Hari telah berganti, kejadian kemarin membuat Anaies termenung di ruang televisi pagi ini. Matanya tertuju ke layar namun pikirannya berkelana entah kemana.
Seseorang datang dan duduk di sebelahnya namun gadis itu tidak menyadari kehadiran orang tersebut.
"Nona Anaies sudah sarapan?"
Ya, orang itu adalah Delta. Lelaki 26 tahun itu memperhatikan nonanya yang terus menatap layar televisi tanpa menjawabnya.
"Nona?" Delta melambaikan tangannya di hadapan wajah Anaies kemudian gadis itu langsung mengerjapkan mata beberapa kali, baru tersadar.
Anaies menoleh dan tampak terkejut, "Sejak kapan kamu di sebelahku, Delta?"
Delta tersenyum tipis, "Belum lama. Apakah nona masih memikirkan apa yang terjadi kemarin?" tanyanya dengan nada khawatir.
Anaies tertunduk memainkan kukunya sendiri, "Mungkin..." jawab gadis itu tidak yakin.
Delta menghela napas lalu melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya setelah itu menoleh kepada Anaies lagi.
"Hari ini nona libur kuliah, apa nona ingin ke suatu tempat? saya akan sangat senang jika nona ingin pergi, itu akan membuat nona lupa tentang kemarin."
Anaies menatap Delta sambil memikirkan saran dari lelaki itu. Namun bukannya memberi jawaban, Anaies justru membisu karena memperhatikan lekuk wajah Delta. Alis lelaki itu hitam nan tebal, hidungnya mancung, dan rahangnya tegas. Anaies tiba-tiba terpesona pada wajah Delta padahal sudah sebelas tahun mereka saling mengenal bahkan tinggal bersama, tapi Anaies merasa matanya saat ini sangat sulit beralih dari wajah lelaki itu.
Delta yang dilihat dengan tatapan lekat seperti itu langsung salah tingkah namun berhasil menyembunyikannya dengan sikap profesionalnya.
"Jadi bagaimana nona?" Delta masih setia menunggu jawaban nonanya.
Anaies merona begitu tersadar dari bius ketampanan wajah Delta.
"Y-ya..boleh. Aku ingin pergi ke suatu tempat, tapi apa kamu punya saran? aku bingung ingin kemana." ucap Anaies sembari memalingkan wajah, malu untuk menatap mata lelaki itu.
"Nona, anda sangat menggemaskan."
Delta menahan dirinya mati-matian untuk tidak tersenyum melihat pipi sang nona merona karena dirinya.
"Apa nona merasa keberatan jika saya mengajak nona ke tempat menurut pilihan saya?"
Pertanyaan Delta membuat Anaies semakin merona dan gugup tiba-tiba. Anaies menyampirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga.
"T-ti-tidak! a-aku akan sangat senang jika kamu mengajakku ke tempat pilihanmu." entah mengapa dalam benak Anaies saat ini Delta seperti akan mengajaknya berkencan.
"Baik, nona. Silahkan anda bersiap-siap. Saya akan menunggu di mobil."
Anaies mengangguk kemudian beranjak dari sana kembali ke kamarnya untuk bersiap. Saat sebentar lagi dirinya sampai ke pintu kamar, Anaies langsung berlari masuk dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.
15 menit kemudian Anaies telah selesai bersiap. Saat ini tubuh mungilnya terbalut kaos putih berlengan pendek dipadu dengan outer kotak-kotak berwarna biru gelap dan rok selutut dengan wana senada dengan kaosnya. Kakinya tertutup sepatu kets berwana putih juga. Rambutnya terikat rapi dan riasan wajah yang sederhana.
Jantung Delta hampir copot ketika melihat nonanya yang tampak sederhana namun sangat cantik. Style Korea yang nonanya kenakan begitu pas padanya, menambah kesan imut pada wajah Anaies. Sedangkan Delta yang bekerja setiap hari mulai dari pagi hingga sore sebagai pengawal tetap mengenakan setelan khususnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Novela JuvenilWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...