Mas Raga itu maksudnya apa sih? Dia berniat membuatku salah paham ya dengan perlakuannya padaku? Okelah, aku bisa memahami alasannya membelikanku gelato, tapi waktu yang ia buang hanya untuk mengajariku yang dungu ini bagaimana? Lalu dengan cardigan, minuman, dan roti–serta post it yang ia tulis untuk apa?
Kenapa sih aku suka banget kepikiran banyak hal. Maksudku, kenapa deh aku gak bisa bersikap biasa aja–seperti mas Raga yang kayaknya lempeng-lempeng aja. Tau gak sih kalau aslinya pas tadi kita deketan, itu aku beberapa kali hilang fokus gara-gara wajahnya yang tampan dengan kacamata lah, dengan suara rendahnya yang seksi lah, atau dengan kepandaiannya menyampaikan materi padaku.
Padahal aku itu punya dendam kesumat loh dengan dia. Gak mungkin kan cerita hidupku genrenya enemies to lovers ke Mas Raga? Aku kemarin-kemarin udah menyumpahi gak akan menjalin hubungan dengan Nuraga walau lelaki hanya tersisa Nuraga di dunia ini.
"Nyebelin banget! Kan gue jadi kepikiran. Mana cardigannya wangi lagi," ucapku cemberut ingin melempar cardigan abu-abu itu namun ku urungkan. Anget, sayanglah kalau dibuang.
"Dia kemana sih? Masa udah pulang?" gumamku bermonolog. Sebenarnya aku gak mengharapkan dia tetap menemaniku–sebelum aku tahu kalau ia menyelimuti punggungku dengan cardigan, tapi setelah aku bangun kan jadi kepikiran.
Kalau di drama korea, laki-laki yang memberikan cardigan atau jasnya ke cewek itu tandanya dia peduli. Peduli tanda... tanda apa Ta? Tanda tangan kali ah!
Aku berjalan keluar perpustakan, berniat
hmenghirup udara pagi setelah tiga jam kembali belajar untuk mata kuliah keduaku. Jadwalku UTS pukul sebelas hari ini, jadi setidaknya aku masih punya beberapa jam untuk tidur. Pokoknya kalau musim-musim ujian, jam tidurku bakal kacau.
Aku mengenakan cardigan Nuraga yang ternyata kebesaran untukku. Lengannya sangat panjang hingga menutupi seluruh tanganku. Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku untuk mengurangi hawa dingin yang saat ini menyerang tubuhku.
Lampu-lampu jalan masih menyala di tengah suasana yang temaram. Segar banget di pagi hari begini menghirup udara yang masih belum tercemar polusi. Aku mengangkat tangan sambil meregangkan beberapa otot tubuhku yang kaku karena kelamaan duduk. Parah, kayaknya habis ujian aku harus olahraga deh. Badan sih gak gendut, tapi otot kaku semua. Belum tua udah jompo.
Kulangkahkan kakiku ke utara perpus. Di sana banyak pohon-pohon yang cukup rindang. Mungkin aku bisa sedikit melakukan peregangan atau olahraga. Buset badanku rasanya sakit semua ini woy.
Sekitar lima belas menit kemudian aku memutuskan untuk duduk kembali di kursi besi. Matahari mulai naik dan cahayanya perlahan-lahan menyinari dedaunan di sekitarku. Kehangatan menerpa wajahku, membuatku segar kembali. Meski rasa kantuk masih ada tapi rasanya sayang banget kalau pagi ini aku tidur.
"Udah bangun?" tanya Mas Raga, sekali lagi kehadirannya selalu mengagetkanku. Dia itu titisan setan ya? Kok suka sekali tiba-tiba datang.
Aku mengangguk mendengar responnya yang terkesan sangat lembut. "Mas belum pulang?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Messed Up My Life [TAMAT]
Fiksi RemajaNamanya Nuraga Satya, tapi nama panggilannya dariku ada banyak. Hulk, pipiyot, titisan nyi blorong, dedemit, medusa, atau reog ponorogo. Semuanya karena Nuraga hobi marah-marah dan suka komentari banyak hal. Aku Pramusita Kencana sayangnya harus se...