Di atas atap gedung kosong Delta terus mengawasi Anaies dari belakang. Terlihat Anaies kini sudah tenang dengan kedua matanya yang tertuju pada langit sore menjelang malam. Suasana di sana tampak sunyi, hanya ada suara napas Anaies dan Delta diiringi hembusan angin yang semakin lama semakin terasa dingin. Anaies memperhatikan langit tersebut dengan pikiran kosong seraya mengusap beberapa kali lengan kirinya, ia merasa kedinginan padahal saat ini dirinya memaki baju lengan panjang.
Puk
Delta menyampirkan jas hitam yang telah dilepasnya ke bahu Anaies. Dia ini memang pengawal pribadi yang sangat peka terhadap nonanya. Setelah merasakan hangat dan lembutnya jas Delta yang tersampir di kedua bahunya, Anaies menoleh ke arah lelaki yang sudah berdiri tepat di sebelahnya. Anaies memberi senyum tipis dan hal itu membuat Delta lagi-lagi merasakan gejolak aneh dalam dirinya.
"Ayo pulang, Delta...Kakek pasti cemas kalau aku terlalu lama di luar."
Setelah mendengar hal itu Delta mengangguk lalu mereka berdua pun berjalan pergi dari gedung kosong tersebut. Delta membuka pintu mobil untuk Anaies dan gadis itu pun langsung masuk ke dalam mobil beserta Delta yang berjalan sedikit memutar dan akhirnya ikut masuk. Delta langsung menyalakan mesin dan mengendarai mobil menuju kediaman khusus Herantio.
Beberapa menit kemudian Delta memarkirkan mobil tersebut di parkiran khusus kediaman Herantio. Setelahnya Anaies dan Delta keluar dari mobil dan masuk ke dalam sebuah mansion yang sangat luas. Para maid yang sudah terlatih dan terbiasa itupun langsung membungkuk hormat begitu Anaies masuk.
"Tuan menunggu nona di ruang makan." ucap salah satu maid.
"Terima kasih" Anaies langsung melangkahkan kakinya menuju ruang makan diikuti Delta dari arah belakang.
"Duduk dan makanlah! kakek sudah tahu apa yang terjadi kepadamu hari ini." ujar Kakek Praja setelah cucu perempuannya masuk ke dalam ruang makan.
Kakek Praja melirik Delta dan memberi isyarat agar Delta boleh pergi. Delta yang mengerti langsung mengangguk patuh dan segera pergi meninggalkan sepasang kakek dan cucu tersebut di ruang makan.
Beralih kepada Anaies, gadis itu saat ini mengambil sedikit nasi berserta lauk-pauk ke atas piringnya. Anaies melihat sejenak ke wajah sang kakek yang terus memperhatikan dirinya, hal itu membuat Anaies tersenyum untuk memperlihatkan dirinya baik-baik saja. Setelah itu Anaies berdoa dan mulai menyantap hidangan di piringnya.
"Kakek minta besok malam kamu datang ke kediaman utama."
Mata Anaies membulat sempurna, ia menatap sang kakek dengan wajah pucat dan tangannya yang memegang sendok dan garpu bergetar.
"Ana, kakek tahu apa yang kamu takutkan tapi kakek ingin kamu mencoba untuk melawannya. Tolong datanglah nak, besok adalah hari penting untuk kakek. Kamu tidak lupa kan?"
Anaies menunduk, sendoknya ia gunakan untuk mengaduk-ngaduk makanan di atas piringnya. Tentu saja ia ingat. Besok adalah hari ulang tahun pernikahan Kakek dan Neneknya. Anaies setuju dengan ucapan sang kakek bahwa ia harus mencoba melawan rasa takutnya namun apakah nanti di sana ia bisa melakukan itu? apakah nanti Anaies mampu menahan rasa takut saat bertemu kembali dengan orang tuanya? apakah.. Anaies mampu kuat menahan tatapan-tatapan yang pernah ia dapatkan ketika masih kecil?
Kakek Praja menyesap air dari gelasnya begitu beliau selesai menghabiskan makanan.
"Kakek berharap kamu datang, nak. Soal Dav, kakek akan urus dia. Tentu saja kalau kamu datang, kamu tidak sendiri karena kakek memilih Delta untuk menjadi pengawalmu bukan tanpa alasan."
Anaies melirik sang kakek dan mencoba tersenyum. Ia harus datang, pikirnya. Kakek ingin dirinya datang maka Anaies HARUS memenuhi keinginan kakeknya. Anaies akan mencoba yang terbaik untuk mengatasi ketakutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
JugendliteraturWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...