"Delta..."
Anaies menggigit bibirnya sendiri kala Delta makin mendekap tubuhnya. Wajah lelaki itu semakin tenggelam di ceruk lehernya sehingga ia dapat merasa hembusan napas Delta yang teratur menyentuh kulitnya.
Sementara Delta masih memejamkan mata, menikmati aroma lavender milik nonanya. Harumnya sangat menenangkan, pikirnya.
"Ana," suara serak nan rendah milik Delta mampu menghipnotis Anaies untuk sepersekian detik.
Delta menjauhkan wajahnya dari ceruk leher gadis itu namun sama sekali tidak berniat mengubah posisi mereka saat ini. Sorot gelapnya menatap kedua bola mata berwarna cokelat terang itu.
"Apakah anda akan memaafkan perilaku saya hari ini?" tanya Delta.
Anaies meremas bahu Delta pelan, "Apa maksud Delta?" balasnya balik bertanya.
Gadis itu tidak paham apa yang Delta maksud. Perilaku Delta yang bagaimana yang harus Anaies maafkan? Anaies pikir Delta tidak berperilaku yang macam-macam, hanya saja lelaki itu sangat berbeda dari yang biasanya.
Tangan kiri Delta naik dan mengangkat kecil dagu Anaies lalu membawa wajah gadis itu mendekat padanya. Sontak Anaies merapatkan matanya dan mencengkram baju Delta saking gugupnya.
Delta tersenyum melihat Anaies seperti itu lalu dia semakin mendekatkan wajahnya hingga napas keduanya saling beradu dengan jarak yang sangat dekat.
Mata Delta awalnya hanya terfokus pada mata tertutup gadis itu dan perlahan dia kehilangan fokus karena bibir mungil nan ranum milik gadis itu tampak menggoda imannya.
Pada saat Delta ingin mendekatkan bibirnya pada milik gadis itu tiba-tiba air mata Anaies jatuh. Delta langsung tersadar dan menjauhkan wajahnya.
"Ana, maafkan saya. Ada apa? tolong jangan menangis. Saya minta maaf." tangan kiri Delta mengusap air mata gadis itu yang berjatuhan.
Bahunya terasa semakin dicengkram oleh Anaies dan kini gadis itu menunduk. Tubuhnya bergetar hebat dan tangisannya semakin menjadi-jadi diselingi napas gadis itu yang terengah-engah.
Tangan kanan Delta naik ke punggung gadis itu dan mengusapnya halus.
"Nona, ada apa?" kini Delta kembali pada kenyataan lagi, Anaies adalah nonanya dan dia adalah pengawal gadis itu.
"Dav...Dav... hentikan...hentikan!" lirih gadis itu dengan mata tertutup dan air matanya semakin meluber turun hingga baju bagian dada Delta basah.
Sial!
"Apa yang kamu lakukan, Delta?! perilakumu tadi memicu ingatan buruk nonamu!"
"Nona, tolong, dengarkan saya. Nona!"
Delta mencoba membuat Anaies menatap dirinya namun sayang gadis itu semakin menangis seraya terengah-engah seolah dirinya kesulitan bernapas.
"To-long..hen-ti-kan...Dav...a-ku..mo-hon...!" kini jemari Anaies mencengkram baju depan Delta.
Pikiran Anaies saat ini tertarik kembali ke masa lalunya. Bayang-bayang Dav yang menyeret lengannya, menyeringai lebar padanya, dan menyetubuhinya dengan kasar, membuat Anaies memukul-mukul kepalanya sendiri.
Rasa sakit itu muncul. Anaies terus menangis dan melontarkan kalimat yang sama berulang kali. Seolah dirinya mengalami hal buruk itu lagi.
Delta semakin khawatir akan keadaan nonanya, dengan cepat dia memeluk erat Anaies. Sangat erat agar sang empu sadar.
"Nona, maaf. Tolong maafkan saya!" berulang kali Delta membisikkan kata maaf di telinga Anaies.
Delta berharap Anaies kembali. Pikiran dan jiwa gadis itu saat ini sedang terjerat oleh akar pohon yang kelam. Masa lalu gadis itu benar-benar berefek besar seperti ini. Anaies-nya sangat-sangat kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaies [SLOW UPDATE]
Teen FictionWARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur dewasa (kekerasan, gangguan mental, penyiksaan, pembunuhan) 🏅Highest Rank in Wattpad🏅 #2 keluarga (25-08-2024) #1 kelam (28-04-2024) #2 ketakutan (28-04-2024) #1 pelecehan (21-01-2024) #1 batin (21-01-2024) ...