"Lepas! lepasin gue!" Livi memberontak kala dirinya ditarik oleh pria berjas hitam—Darsa—menuju pintu utama.
"Hentikan." suara Nenek Erdhanti terdengar dan Darsa pun berhenti untuk menatap sang nyonya.
"Mohon maaf, nyonya. Ini perintah dari Tuan Praja. Saya harus menjalankan perintah beliau."
"Kamu mau bawa kemana cucu saya? apa salahnya sehingga suami saya menyuruhmu untuk membawanya?"
"Saya tidak diperkenankan untuk memberi tahu anda, nyonya. Saya permisi."
"Nenek! nek, tolong Livy!" pekik Livy ketika Darsa kembali menariknya.
Nenek Erdhanti menghela napas dan memberi gelengan pada Livy, memberi tahu jika gadis itu harus menurut dan mengikuti Darsa saja. Bagaimanapun juga dia tahu kalau suaminya itu berniat menghukum Livy karena telah melepas Dav untuk kedua kalinya. Yah, meskipun itu terjadi karena dirinya juga.
"NEK! NENEK!!!"
Perlahan-lahan suara dan sosok Livy menghilang dari pandangan karena telah dibawa pergi oleh Darsa. Nenek Erdhanti dengan langkah lebar kembali ke ruangannya. Dia harus segera menyuruh bawahannya agar Dav berhenti melakukan sesuatu yang gila di sana. Jangan sampai suaminya mengirim lebih banyak orang demi menghentikan aksi Dav. Itu bisa membuat cucu laki-laki kesayangannya dalam bahaya. Nenek Erdhanti butuh Dav demi mengendalikan Keluarga Herantio.
"Apa yang terjadi di sana?" Nenek Erdhanti sedang berbicara pada salah satu anak buahnya yang menyamar sebagai anak buah Darius, putranya.
"....."
"Hentikan dia. Suami saya akan segera mengirim banyak orang ke sana. Kalian harus menghentikan Dav bagaimanapun caranya dan bawa cucu saya itu kembali ke rumah ini."
Setelah mengatakan itu Nenek Erdhanti mematikan sambungan telepon dan bersandar di kursinya.
Tak berselang lama dering ponsel kembali terdengar. Nenek Erdhanti mendengus kala melihat nama siapa yang tertera.
"Ada apa?"
"Nyonya! tolong—tolong saya!!!"
Nenek Erdhanti mengeryit. "Kenapa kamu? apa yang terjadi?"
"Nyonya, tolong..segera tolong saya—ARGHH!! NYONYA...AKH...HAHH...To..lo..ng...sa..—"
Tut!
Nener Erdhanti memucat. Hancur sudah. Suaminya telah mengetahui semuanya. Dapat dipastikan, pengacara yang mengurus surat untuk ahli waris yang dia siapkan telah mati di tangan salah seorang bawahan suaminya sendiri.
Tidak. Ini belum terlambat, pikirnya. Nenek Erdhanti pun bergegas pergi ke tempat anak sulungnya. Darius, anaknya itu harus membantunya.
🌹🌹🌹Anaies🌹🌹🌹
Sebuah tembakan dan peluru yang melayang cepat itu meleset ke arah lain dan salah satu senjata api terlepas dari tangan seseorang, terlempar jauh di lantai.
"Wah. Memang lo yang selalu merepotkan gue, Delta." Dav mendengus kemudian menoleh ke luar mansion dan memberi isyarat pada beberapa orang atas perintahnya saat ini masuk dan segera menyuruh mereka menahan Delta dan Bunda Anita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Teen FictionWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...