26 : AN APOLOGY

236 21 14
                                    

Flashback ON

Semua anak kecil di Keluarga Herantio sedang berkumpul di ruang keluarga karena ada acara khusus.

Sebuah acara dimana Kakek Praja akan bertanya tiga pertanyaan sulit tentang apapun itu kepada cucu-cucunya.

Di usia 8 tahun, Anaies mampu menjawab ketiga pertanyaan dengan benar. Semua sepupunya tidak menyukai keberhasilan Anaies dalam acara itu.

Dav yang berusia 11 tahun menatap tajam ke arah Anaies yang ditarik naik ke atas pangkuan Kakek Praja. Begitu pula Rehan, dia tampak mendengus dan memutar bola matanya malas.

Livy tak kalah geram. Gadis kecil itu memutar otak mati-matian untuk membalas Anaies karena sepupunya itu terlihat menyebalkan menurutnya.

Terlalu cerdas, lemah lembut, serta sangat disayangi semua orang. Anaies menjadi gadis kecil yang dibenci oleh para sepupunya sendiri di Keluarga Herantio.

Selesai acara tersebut, Dav kembali ke kamarnya duluan. Melihat gelagat aneh putranya, Darius pamit pada semua orang untuk menyusul putra kesayangannya.

"Dav." Darius masuk ke dalam kamar Dav dan langsung menepuk pundak putranya.

"Gak apa-apa, Dav tapi lain kali harus berhasil kalahin Anaies."

Dav spontan berteriak, "Papa itu nyemangatin aku apa maksa aku buat berhasil?! aku capek, pa! capek! setiap hari les demi nilai terbaik di sekolah dan demi berhasil di acara kayak gini tiap tahun!"

"Papa nyemangatin kamu! harusnya kamu gak lemah kayak gini Dav! kamu itu laki-laki, jangan mau kalah terus sama gadis itu!"

Bermuka dua. Sebutan itu pantas untuk Darius. Di depan semua orang termasuk Anaies, Darius begitu bangga dan sayang pada Anaies, keponakannya. Tapi nyatanya tidak.

Di belakang, Darius memaksa putranya sendiri untuk mengalahkan keponakannya. Menurut Darius, bagaimanapun juga penetapan ahli waris tidak boleh sampai Anaies. Harus Dav, putranya.

"Aku capek!" Dav mendesah pasrah. Dia tidak punta tenaga untuk meladeni omong kosong yang sangat gila dari bibir ayahnya.

"Papa tahu. Kamu istirahat dulu, nanti malam kamu harus belajar. Papa akan tes nanti."

Usai mengatakan itu Darius meninggalkan Dav di dalam kamarnya dan anak berusia 11 tahun itu mulai membanting seluruh benda yanga ada di jangkauannya.

Dav berteriak seperti kesetanan dan terus menyebut nama Anaies penuh dengan kebencian. Sampai akhirnya pintu kamar Dav yang tadinya tertutup tiba-tiba terbuka.

"Kak Dav, ini dari Ana." Dav yang posisinya sudah duduk di lantai dengan wajah marah menoleh dan langsung berdiri.

"Semua gara-gara lo! gara-gara lo, sialan!" Dav melampiaskan kemurkaannya langsung di depan wajah Anaies.

Anaies mundur seketika. Tangannya yang memegang sebuah bingkisan gemetaran. Matanya memanas. Ia tidak pernah melihat Dav seperti ini sebelumnya.

Anaies tahu kalau Dav memang sering menjahilinya tapi sekarang sepupu laki-lakinya itu terlihat sangat marah dan menyeramkan.

"Semua karena lo! lo selalu aja berhasil ambil apa yang seharusnya milik gue! kenapa?!" bentak Dav.

"Kak Dav..Ana...gak..gitu." mata Anaies mulai berair.

"Kasih pelajaran aja, kak!" Livy tiba-tiba muncul bersama Rehan.

"Gue punya ide." Rehan berucap sembari melirik Anaies yang semakin ketakutan.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang