"Pergi...aku bilang pergi....hiks...pergi..." Anaies terus menangis dengan mata terpejam karena rambutnya tertarik sangat kuat dan makin kuat saat ini. Sang pelaku menajamkan mata dan melepas tangan dari rambutnya lalu mencekik rahang Anaies.
"Hiks...a-akh...hah..."
Dav sudah hilang akal. Emosinya memuncak dan terus memandangi wajah Anaies yang masih menangis dan berusaha bernafas.
"Lihat aku, Anaies!!!"
Anaies menggeleng dan berusaha melepaskan diri tapi rahangnya semakin di remas oleh tangan kekar sepupunya itu.
"Kenapa kamu selalu berusaha lepas dari aku, An? aku sayang kamu! aku cinta kamu! kita harusnya bersama! kenapa!? kenapa kamu selalu ingin lari dan lepas dari aku?!"
Mata Anaies terbuka sedikit dengan mulutnya yang mulai menganga dan berusaha mengambil nafas. Kakinya sudah berjinjit tinggi agar cekikan di rahangnya tak sepenuhnya membuat pasokan udaranya hilang.
"a-ag-gh...hah..L-le-p-as...h-ha..gh.."
"Nona!" Arkan melesat cepat kemudian menghempaskan tubuh dan tangan Dav dari Anaies.
"Hah...hah..." Anaies mengambil nafas banyak-banyak begitu Arkan berhasil menolongnya.
"Pengawal baji—!" amukan Dav terhenti ketika ponselnya berdering.
"Dimana kamu?"
Dav menggeram marah. "Kenapa? Dav masih ada urusan, nek!"
"Pulang!"
"Tapi—"
"Pulang, Dav! nenek tahu kamu di kediaman gadis itu. Pulang sekarang! ingat kesepakatan kita. Turuti nenek maka akan nenek turuti juga maumu. Pulang sekarang, ada yang harus nenek bicarakan!"
Panggilan terputus.
Dav menajamkan mata pada Anaies yang sedang gemetaran dan meremas kuat jas Arkan yang mana lelaki itu sedang menjaga keseimbangan tubuh nonanya. Aslam mendekat dari arah belakang mereka dan memberi bogeman pada wajah Dav.
Ponsel Dav yang semulanya masih bertengger di telinga perlahan turun dan Dav menyusut darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Sebaiknya anda pergi." Dav menatap dingin Aslam yang sudah menodong pistol tepat di kepala Dav.
"As..lam..." Aslam menoleh pada Anaies yang memberi gelengan pelan. Dia tahu nonanya tidak ingin ada pertumpahan darah.
Aslam kembali menatap Dav dan menurunkan pistolnya lalu mendorong kasar bahu orang yang telah merenggut nyawa ibunya dan orang yang menyakiti nonanya saat ini, hingga kaki Dav terseok mundur ke arah belakang melewati batas pintu.
"Fine! aku pergi, Anaies! tapi!—" Dav menyeringai dan memegang tengkuknya sendiri dan menggerakkan kepalanya setengah berputar. Dia meregangkan otot serta urat lehernya yang terasa pegal.
"Berita besar akan segera kamu dengar. Selamat menikmati hadiah dari aku, cutie." sambungnya lalu melangkah pergi meninggalkan kediaman khusus Anaies.
Tepat perginya Dav dari sana, Aslam menutup pintu belakang dan menguncinya. Sementara Anaies mencerna perkataan Dav barusan. Gadis itu melirik Arkan dengan raut panik. Jantungnya berdebar takut.
"Dimana Delta? Arkan...hubungi...hubungi Delta. Aku mohon!"
🌹🌹🌹Anaies🌹🌹🌹
Pukul 02.18 pagi,
Hari Pernikahan Anaies dan Delta."Anda keluarganya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Fiksi RemajaWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...