14 : DAV'S ANGER

406 66 36
                                    

Hari sudah larut dan suasana di ruangan gelap dan bau amis akan darah ini semakin membuat Dav menggila. Seluruh tubuhnya merasa panas akibat hukuman yang kakeknya berikan. Remuk, perih, sakit, semua Dav rasakan di sekujur tubuhnya yang sudah berdarah-darah terutama bagian punggung, luka cambukannya yang baru belum diobati.

Dav meludah, "Sialan! ini lagi-lagi karena si bajingan Delta!" kemudian dia terbatuk-batuk.

Pikirannya menerawang, sedang apa Anaies sekarang. Apakah tangan gadis itu baik-baik saja? Dav ingin tahu. Dav ingin bertemu. Dav ingin Anaies-nya.

"Cutie.." Dav tersenyum.

Halusinasinya muncul. Anaies datang dengan raut khawatir, memeluk dirinya. Gadisnya. Gadis yang Dav sayangi.

"I'm okay. How about your hand, cutie?" Dav bertanya seraya menyatukan keningnya pada Anaies.

Dav tersenyum mendengar gadisnya berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Tanganya telah diobati. Dav merasa lega.

"Come, baby. Give me a kiss."

Anggap saja Dav sinting. Tapi memang inilah yang terjadi. Dav larut dalam halusinasinya, mencumbu bibir Anaies yang dengan sukarela menyerahkan diri padanya.

Meskipun kondisi kedua tangannya terikat rantai, Dav mengerang kenikmatan dalam ciumannya bersama Anaies saat ini.

"Damn! you're such a good kisser, baby." bisik Dav penuh hasrat.

Dav kembali tersenyum ketika merasakan dirinya mendapat pelukan erat dari tangan Anaies yang melingkari lehernya. Dav memejamkan mata, menikmati ceruk leher yang beraroma lavender tersebut.

"I miss you."

"Kak Dav!"

Detik itu dunia penuh cinta dan kasih Dav lenyap. Matanya terbuka, melihat sosok Livy yang datang ke ruangan ini dengan raut wajah aneh menurutnya.
Sialan, mau apa adik tak tahu dirinya itu. Tidak takut ya pada kakeknya?

"Kakak harus dengar! kakek saat ini sedang di rumah sakit. Dan kabar lainnya yaitu..." Livy memasang raut sedih seakan-akan memahami perasaan sang kakak. Padahal dalam hatinya dia bersorak girang karena kabar ini akan membuat Dav semakin hilang kendali dan bisa membantu rencananya berhasil.

"Anaies akan menikah besok."

Tepat pada saat itu juga darah yang mengalir di dalam tubuh Dav bergejolak. Kedua matanya melebar tajam, giginya terdengar bergemelatuk.

Dav menggeram, "Siapa?"

"Ana—"

"SIAPA YANG AKAN MENIKAHI ANAIES?! DIA ITU MILIK GUE! PUNYA GUE!"

Livy mundur beberapa langkah. Penampilan Dav kini mirip seperti anjing yang mengamuk dan berusaha lepas dari ikatannya dan ingin menyerangnya.

"Delta."

"Ha?" Dav terdiam lalu beberapa detik kemudian tertawa seperti orang gila.

"Kak, aku serius."

Tawa Dav berhenti dan menatap datar Livy yang kini menggigit jari. Gadis didepannya itu sangat ketakutan tapi Dav juga tahu Livy punya rencana dibalik ini semua. Gadis itu dengan berani melawan ucapan kakek untuk kedua kalinya bahkan memberi tahu kabar baru yang sangat memanaskan telinga terutama hatinya.

"Lo ke sini atas ijin nenek kan?"

Livy mengangguk.

Sudah Dav duga. Gadis itu memanfaatkan sang nenek tapi Dav pun tahu kalau Nenek Erdhanti pula memanfaatkan dirinya. Benar-benar bodoh.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang