08 : THE CRAZY GUY

483 96 29
                                    

Kedua kelopak mata itu perlahan mengerjap dan akhirnya terbuka sempurna. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah pemandangan kamarnya yang bernuansa putih keemasan. Pada saat ia melirik ke kiri, Delta ada di sana. Duduk di lantai dekat kasurnya dengan wajahnya yang menelungkup di pinggir kasur dekatnya berbaring dan dengan mata terpejam.

Anaies menyentuh pelipisnya ketika pening menyambar kepalanya lagi. Kemudian ia berusaha mengingat apa yang sebelumnya terjadi, setelah berhasil mengingat semua kejadian di rumah pohon, Anaies sedikit memijat sisi kepalanya sendiri.

Lalu Anaies berhenti ketika matanya menangkap sosok Delta perlahan menegakkan tubuh dalam posisi duduknya, menatapnya dengan tatapan sendu.

"Bagaimana perasaan anda, nona? saya akan memanggil dokter untuk anda."

Saat Delta berdiri dan ingin pergi, Anaies menahan lengannya sehingga Delta kembali menatap Anaies yang perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Gadis itu tampak begitu lemah. Delta jadi merasa bersalah pada dirinya sendiri karena membuat nonanya seperti ini.

Tangan Anaies masih memegang lengan Delta. Dan lelaki itu merasa dirinya seolah dituntun untuk duduk di pinggir kasur, dekat dengan Anaies.

"Bagaimana kamu membawa aku pulang?" pertanyaan itu lah yang pertama kali muncul setelah lima jam lamanya gadis itu akhirnya bangun.

Delta tidak menjawab, dia hanya menyelipkan anak rambut nonanya ke belakang telinga dan mengusap peluh di kening gadis itu. Sudah lima jam tidak sadarkan diri, mengapa nonanya masih belum membaik?

"Delta.."

Kini mata Delta fokus pada mata Anaies. Pandangan mereka beradu lalu Delta menceritakan semuanya. Dia menceritakan bagaimana Anaies yang histeris karena dirinya, tentang gadis itu yang tidak sadarkan diri, tentang dirinya yang panik dan meminta Aslam dan Arkan datang membantunya pada saat mereka akan turun dari rumah pohon tersebut, dan tentang bagaimana Delta sangat-sangat mengkhawatirkan Anaies yang terbaring tak sadarkan diri selama lima jam.

"Maaf, nona." pada saat ingin menyentuh pipi Anaies, Delta mengurungkannya.

"Saya akan pergi memanggil dokter. Anda masih perlu beristirahat."

Kali ini Anaies tidak menahan Delta. Ia hanya memandang punggung lelaki   yang perlahan menghilang setelah pintu ditutup.

Anaies menghela napas dan menunduk untuk memainkan kuku-kuku jarinya. Ingatannya berputar-putar tentang kejadian di rumah pohon. Entah mengapa ia merasa bersalah pada Delta. Anaies tidak tahu dengan pasti, apa alasan dari perasaannya saat ini.

Anaies menoleh ketika pintu kamarnya kembali terbuka. Dokter Ivan datang sambil tersenyum hangat, diikuti Delta di belakangnya.

"Halo Anaies, saya periksa dulu ya."

Dokter Ivan langsung menyuruh Anaies untuk berbaring agar mempermudah dirinya memeriksa kondisi gadis itu.

Dokter Ivan mengangguk dan tersenyum lagi, "Syukurlah, semuanya normal. Saya minta anda untuk berisitirahat total ya selama dua hari saya mohon agar anda jangan banyak pikiran, mengerti?"

"Aku mengerti, Dokter Ivan. Terima kasih."

"Baiklah kalau begitu saya harus pergi sekarang."

"Saya antar, dok." ucap Delta.

Dokter Ivan menggeleng, "Tidak apa. Anda harus menemani Anaies. Saya bisa keluar sendiri."

"Baiklah."

Setelah Dokter Ivan pergi, Delta berjalan ke dekat pintu lalu berdiri tegap di sana.

"Delta, kenapa kamu berdiri di sana? kemari!" Anaies duduk seraya menepuk pinggiran kasur dekat dengan dirinya.

Anaies [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang