15 : CRUEL DAY

370 57 31
                                    

02.00 pagi

Dav terbangun dengan posisi kedua tangannya terikat dan mulutnya tertutup oleh lakban hitam. Dia menyipitkan mata kala menyadari dirinya di dalam mobil dengan tiga orang tak dikenal. Satu orang mengemudi, satunya duduk di kursi sebelah pengemudi, dan satu lagi duduk di sebelahnya. Orang di sebelahnya merepotkan, memperhatikan gerak-geriknya sejak dia membuka mata.

"Tolong jangan berontak, tuan muda. Kami harus melaksanakan perintah untuk mengamankan anda."

"Mmph!!"

"Hukuman anda akan segera tiba. Tolong persiapkan diri, sebentar lagi kita sampai."

Dalam hati Dav mengumpat. Bagaimanapun dia tahu orang-orang ini pasti suruhan kakeknya. Dav harus berpikir. Dia harus memikirkan cara agar bisa lolos. Pernikahan Anaies tidak boleh terjadi!

Ciiiiiitttt!

Mobil berhenti mendadak.

"Sial! kita terjebak!" umpat Ari.

Ari menatap rekannya yang duduk di kursi pengemudi. "Surya kau tetap disini. Aku dan Rudi yang akan menghadapi mereka."

"Aku mengerti."

Dav mengamati beberapa mobil yang menghalangi mobil ini dari berbagai sisi. Terutama mobil dari arah sisi depan. Dav menyeringai dalam hati. Antara neneknya atau papanya yang menyuruh orang-orang itu datang demi membebaskannya.

Di luar, Ari dengan wajah santai masih sempat merokok dan menghembuskan asapnya sambil menatap orang-orang yang telah keluar dari mobil lain dan mengerumuni mereka. Ada sekitar 20 orang. Butuh beberapa menit, pikir Ari.

"Ramai sekali...kalian suka sekali keroyokan ya?" Ari bertanya sembari menjatuhkan puntung rokok dan menginjaknya.

"Biarkan kami mengambil tuan muda. Ini perintah nyonya."

Rudi hanya diam dengan kedua tangan berada di saku celana sedangkan Ari menyeringai dan tertawa pelan.

"Kalian mendapat titah dari nyonya sedangkan kami dari tuan. Tentu saja kami tidak akan menyerahkan tuan muda pada kalian. Kalian berani menentang Tuan Praja memangnya?" Ari meregangkan otot lehernya dengan gerakan memutar sedikit.

Dika, salah satu ketua yang tadi berbicara dengan Ari pun melangkah maju dan berdiri tepat di hadapan Ari.

"Serahkan tuan muda selagi kami meminta baik-baik!"

Ari tetap santai menanggapinya dan mendekatkan wajahnya pada Dika lalu berbisik.

"Sayangnya kami juga punya tugas yang harus kami jalankan. Ini soal tanggung jawab. Bukankah aku benar?"

Detik itu juga perkelahian terjadi. Dika menyerang Ari namun dengan gerakan gesit dia menangkis serangan Dika tak kalah cepat. Bahkan Ari jauh lebih cepat.

Rekan Dika yang lain pun berusaha menyerang Ari dan juga Rudi. Rudi pun tak kalah santainya dengan Ari. Pria itu dengan wajah datarnya membalas serangan yang datang padanya.

DOR! DOR! DOR!

Suara tembakan demi tembakan saling beradu. Di samping itu beberapa orang lain mencoba membuka paksa mobil yang didalamnya berisi Surya dan Dav.

Surya menoleh ke belakang, Dav menatapnya tajam.

"Tuan muda, kami ini sedang menjalankan tugas dari kakek anda. Mohon anda diam saja dan bekerja sama." kata Surya lalu berpindah posisi tepat di sebelah Dav dan membuka jendela mobil.

DOR! DOR!

Surya menembak orang yang berada di luar dengan raut biasa saja kemudian dia terkekeh ketika mendapati satu orang berhasil membuka paksa pintu dan menariknya keluar. Tidak sesuai keinginan orang itu tentu saja. Surya dengan gesit menarik pelatuk dan menembak kepalanya. Dia melirik keadaan dua rekannya yang masih bertarung. Kalah jumlah. Tapi Surya yakin mereka bisa menangani ini. Melihat bagaimana beberapa orang sudah mati dan hanya tersisa 6 orang.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang