"Lepas!" Anaies memberontak, tangannya terus mencoba mendorong dada bidang Dav walapun dirinya gemetaran.
"Calm down, cutie. I just want you to be with me and we can talk, maybe?"
"Lepas! aku bilang lepas!"
Dav semakin mencengram pinggang Anaies dan mendorong punggung gadis itu kuat ke arahnya sehingga jarak wajah mereka sangat-sangat dekat.
"I miss you, cutie. Don't you miss me too?"
Anaies memalingkan wajah agar bibir mereka tidak dapat bersentuhan, kedua tangannya terus berusaha agar dirinya bisa segera lepas dari Dav. Anaies terus memukul dada lelaki itu agar dia mau melepaskannya.
Satu tangan Dav mengusap rambut belakang Anaies dan satu tangan lainnya semakin erat menahan pinggang gadis itu.
"Sst! Don't fight me, cutie. Your little hand never can hurt me and i won't let you go so easily!"
Oh Tuhan! lelaki kurang ajar itu semakin membuat ingatan Anaies tertarik kembali ke masa lampau. Pusing yang beberapa menit lalu telah hilang, ia rasakan lagi sekarang. Damn!
"You look so hot right now, cutie! please tell me, am i scaring you?"
"Dav..hentikan!" Anaies mencengram rambutnya sendiri kuat karena rasa sakit itu kembali. "Lepaskan aku!"
"No! gue gak bisa lepas lo, gue menunggu momen ini agar bisa bersama lo, An."
"Le..pas.." rasanya kepala Anaies seperti ditusuk-tusuk oleh paku. Sangat sakit! air matanya kini sudah turun membasahi pipinya, tangannya mencoba mendorong Dav lagi namun tetap sia-sia.
"Oh? no, no, please! don't cry, baby!" Dav melonggarkan lengannya yang melingkar di pinggang Anaies.
Mendapat sebuah celah, Anaies dengan cepat mendorong kuat tubuh Dav dan kali ini berhasil. Anaies menghapus air matanya yang terus mengucur sembari menahan rasa sakit kepalanya, ia berlari cepat.
"Delta.." gumamnya seraya mencari keberadaan pengawalnya itu.
"Wait! cutie! hey, don't run away like that!"
Dav tampak mengejar gadis itu lalu ketika dia hampir berhasil meraih lengan Anaies untuk menarik gadis itu kembali padanya, tubuh Anaies tertarik lebih lebih dulu tepat ke depan dan kini disembunyikan di belakang tubuh lelaki yang Dav tahu siapa lelaki tersebut.
Rahang Dav mengeras dan tatapannya marah, "She's mine. Get away!"
Delta merasa jas hitam belakangnya dicengkram kuat dan dia dapat merasakan Anaies yang gemetar ketakutan. Sial! lagi-lagi, Dav membuat Anaies seperti ini.
"Mohon maaf, tuan muda. Nona Anaies bukan barang dan bukan milik anda."
"Gue bilang, minggir!" Dav mencoba menarik Anaies namun dengan sigap Delta menghalangi.
"Tuan Dav, tolong hentikan. Jangan buat keributan di acara ini! Nona Anaies tidak ingin bertemu atau berbicara dengan anda!" usai mengatakan itu Delta membalikkan tubuhnya menghadap Anaies lalu berbicara lembut untuk menenangkan gadis itu.
"Nona, mohon segera pergi. Aslam dan Arkan melindungi nona, saya akan menyusul."
"T-ta-p-pi—"
"Nona, mohon kali ini dengarkan saya."
Anaies yang masih bercucuran air mata itu mengangguk ragu kemudian berlari ke tempat Aslam dan Arkan berada. Sementara itu, Delta kini berhadapan dengan Dav lagi.
"Selalu lo! kenapa lo halangi gue buat bersama Anaies sih, bajingan!?"
Baru saja Dav ingin melangkahkan kaki untuk menyusul Anaies, lengannya dicengkram sangat kuat. Delta menatap Dav begitu tajam seolah dirinya ingin menghabisinya saat ini juga.
"Tolong berhenti tuan! jangan memaksakan kehendak anda untuk bertemu dan berbicara dengan Nona Anaies!"
Dav berdecih lalu menghempaskan tangan Delta tak kalah kuat. Dia balas menatap tajam lelaki yang merupakan pengawal Anaies tersebut.
"Lo bukan siapa-siapa Anaies! dan dia juga bukan siapa-siapa lo! dia itu hanya nona lo!"
Delta hampir tersulut emosi jika saja dia tidak pandai menahan diri. Saat ini Delta memberi smirk yang membuat Dav jengkel apa lagi mendengar ucapan Delta yang sangat membuat Dav naik pitam.
"Anda benar. Saya hanya pengawal Nona Anaies dan beliau adalah nona saya. Tapi yang perlu anda tahu, bahwa Nona Anaies adalah orang yang akan selalu saya jaga,"
"Saya akan selalu ada untuknya, wajah anda dan perilaku anda saat ini membuat nona saya kembali teringat kejadian saat anda pernah—!" Delta menghela napas mencoba menenangkan emosinya.
"You better stop! don't you dare..talk to her or try to touch her again!" tidak melanjutkan kalimatnya, Delta berdesis geram kemudian melangkahkan kaki melewati Dav dan segera menyusul Anaies.
Di sisi lain, kepala Anaies masih terasa semakin sakit. Ketika dirinya hampir dekat ke arah Arkan dan Aslam, kakinya sangat lemas dan hampir saja membentur lantai jika saja Arkan tidak melesat cepat untuk meraih tubuh mungil Anaies.
"Nona! nona merasa sakit?" tanya Aslam yang menghampiri.
Saat ini posisi Anaies berada dalam gendongan Arkan. Anaies masih sadar, namun tubuhnya benar-benar lemas dan kepalanya sangat sakit sehingga ia hanya bisa mengangguk perlahan.
Tanpa aba-aba, Arkan terkejut saat Delta datang dengan sorot mata memerah dan langsung mengambil alih tubuh Anaies.
"Arkan, kamu pergi dan temui Tuan Praja. Katakan semuanya yang terjadi pada Nona Anaies dan katakan saya membawanya pulang."
"Baik!"
"Aslam, urus tuan muda!"
Aslam yang memahami maksud Delta tersebut mengangguk kemudian pergi ke suatu tempat. Tempat yang akan mempertemukan dirinya dengan orang yang dibencinya karena telah merenggut sesuatu yang berharga darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Teen FictionWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...