09 : BAD NEWS

361 81 15
                                    

Plak

"Atas ijin siapa kamu membuka pintu ruangan itu dan melepaskan Dav?!"

Kakek Praja menampar Livy lagi namun sang empu hanya diam bergeming. Nenek Erdhanti, orang tua Anaies, orang tua Dav, dan orang tua Rehan serta Rehan dan adik perempuannya itu menyaksikan apa yang terjadi saat ini.

Kemarahan Kakek Praja tentu saja bukan tanpa alasan. Membiarkan Dav bebas itu sama saja menantang dirinya. Tatapan tajam Kakek Praja menghunus ke arah Nenek Erdhanti setelah dirinya puas memberi tamparan pada cucu angkatnya itu.

"Kamu kan yang kasih ijin anak ini?"

Nenek Erdhanti menghela napas kemudian mendekati suaminya, wanita yang sudah cukup tua itu mengusap lengan kekar Kakek Praja.

"Iya, mas. Aku mengijinkannya karena Livy meminta agar Dav bebas di rumah ini saja. Aku juga gak mengira kalau Dav justru mendatangi kediaman anak sialan itu!"

Mata Kakek Praja mengkilat marah dan dengan cepat mencengkran dagu Nenek Erdhanti.

"Jaga bicaramu. Jangan panggil Anaies dengan sebutan itu atau saya usir kamu dari sini!"

Nenek Erdhanti balas menatap tajam, "Memang faktanya dia itu anak pembawa sial. Semenjak kejadian sebelas tahun yang lalu, nama keluarga kita itu jadi jelek!"

Kakek Praja mendorong Nenek Erdhanti, "Itu bukan kesalahan Anaies! tentu kamu tahu siapa yang bersalah sebenarnya! cucu kesayangan kamu, Dav, anak kurang ajar itu yang merusak cucu perempuanku!"

"Pak, sudah!" Mama Elea alias mama kandung dari Anaies berusaha melerai orang tuanya.

"Diam kamu, Elea! kamu juga, seandainya kelakuan kamu dulu tidak seperti itu, mungkin sampai saat ini Anaies masih akan tinggal di sini! apa kamu tidak malu sebagai orang tua, hah!? mental putrimu itu hancur sejak saat itu kalau kamu mau tahu! itu semua karena kalian semua!"

"Mas, jangan bahas masalah itu!"

"Kamu yang bahas tentang itu lebih dulu, Erdhanti!!!"

Orang tua Dav hanya diam, mereka takut jika ikut bicara, maka Kakek Praja akan menarik sahamnya dari perusahaan mereka.

Sedangkan papa dari Anaies mengusap punggung Mama Elea guna menenagkan istrinya. Dan orang tua Rehan tidak mau berkomentar karena takut pada Kakek Praja juga.

Livy mengusap pipinya yang sudah sangat memerah, "Kakek.." dia mencoba menarik simpati sang kakek.

"Tutup mulutmu, dan masuk kamar! kamu dihukum, Livy! tidak boleh keluar dari kamarmu selama seminggu!"

"Tapi, kuliah Livy—"

"Persetan! turuti perintah kakek, atau kamu akan kakek masukkan juga ke ruangan itu!"

"Mas! Livy tidak salah, yang salah itu aku!"

"Tentu saja kamu bersalah juga! kamu—" detik itu napas Kakek Praja terasa berat, bagian dadanya terasa sangat sesak dan menyakitkan. Kakek Praja mencengkram dadanya, "A-argh!"

"Bapak!" teriak Mama Elea panik.

Sebelum Kakek Praja jatuh, semuanya langsung menghampiri dan membantunya.

"Cepat! bawa ke rumah sakit!" ucap Nenek Erdhanti yang ikut panik melihat keadaan suaminya kini tak sadarkan diri.

🌹🌹Anaies🌹🌹

"Tuan,"

"Sudah urus tuan muda?" tanya Delta pada Arkan yang datang ke ruangannya.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang