Siapa yang kangen Nuragaaaa??
Episode kemarin dibikin kaget-kagetan karena Nuraga ini kayaknya emang titisan dedemit. Tiba-tiba mulu datangnya.
Happy Reading!!!
***
Bagaimana kalau dia berpikir bahwa aku kemarin salah tingkah karena terpana dengan wajah tampannya? Aku tidak begitu, ya maksudku meski memang seperti itu, tapi tidak sepenuhnya. Aduh bagaimana sih, aku menjelaskannya. Intinya itu tidak berarti aku jadi menyukainya.
Aku hanya kaget dengan posisi kami yang sangat dekat. Lalu mataku yang biasa melihat orang ganteng di drama korea, jadi punya semacam sensor mendeteksi wajah rupawan. Hanya sebatas itu! Apalagi Mas Raga saat itu sangat berbeda dengan yang pernah aku kenal sebelumnya. Ia sangat tampan, sial. Dan siapa yang tidak lemah dengan lelaki tampan?
"Loh Sita? Makan di sini juga?" tanya Mas Bayu. Dia ini bisa dibilang soulmatenya Mas Raga di BEM, meski beda jurusan. Kenapa gak Mas Bayu aja yang jadi sekjen Mas Raga? Karena Mas Bayu otaknya sosmas. Dia dan program-programnya gak mungkin dipisahkan dengan disuruh jadi kacungnya Raga.
"Hai, Mas..mas," cicitku. Seriusan aku sekarang jadi canggung dan bingung harus duduk dimana. Masalahnya aku kenal mereka, tapi aku gak mau duduk dekat dengan Nuraga. Gak sekarang!
Mas Raga sedari tadi terlihat lempeng dan santai banget. Dia terlihat gak gugup atau tersentak kaget sepertiku. Aku sebaiknya juga seperti itu kan?
"Gabung sini aja," tawar Mas Bayu ramah. Mas Bayu ini kebalikannya Mas Raga. Ibaratnya Mas Bayu tuh malaikat sedangkan Raga itu iblis. Yang satu suka bacot dan nyeremin, yang satunya lembut dan perhatian. Sayangnya Mas Raga gak mau menawarkan diri jadi presma waktu pemira kemarin. Padahal kalau Mas Bayu maju, aku yakin Raga bakal kalah telak!
(pemira = pemilihan mahasiswa raya. Semacam pemilu tapi di lingkungan kampus)
Aku tersenyum simpul lalu dengan terpaksa melangkahkan kakiku mendekat ke mereka. Baru saja aku ingin mengakuisisi kursi yang ada di depan Mas Bayu–supaya aku tidak harus berhadapan langsung dengan muka Nuraga, tapi Ajeng dengan tiba-tiba merebutnya.
"Hai Mas!" sapa Ajeng sok manis di depan mereka. Tentu saja siapapun akan memilih duduk di depan Mas Bayu yang gantengnya seperti pangeran berkuda putih dari pada Nuraga.
Sial banget. Aku niatnya mau menghilangkan kepenatan setelah kuantum malah harus bertemu black hole yang sukanya juga menyerap habis tenagaku. Aku menganggukkan kepalaku sekilas ke depan Nuraga, hanya sebagai tanda aku masih menghargainya sebagai seseorang yang lebih tua.
Aku tidak banyak berbicara sampai pesananku tiba. Wow, dimana Sita yang lima hari lalu dengan lantangnya berdebat dengan Nuraga?
Ajeng termasuk orang yang humble, jadi sedari tadi dia sudah banyak berbincang dengan Mas Bayu dan sesekali dengan Mas Raga. Badanku bahkan sudah miring condong ke arah kanan daripada lurus ke depan. Sebisa mungkin aku mengikuti perbincangan mereka dan mengabaikan keberadaan Nuraga–menghindari tatapan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Messed Up My Life [TAMAT]
Roman pour AdolescentsNamanya Nuraga Satya, tapi nama panggilannya dariku ada banyak. Hulk, pipiyot, titisan nyi blorong, dedemit, medusa, atau reog ponorogo. Semuanya karena Nuraga hobi marah-marah dan suka komentari banyak hal. Aku Pramusita Kencana sayangnya harus se...