Selama delapan hari kehidupan Livy benar-benar seperti di neraka. Tanpa belas kasihan, Dav terus menyiksanya. Livy terus menyumpahi Dav karena menurutnya Dav memang pantas ditinggalkan Anaies.
"Tutup mulut lo, jalang! sampai kapanpun Anaies milik gue. Bahkan anak yang dia kandung itu anak gue!!"
Livy yang sudah dipenuhi luka dan darah di sekujur tubuhnya itu tertawa. Gadis itu menggeleng dengan seringai, menantang Dav dengan menyampaikan fakta yang sebenarnya tidak bisa terelakkan.
"Anaies lo itu udah nikah!! lo sama sekali gak pantas buat dia! lo bilang gue yang hancurin dia? heh! lo lah orang pertama yang hancurin dia di masa kecilnya, bajingan!!"
Dav yang kian memanas langsung menampar pipi Livy berulang kali. Tatapan Dav begitu mematikan, namun Livy sama sekali tidak terlihat takut atau menyesal mengatkan kalimat itu pada Dav. Justru Livy sangat menikmati gilanya Dav yang tidak bisa berhenti memikirkan Anaies.
"Menyedihkan. Hidup lo itu menyedihkan banget ya kak? sampai-sampai gila karena penyesalan lo sendiri. Lo mau apa sih sebenarnya dari Anaies? mau tebus kesalahan fatal lo ke dia gitu? haha! mikir, kak! lo bahkan gak bisa dapatin dia sampai sekarang, gimana bisa lo dapatin anak lo juga?"
"Diam!!!" Dav mencengkram dagu Livy dan mengamati wajah adik angkatnya sebelum akhirnya Dav tersenyum kecil.
"Gue kasih tahu lo satu fakta, Livy." Dav memiringkan wajahnya kemudian berbisik di telinga Livy. "Lo dipilih dari panti asuhan itu bukan karena lo pantas jadi bagian Keluarga Herantia melainkan karena lo adalah anak dari jalangnya papa gue yang udah dibunuh sama dia."
Satu fakta yang mampu membuat Livy bungkam dan bergetar hebat. Air matanya meluruh sambil menatap tajam Dav.
"GENIO DAVE!!! LO ITU EMANG ANJING BANGET YA?! SAMA KAYAK KELUARA INI!!! BISA-BISANYA-"
"Ssst..." Dav mundur seraya tersenyum dengan jari telunjuk yang berada di depan bibir. "Kaget ya? selama ini pasti lo pikir lo itu hebat banget sampai bisa terpilih jadi bagian keluarga ini, tapi nyatanya terpilihnya lo dari panti asuhan itu karena lo itu.." Dav menjeda ucapannya lalu membersihkan bajunya dari noda-noda darah, "gak lebih dari seorang anak yang lahir dari jalang dan orang gila seperti Darius."
"Sial! sial!" Livy menangis sembari menarik-narik kedua tangannya mencoba lepas dari rantai yang mengikat pergelangannya. "Gue bakal balas lo semua! dasar keluarga biadab!"
Tok tok tok
Dav menoleh ke arah pintu dan terbukalah pintu tersebut. Sosok sekretaris pribadinya masuk dan menyampaikan informasi terbaru dari kediaman khusus.
"Nona Anaies sedang berada di makam Tuan Praja saat ini." ujarnya dengan wajah datar. "Beliau sepertinya datang sendiri." tambahnya.
Dav mengangguk lalu mengelap area lehernya yang terkena cipratan darah. "Seperti biasa. Obati jalang itu lalu bersihkan darah-darah yang ada di lantai." setelahnya Dav melenggang keluar dari ruang hukuman dan membiarkan sekretarisnya mengurus mainannya.
Dav berjalan menuju kamarnya dan kakinya terhenti begitu dirinya hampir melewati batas pintu. Telinganya mendengar keributan yang terjadi di ruang keluarga. Hal itu tentu membuat mood-nya memburuk. Niat hati ingin menemui Anaies-nya, Dav terpaksa harus mengurungkan niatnya. Dav memutar langkahnya dan pergi ke ruang keluarga.
Di sana sang nenek duduk sambil mengamati perdebatan membosankan perihal Rehan yang membawa Nola pergi entah kemana. Jejak mereka telah lama hilang dan susah ditemukan.
Dav menguap sejenak mengamati orang tua Anaies-Nola yang marah karena orang tua Rehan tidak mau disalahkan dalam kasus perginya Rehan dengan membawa Nola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Teen FictionWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...