28 : HE HURTS HER FEELINGS

268 22 11
                                    

Satu minggu kemudian Delta diperbolehkan oleh Dokter untuk pulang dengan catatan Delta tidak memaksakan diri untuk mengingat sesuatu. Biarkan semua ingatan itu pulih secara perlahan. Perkataan dokter tentu selalu Anaies ingatkan kepada suaminya agar tidak mencoba mengingat apapun tentang dirinya.

Sebagai gantinya, Anaies menceritakan apa yang ingin Delta ketahui sampai Anaies asyik bercerita lalu tiba-tiba gadis itu merasakan mual karena indra penciumannya menangkap sesuatu.

"Kenapa?" Delta meraih tangan Anaies yang hendak pergi.

Sembari menutupi mulutnya dengan sebelah tangan, Anaies berkata dengan mati-matian menahan rasa mual. "Aku ingin ke kamar mandi sebentar, lepaskan aku, Delta."

Delta mengerutkan dahi menelisik wajah Anaies. "Kamu merasa mual?"

Anaies yang sudah tidak tahan pun menarik diri lepas dari Delta dan segera berlari menuju kamar mandi dan mulai muntah-muntah di wastafel.

"Anaies.." Delta menyusul dan berada di belakangnya saat ini. "Kamu sakit?"

Anaies menoleh setelah selesai mematikan keran. "Kamu pakai parfum baru?"

Delta yang ditanya begitu semakin bingung. "Memang aku biasa pakai parfum seperti apa?"

Anaies mendorong dada suaminya sedikit menjauh dari dirinya. "Parfum yang biasa kamu pakai bukan seperti sekarang. Aku..gak bisa hirup wanginya..bikin aku mual, Delta."

"Mual? kamu...?" Delta mencoba memikirkan sesuatu.

"Anaies, apa kamu..hamil..? maksudku...kita baru menikah seminggu yang lalu dan aku belum menyentuh kamu. Lalu-"

"Aku memang sedang hamil." Anaies mencoba untuk tidak takut. Bagaimanapun ia harus jujur karena saat ini Delta kehilangan ingatan.

Anaies mengusap perutnya sendiri, "Aku memang hamil, Delta. Tapi..maaf..." air mata Anaies turun dengan sebuah rasa bersalah lagi. Anaies takut kalau Delta yang kehilangan ingatan tidak bisa menerima apa yang akan ia jelaskan.

"Kamu memang belum menyentuhku. Sebelum kita menikah..atau sesudah menikah. Anak yang ada di dalam kandunganku saat ini...adalah anak Dav."

"Dav?" Delta ingat cerita dari sang ayah bahwa Anaies telah mendapat perlakuan yang tidak pantas oleh sepupunya di masa kecil dan penghinaan dari keluarganya. Dav. Delta ingat nama itu. Namun bagaimana bisa Anaies hamil anak Dav? sedangkan kejadian memilukan di masa kecil Anaies itu sudah sangat lama terjadi.

"Akan sulit mempercayainya karena kamu saat ini kehilangan ingatan." Anaies menunduk.

"Sebelum kamu kecelakaan..sebelum kamu kehilangan ingatan. Kamu bilang kalau kamu menerima aku..kamu bilang anak ini bukanlah anak Dav tapi anak kamu. Kamu menerima dia selain aku sebagai milik kamu."

Delta menajamkan matanya, "Kamu gak lagi bohong kan? mana ada laki-laki yang dengan mudah berkata kalau dia akan menerima perempuan yang dia cintai hamil darah daging orang lain?!"

Kepala Anaies langsung terangkat dengan kedua mata berkaca-kaca dan menatap Delta dengan sorot tak percaya.

Dia bukan Delta yang aku kenal...

"Jangan-jangan sebenarnya cerita tentang kamu, tentang kita semuanya itu bohong? jangan-jangan sebenarnya orang tua aku bohongin aku selama ini? jangan bilang..sebenarnya kamu hamil karena punya hubungan terlarang dengan sepupu kamu lalu memaksa orang tua aku agar membujuk aku menikahi kamu?!! kamu nipu aku demi nama baik kamu, Anaies?! kamu memanfaatkan derajat keluarga kamu karena ayah aku sejak lama mengabdi ke kakek kamu?"

Anaies mundur beberapa langkah dengan menutup mulutnya sendiri. Sosok Delta yang ada di depannya saat ini menuduhnya berbohong? sosok Delta yang ia sayangi sekarang menganggap dirinya sebagai penipu?

Anaies tentu menggeleng tegas dengan tangis mengurai deras. Mengapa Delta tega berkata seperti itu? Anaies tahu Delta kehilangan ingatannya saat ini namun..bagaimana bisa? bagaimana sosok Delta yang selama ini ia kenal berubah menjadi sosok Delta yang berbeda?

"Kamu diam berarti jawaban atas pertanyaan aku itu benar. Kamu bohongin aku selama ini, Anaies? kamu menjebak aku agar menikahi kamu?"

Enggak...dia..bukan Delta...Delta gak akan pernah...meragukan aku..Delta bahkan menerima aku.. Sebenarnya apa yang terjadi, Tuhan?

Hal yang tidak disangka lainnya adalah Delta menyeringai sinis. "Pantas aja aku selalu lihat bunga mawar dan surat yang muncul di depan pintu utama. Ternyata kamu memang berhubungan dengan sepupu-"

Plak!

Anaies menghentikan ucapan Delta dengan menampar suaminya sendiri. Tangisnya semakin deras dan tubuhnya gemetar. Satu hal yang pasti, hatinya sangat sakit karena baru kali ini Anaies melihat sosok Delta yang berbeda.

"Kamu jahat!" setelahnya Anaies meninggalkan Delta yang terdiam di tempat, memikirkan kembali apa yang telah terjadi barusan.

Langkah Anaies membawa dirinya sendiri ke sebuah ruangan yang terletak di paling belakang. Ruangan yang merupakan gudang penyimpanan barang-barang keluarga  Delta.

Anaies mengunci dirinya sendiri di dalam sana dengan keadaan duduk, memeluk kakinya. Perasaannya teramat sakit saat ucapan Delta mengusik pikirannya.

Inilah yang tidak Anaies inginkan jika memaksakan pernikahannya dengan Delta yang masih dalam posisi kehilangan ingatan. Ketakutan Anaies terhadap Delta yang tidak mempercayainya sudah terjadi.

"Hiks.."

"Siapa yang sudah buat cucu kesayangan kakek menangis?"

Kedua mata Anaies semakin berlinang melihat sosok kakeknya yang duduk dengan raut wajah sedih. Ia tahu itu hanya halusinasinya namun kehadiran sang kakek yang tidak nyata tersebut membuat hati Anaies kian tercabik-cabik.

"Apakah Delta tidak menjagamu dengan baik, nak?"

Anaies membekap mulutnya sendiri, menahan isakannya.

"Tega sekali dia membuat perasaanmu sakit. Kakek jadi menyesal mengijinkannya memilikimu, An." sosok Kakek Praja mengusap lembut kepala cucu kesayangannya.

"Kakek...hiks.. dia bukan Delta...Delta tidak akan menyakiti aku. Dia...bukan Delta..hiks..ha..hikss.."

Tiba-tiba sosok Kakek Praja menghilang, digantikan suara-suara dari luar ruangan. Suara dengan nada cemas dan khawatir.

"Anaies!"

Suara Delta di luar gudang kian menyayat hati Anaies. Gadis itu mencoba untuk tidak bersuara meskipun sulit karena tangisannya tak bisa berhenti.

"Anaies," tepat di depan pintu gudang Delta berdiri dan menyentuh pintu berkayu jati itu. "Aku tahu kamu di dalam. Tolong, buka pintunya."

Anaies menggeleng sendiri dan semakin menahan isakannya. Ia belum siap menemui Delta setelah suaminya itu menuduhnya sebagai penipu bahkan menuduhnya memiliki hubungan terlarang dengan Dav.

Suara Delta melembut, "Maaf..maafkan aku. Tolong buka pintunya, Anaies." Delta terdengar menyesal karena menyakiti hati Anaies.

Di dalam ruangan , air mata Anaies masih turun membasahi kedua pipinya. Detak jantungnya semakin cepat dan nafasnya mulai terengah.

"Anaies, buka!"

Merasa frustasi Delta mencoba memutar knop pintu di saat di dalam gudang Anaies telah kehilangan kesadarannya.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang