Tuk
Tuk
Tuk
Suara ketukan jari terdengar dikeheningan malam. Bulan bersinar terang sejauh mata memandang. Seorang pria jangkung dengan pakaian, jubah serta tudung hitam sedang duduk di singgasananya. Menatap satu per satu anak buahnya yang paling kuat.
Kastil tua dengan hiasan debu dan sarang laba laba menjadi saksi dari keangkuhan 'Tuan' mereka saat ini. Duduk dengan dagu terangkat seolah mengatakan ia adalah pemimpin dari semua pemimpin.
"Jadi?"
Semuanya terdiam ketika pria itu mengeluarkan suaranya. Hanya ada keheningan yang seolah menjawab pertanyaan pria itu.
"Surat dariku telah sampai di kekaisaran itu?"
Pria misterius itu kembali bertanya. Salah satu dari anak buahnya maju selangkah kemudian menunduk sebagai tanda penghormatan.
"Sudah, Tuan" ucapnya.
Pria jangkung dengan surai dan iris mata hitam legam itu menarik sudut bibirnya membentuk sebuah seringaian.
"Bagus. Apa gadis itu telah membacanya?"
"Benar, Tuan. Gadis yang anda maksud telah membaca surat dari Anda"
Pria yang dipanggil 'Tuan' itu kembali menyeringai. Tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan.
"Pergi" titah pria itu, lantas ratusan anak buahnya langsung menunduk hormat lalu beranjak dari sana.
"Kau akan segera mengetahui kebenarannya. Dan kita akan kembali saling menghancurkan" ucap pria itu sembari menyeringai seram.
***
Sudah sekitar 3 minggu Estella berada di dunia yang menurutnya asing ini. Sejak bertemu dengan Achelois saat itu, ia kerap kali keluar Istana untuk mencari pekerjaan demi menhidupi dirinya sendiri. Ia tidak ingin dan tidak akan mau merepotkan Athena dan keluarga kekaisaran lagi. Ia sudah cukup tahu diri dan harus bisa memulai hidup baru tanpa bantuan orang lain."Kak Estella!!"
Estella menoleh ketika suara seorang gadis memasuki indra pendengarannya. Keningnya berkerut ketika melihat seorang gadis kecil berlari kecil ke arahnya.
"Artemis?"
Artemis tersenyum berbinar ketika sampai didepan Estella.
"Jangan berlari, kau bisa jatuh" Estella berucap dengan nada datar, namun Artemis semakin tersenyum senang karena mengira Estella tengah mengkhawatirkannya.
"Hehehe aku ingin mengajak kak Estella ke taman kota, apa kak Estella mau?" Artemis bertanya hati hati sembari tercengir seperti orang bodoh.
Estella menarik sudut bibirnya. Kekanakan, batinnya.
"Ya"
"Eh? Sungguh?!"
Estella mengangguk sebagai jawaban. Yah tidak masalah jika berjalan jalan, toh ia juga sudah sering mengelilingi daerah kekaisaran ini untuk mencari pekerjaan, walaupun sampai sekarang ia kerap dipecat karena tidak becus bekerja. Wajar saja, ia hanyalah gadis 15 tahun yang masih ceroboh. Entah apa yang terjadi, sepertinya jiwa anak 15 tahun mulai melekat pada dirinya, padahal ia sudah hidup ribuan tahun.
Mereka pun beranjak untuk berangkat ke taman kota dengan berjalan kaki. Memang mereka ingin menggunakan kendaraan apa? Kendaraan di zaman ini pun hanya lah kereta kuda, namun itu diperuntukkan untuk anggota kekaisaran saja.
Estella mengernyit ketika tidak sengaja melihat kereta kuda yang terparkir dihalaman Istana dengan hiasan emas yang berlebihan serta arsitekturnya yang terkesan kuno.
"Apakah semua kereta kuda memang seperti itu?" Gumam Estella namun Artemis dapat mendengarnya.
"Iya, semua kereta kuda di desain seperti ini. Bukan kah terlihat sangat indah?? Sayangnya hanya bisa digunakan untuk anggota kekaisaran! Ah padahal aku ingin sekali menaikinya!" Artemis berucap lesu. Terdapat nada kekecewaan dalam suaranya.
Estella menarik sudut bibirnya. "Kuno dan norak. Sangat buruk" sarkas Estella lantas pergi meninggalkan Artemis yang cengo karena ucapannya.
"Eh!" Sadar Artemis yang langsung berlari mengejar Estella yang telah berjalan meninggalkannya jauh.
"Apa yang kakak maksud dengan kuno dan norak tadi?" Tanya Artemis ketika berhasil mengimbangi langkah Estella yang panjang.
Estella melirik Artemis sejenak. "Sangat buruk dan berlebihan" singkatnya.
Artemis hanya mengangguk mengiyakan walaupun ia tidak tahu apa yang Estella maksud.
Perjalanan panjang mereka terasa sangat cepat karena sepanjang jalan Artemis terus saja berceloteh hal hal yang tidak perlu. Sedangkan Estella hanya mengangguk mengiyakan saja, padahal aslinya ia tidak mendengarkan celotehan Artemis sama sekali.
"Aku berharap kak Estella menjadi kakakku!" Ucap Artemis saat mereka telah sampai di taman kota. Banyak para remaja yang tengah mengadu asmara dengan pasangan nya masing masing di taman itu.
Kening Estella mengernyit. "Bukankah kau sudah memanggilku kakak? Jadi aku adalah kakakmu"
Artemis menggeleng polos. "Maksudku, aku berharap kak Estella menjadi kakakku karena menjadi pasangan kak Atlas!"
Mata Estella melotot horor ke arah Artemis yang terkikik kesenangan. Bukan kah Artemis hanyalah anak 10 tahun yang polos?! Kenapa ia tahu tentang drama percintaan klise seperti itu? Kepala Estella berdenyut nyeri memikirkannya.
"Tidak akan pernah" sarkas Estella kemudian beranjak meninggalkan Artemis yang menunjukkan raut cemberut.
"Ah ayolah kak! Kak Atlas itu tampan, baik hati, tidak sombong, dan suka menolong!"
Estella memutar bola matanya malas. Suka menolong dan tidak sombong katanya, heh? Omong kosong apa itu? Estella terkekeh sendiri membayangkannya.
"Suka menolong dan tidak sombong? Aku baru tahu kakakmu memiliki sikap seperti itu"
Artemis kembali menekuk wajahnya. "Ayolah kak, jangan merusak imajinasi ceritaku tentang kak Atlas. Yah, dia memang kaku dan cuek. Aku bahkan geli saat mengatakan bahwa ia suka menolong dan tidak sombong"
Estella tertawa karena ucapan Artemis yang terkesan jujur itu. Banyak orang yang memperhatikan mereka karena suara tawanya yang terdengar merdu itu.
Artemis bahkan sampai tidak berkedip sembari menatap Estella dengan wajah polos. "Kakak terlihat sangat cantik saat tertawa!"
Estella menghentikan tawanya lantas tersenyum simpul. "Aku tahu"
Artemis mengerjap lucu. "Aku suka tingkat kepercayaan dirimu kak!!"
Mereka saling pandang sejenak sebelum akhirnya tertawa bersama. Tanpa tahu bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Tertawalah sebelum suara tawamu itu hilang, ucap seseorang itu sembari menyeringai samar.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
FantasyIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...