11 : THE REAL DELTA

344 70 29
                                    

"Dimana kamu?"

"Lagi liatin Ana sama pengawalnya dari belakang, Nola sama aku juga. Kalian bahas aja terus harta kekayaan Keluarga Herantio."

"Diam! dengarkan papa, Rehan. Dekati Ana dan katakan kalau kakek sudah siuman dan ingin bertemu dengannya."

"Susah. Disini ada dua pengawal lain yang suka nangkep Dav."

"Katakan saja pada mereka apa yang ingin kamu lakukan! cepatlah, kakekmu benar-benar akan murka pada kami kalau anak itu tidak kembali menemuinya."

"Ya, pa."

Rehan menunduk ke arah Nola, "Kakak mau ke kakak kamu dulu. Kamu mau ikut atau tunggu di sini, La?"

Nola menarik-narik sisi baju Rehan, "Nola mau ke ketemu Kak Ana juga. Ayo, Kak Han."

Rehan mengangguk kemudian menggenggam tangan sepupu kecilnya mendekati Anaies.

"Maaf tuan! tapi anda dilarang mendekat, nona kami sedang butuh ketenangan." langkah mereka terhalang Arkan dan Aslam.

"Nola mau ketemu kakak Nola! awas!" pekik Nola tiba-tiba membuat Anaies dan Delta melepas pelukan mereka dan menoleh ke arah belakang.

"Kakak!" Nola langsung berlari melewati Arkan dan Aslan menuju Anaies. Gadis kecil itu langsung memeluk pinggang Anaies yang sudah berdiri. Anaies pun mengusap kepala adiknya itu.

"Nola, maaf ya sayang, kakak gak sapa Nola tadi di ruangan. Kakak terlalu fokus sama kakek. Maaf ya?" Anaies menyamakan postur tubuhnya agar bisa melihat wajah mungil dan menggemaskan adiknya.

Meskipun keduanya tidak ada hubungan darah dan hubungan kakak adik mereka hanya bisa terjalin secara online karena Anaies yang tidak bisa ke kediaman utama, mereka tetaplah kakak adik. Sang kakeklah yang kadang membawa Nola ke kediaman khusus agar Anaies dan Nola bisa bermain bersama.

"Kak Ana, pipi kakak sakit ya? kenapa mama-papa jahat sama kakak? nenek juga. Kenapa semuanya kayak jahat banget sama kakak? Kak Ana kan kakak Nola.."

Anaies tersenyum untuk menenangkan hati sang adik. Tangannya terulur untuk menangkup pipi Nola lalu gadis itu mengecup kening adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Gak apa-apa, kakak yang salah soalnya datang-datang berisik, hehe." tentu saja ia harus berbohong. Demi adiknya. Adiknya yang harus buta akan fakta tentang keluarganya. Jangan sampai adiknya ini tahu seberapa kejam keluarga yang menjadi rumahnya itu.

"Minggir!"

Suara Rehan membuat Anaies beralih untuk menatapnya. Sepupunya, sepupu yang pada saat masa kecilnya justru membantu Dav. Sepupu yang hanya diam ketika dirinya disakiti oleh nenek sekaligus orang tuanya. Sepupu yang ikut-ikutan menatapnya dengan pandangan jijik.

"Beliau udah siuman tadi dan kakek minta untuk lo kembali ke sana, bertemu beliau."

Anaies hanya diam lalu berdiri dan menatap Delta. Meminta pendapat dari lelaki itu.

"Saya akan menemani anda bertemu Tuan Praja."

"Kak Ana, Nola juga mau ikut! Nola mau sama kakak dan kakek! Nola gak mau sama mama, mama jahat!"

Anaies menunduk lalu mengusap kepala Nola kemudian mengangkat gadis itu, menggendongnya bak koala.

"Ayo ke kakek."

Anaies membawa adiknya menuju ruangan VVIP diikuti Delta di sebelahnya dan Arkan serta Aslam di belakanhnya, tak lupa Rehan yang mengekor sedikit jauh dari mereka.

Di luar ruangan mata Anaies kembali bertemu orang-orang itu lagi tapi Delta dengan sigap berjalan mendahului dan menghalangi pandangannya dari mereka menggunakan tubuh tinggi dan besarnya. Delta membukakan pintu untuknya.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang