sekian lama ia tinggal di apartemen akhirnya ia kembali lagi ke rumah itu atas desakan orang tuanya.
Dengan malas ia memencet bel rumah, belum sampai lima menit pintu itu sudah dibuka oleh seorang pelayan.
"Eh den Varo udah pulang" sambut pelayan itu.
Varo tak membalas ucapan sang pelayan, ia masuk tanpa seucap kata pun sampai matanya bertemu dengan Vicky Abhimanyu papanya dan Delisa Abhimanyu Mamanya yang kini duduk anggun sembari menyilangkan kakinya.
"Ada apa papa manggil Varo kesini?"
"Akhirnya kamu pulang juga Varo, gimana sekolah kamu?" tanya Vicky basa-basi.
Varo menghela nafas berat, lalu matanya melirik tajam Vicky. "To the point aja papa mau ngomong apa suruh Varo kesini"
"Lihatlah Delisa ini hasil didikan kamu anak saya jadi nggak punya sopan santun!"
Delisa yang tak mau disalahkan pun membalas ucapan Vicky. "Papa kenapa selalu saja nyalahin Mama!, bukannya papa sendiri yang didik Varo terlalu keras makanya anak kita jadi begini!"
"DIAM KAMU DELISA!"
Varo mengepalkan kedua tangannya kala melihat orang tuanya bertengkar, padahal baru saja ia sampai kerumah.
"Kalau kalian mau terus bertengkar silahkan!, Udah nggak ada yang mau diomongin kan kalo gitu Varo pergi sekarang"
Baru hendak melangkahkan kakinya pergi Delisa menahan tangan Varo..
"Tunggu Varo, maafin mama sama papa" Delisa melirik tajam Vicky lalu mengajak Varo ke meja makan. "Kita ngobrol sambil makan aja ya"
Di meja makan suasana tampak hening, tak ada yang membuka pembicaraan sampai akhirnya Delisa membuka obrolan.
"Gimana masakan Mama enak kan?" tanyanya sembari mengulas senyum.
Varo tak menjawab ia hanya menganggukan kepalanya, Delisa tampak kecewa namun tak urung ia kembali tersenyum.
Sekilas Vicky melirik Varo yang masih fokus ke makanannya lalu membuka suara. "To the point saya mau kamu tinggal disini Varo, dan ini perintah kamu tidak bisa menolak!"
Mendengar itu Varo reflek melepas sendok dan Garpu nya lalu menatap datar Vicky. "Varo nggak mau-"
"Kalo kamu nggak mau semua Vasilitas kamu saya cabut, termasuk apartemen yang kamu tempati" Ancam Vicky.
Varo memejamkan matanya, Vicky memang tak main-main dengan ucapannya. "Kalau gitu Varo akan cari kerja sendiri!"
Mendapat jawaban seperti itu dari Varo, Vicky tertawa meremehkan. namun sekejap ekspresi nya berubah seperti biasanya berwibawa dan arogan.
"Memangnya ada yang mau menerima anak sekolahan seperti kamu bekerja?, lagipula jikalaupun ada saya tidak akan segan menghancurkan tempat kamu bekerja, jadi gimana itu sama saja kamu membuat orang lain kehilangan penghasilannya"
Lagi-lagi Varo terdiam, mau tak mau ia harus menuruti kehendak papanya kalau sudah begini.
"Baik, Varo akan tinggal disini sekarang"
Melihat kekalahan Varo, Vicky tersenyum sinis. Dengan kekuasaannya ia bahkan bisa mengatur hidup anaknya.
"Udah kan kalau gitu Varo mau pergi dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Fiksi Remaja"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...