"D-delta.." Anaies mulai cukup tenang dan mencoba melepas dekapan Delta namun sang empu justru mempererat kemudian berbisik halus. Sebuah bisikan yang mampu membuat Anaies kembali ke kenyataan.
"I'm right here. Tarik nafas panjang lalu buang, itu akan membantu kamu agar lebih tenang."
Anaies mengikuti ucapan Delta. Mulai dari menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya. Ia lakukan itu lima kali sampai tangan Anaies mulai mengusap lengan Delta yang memeluknya.
"Kamu bisa lepaskan aku. Aku sudah merasa lebih baik, Delta."
Delta masih enggan melepas Anaies. Tubuh Anaies dalam dekapannya masih gemetaran. Delta tahu kalimat Anaies tadi hanya agar dirinya tidak memikirkan lebih jauh keadaan sebenarnya gadis itu.
"Delta.."
"Janji terlebih dulu." Delta mengusap surai Anaies, lengannya semakin merengkuh dalam tubuh mungil yang selalu rapuh itu.
"Janji apa?" tanya Anaies yang kali ini berputar dan membalas pelukan suaminya. Anaies membiarkan telinganya menyatu dengan detak jantung Delta yang kian berpacu.
"Jangan lari seperti tadi. Kalau kamu memang belum siap untuk memaafkan maka jangan maafkan. Kalau kamu takut dan mulai berpikiran aneh, tolong panggil aku. Janji kalau kamu gak akan lari seperti tadi. Janji gak akan pernah berpikiran untuk pergi. Aku suami kamu, Ana. Kamu takut, aku lebih takut. Kamu sakit, aku lebih sakit. Jadi tolong, janji sama aku kalau kamu gak akan lari ke tempat berbahaya seperti ini. Aku hampir aja gila karena berpikiran kamu akan melukai diri kamu sendiri, Anaies!" Delta mencium puncak kepala istrinya yang sudah tidak gemetar lagi. Anaies mengangguk dan mengusap pungggung Delta begitupun sebaliknya.
"Maaf Delta, aku selalu menyusahkan kamu." Anaies kini merasa bersalah karena suaminya yang seharusnya istirahat justru menyusulnya ke atas atap rumah sakit.
"Jangan minta maaf soal itu. Kamu istri aku, Anaies." bisik Delta.
"An." Rehan muncul bersama Arkan dengan raut wajah yang sangat khawatir namun berakhir lega ketika melihat Anaies bersama Delta.
Delta dan Anaies menoleh pada keduanya terutama Rehan.
"Bisa kamu lepas?" bisik Anaies karena Delta belum mau melepas pelukannya.
Delta menghela nafas dan menuruti permintaan Anaies.
"An, gue..." Rehan mendekat tapi setelahnya berhenti dan menunduk. "Maaf, An." katanya dengan nada penuh penyesalan yang teramat dalam.
Delta mengamit tangan Anaies seakan memberi kekuatan agar istrinya itu tidak perlu takut apapun karena ada dirinya sekarang.
Anaies melihat ketulusan Rehan yang meminta maaf padanya lantas tersenyum. Mungkin hatinya masih berat untuk melupakan semua kejadian yang bertahun-tahun menjadi bayang dan mimpi kelamnya namun Anaies kini bersama Delta.
Seseorang yang mencintai Anaies tanpa syarat dan menerimanya, tak perduli dirinya seperti apa. Anaies berada di sisi Delta dengan status sah sebagai istrinya. Anaies rasa sudah waktunya ia membuka hati. Permintaan maaf Rehan mungkin akan menjadi salah satu penyembuh agar luka lamanya hilang.
"Rehan."
Rehan mendongak dan bertatapan dengan sepupunya. Lelaki itu kian merasa bersalah setelah tahu kalau selama ini Anaies pasti merasa sakit akibat perbuatan keji keluarganya sendiri, termasuk dirinya.
Anaies mengeratkan tangannya yang teramit pada jemari Delta. Seraya tersenyum, Anaies mengucapkan kalimat yang membuat Rehan seakan terlepas dari dosa dan penyesalan yang selama ini dia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Teen FictionWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...