20 : THEIR TIME

282 38 18
                                    

Dua minggu telah berlalu setelah banyaknya kejadian. Anaies telah pulang ke kediaman khusus miliknya. Satu-satunya tempat yang memiliki banyak kenangan indah bersama sang kakek sejak kecil. Satu-satunya tempat yang mengingatkan dirinya setiap detik pada sang kakek. Tapi Anaies mencoba ikhlas. Dia terus mendoakan kakeknya ketika teringat akan beliau.

Lalu soal keluarganya, Anaies tidak mendengar berita apapun tentang mereka. Bahkan dirinya mulai merasa lega karena Dav sudah tidak mengganggunya. Hanya saja Anaies rindu Nola. Sesekali dia mendapat pesan dari Rehan yang mengirimkan video Nola. Rehan, sepupunya semakin baik padanya. Entahlah. Anaies rasa mungkin itu bentuk penyesalan lelaki itu.

Anaies juga semakin sibuk dengan kuliah dan tugas-tugasnya. Seperti sekarang, Anaies sedang mengerjakan tugasnya di meja ruang tv. Hari ini dirinya tidak kuliah karena dosen yang mengajar sedang cuti.

"Sedang mengerjakan tugas apa, hm?" tiba-tiba tubuh Anaies terjengit saat menyadari Delta ternyata sudah duduk di sebelahnya dengan tangan kiri melingkari pinggangnya.

Delta menopang dagu di bahu kanan Anaies.

"Sudah cukup menghindarnya. Aku sangat merindukanmu, Ana." bisik lelaki itu.

Benar. Anaies menghindari Delta setelah kepulangannya dari rumah sakit. Anaies mengabaikan telepon dan pesan dari lelaki itu. Anaies bahkan tidak memperbolehkan maid membuka pintu kalau Delta datang untuk berkunjung.

Tapi, kali ini, bagaimana bisa Delta masuk?

"Aku tidak ingin perempuan lain. Aku hanya ingin dirimu, Ana. Harus berapa kali aku meyakinkanmu? aku hanya ingin bersama denganmu. Hanya dirimu." Delta berbisik kembali lalu mengecup pipi Anaies.

Anaies tidak mampu bergerak. Otaknya berhenti bekerja dan hanya mematung. Delta yang mulai merasa gemas langsung menarik Anaies, menempatkan gadis itu duduk di pangkuannya. Delta menyampirkan anak rambut yang menutupi mata gadis itu dan mengusap pinggangnya dengan sebelah tangan. Tangan lainnya memainkan rambut Anaies, menatap gadis itu lembut.

"Rindu, sayang." kata Delta membuat Anaies merasakan wajahnya memanas.

Tangan kanan Delta berhenti memainkan rambut gadis itu lalu menempatkannya di betis Anaies. Saat ini Ana-nya mengenakan gaun rumahan yang panjangnya sebatas lutut sehingga kaki jenjang gadis itu terekspos. Delta mengusap betis Anaies dengan gerakan halus.

"Kamu tidak rindu?" Delta menarik Anaies lebih dekat sehingga wajahnya kini tertanam di lekukan leher gadis itu. Bisa Delta rasakan Anaies gugup saat ini.

"Kenapa kamu diam saja, hm?" Delta mengecup rahang Anaies.

"Delta, jangan seperti ini."

"Aku tidak melakukan apapun. Hanya memelukmu." kini Delta sepenuhnya membenamkan wajahnya di ceruk leher Anaies, memeluk tubuh gadis itu erat. Menyalurkan kerinduan yang selama ini dia rasakan.

Anaies menghela nafas. "Delta.."

"Baiklah, maaf." Delta melepasnya. Membiarkan gadis itu duduk semula di karpet berbulu, tepat di sebelahnya.

Anaies menatap Delta. "Kenapa bisa masuk?"

"Aku memaksa maid mu mengijinkanku masuk."

"Kenapa memaksa?"

"Karena aku sangat merindukan kamu, Ana." Delta mencubit gemas pipi gadis itu.

"Bukankah aku sudah bilang—"

Delta menggeleng lalu menutup bibir Anaies menggunakan jari telunjuknya. "Aku tidak mau dengar hal apapun. Aku katakan sekali lagi, aku hanya ingin dirimu. Aku ingin kita bersama."

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang