LEPAS!
LEPAS!
SIALAN LEPASKAN AKU!
ARGHH
Suara-suara itu lagi. Estella kembali mendengarnya, suara yang sangat tidak asing namun Estella seakan lupa siapa pemiliknya.
Estella mencoba membuka matanya yang seolah enggan dibuka, terasa berat seperti telah diberi lem.
Gelap. Lagi-lagi hanya kegelapan yang menyambutnya ketika membuka mata. Tempat asing yang sebenarnya tidak asing lagi karena kemarin Estella juga berada ditempat ini, sendirian.
Estella bangkit berdiri, meraba tubuhnya sendiri kemudian membenarkan dan membersihkan gaunnya yang ia rasa kotor karena debu dan tanah. Ia seperti merasa deja vu.
LEPAS!
SAKIT!
LEPAS!
ARGHH!
Suara itu lagi. Semakin lama semakin keras sehingga menjadi suara teriakan yang menggema diruang kosong tanpa cahaya itu.
Apakah ia harus kembali mencari tahu sumber suara itu berasal dari mana? Ataukah ia hanya perlu diam sampai sumber cahaya terlihat lagi seperti sebelumnya?
TIDAK
TIDAK
LEPAS!
"HAHAHAAH KAU TIDAK AKAN BISA LARI"
Estella tersentak ketika suara berat nan mengerikan itu terdengar ditelinganya yang kemudian disusul suara tangisan seorang gadis.
HIKS
HIKS
SAKIT
LEPAS!
"KAU YANG MENYERAHKAN DIRIMU SENDIRI, JADI SELAMAT MENIKMATI NERAKA HAHAHAAH"
Estella lagi-lagi dibuat terdiam ketika suara berat yang sialnya terdengar mengerikan itu mengalun ditelinganya. Kakinya seolah punya pikiran sendiri dengan melangkah ke depan perlahan-lahan mengikuti arah suara tangisan gadis itu.
LEPAS!
HIKS!
SAKIT!
"HAHAHAHAHAH SELAMAT MERASAKAN KEHIDUPAN DI NERAKA!!"
TIDAKK!!
HIKS
HIKS
HIKS
ARGGHH!!
Itu dia. Estella menemukan sumber suara itu. Tepat disana, diujung ruangan, dengan dibantu cahaya bulan dari jendela besi diatasnya, Estella dapat melihat seorang gadis disana.
Seorang gadis dengan kedua tangan dan kedua kaki dirantai oleh besi, gaunnya yang berwarna putih tulang telah lusuh dan kotor terkena tanah bahkan terdapat beberapa darah yang telah mengering.
Banyak luka pada tubuh gadis itu yang tidak dapat Estella hitung jumlahnya. Rambut perak-putihnya berantakan.
Gadis itu menundukkan kepalanya, wajahnya tidak terlihat karena terhalang rambut panjangnya. Namun suara tangisan serta gumaman-gumaman lirih gadis itu terdengar jelas ditelinga Estella.
Lepas..
Lepaskan aku...
Sakit..
Ini sakit...
Lepaskan aku...
Lepaskan aku...
Lepaskan kami..
Lepaskan aku dan...
Estella...
BRRAAKKK
"Stella!!"
Estella membuka matanya dengan nafas yang tidak teratur. Ah mimpi itu lagi. Mata Estella melirik ke samping, Athena tengah mengguncang tubuhnya dengan wajah panik.
Estella bangkit dan bersandar di ranjang, tangannya terulur mengelap keringat di dahinya. Lagi-lagi mimpi yang sama. Estella bahkan heran, hanya mimpi kegelapan namun ia sampai berkeringat.
Estella beralih memandang Athena yang sedari tadi menatap ke arah pintu kamar dengan pandangan was-was.
"Ada apa?" Tanya Estella memecah keheningan.
"Mereka kembali" ucap Athena singkat. Wajahnya dipenuhi kecemasan dan kekhawatiran.
"Siapa?"
BRAKK
Belum sempat Athena menjawab pertanyaan Estella, pintu kamar didobrak dari luar dengan Rean sebagai pelakunya.
"Estella para bayangan hitam kembali!!!" Teriak Rean diambang pintu dengan keadaan yang tidak cukup baik. Rambut acak-acakan dengan pakaian berantakan disertai beberapa bercak darah. Jangan lupakan luka yang pemuda itu dapatkan di beberapa bagian tubuhnya bahkan diwajah sekalipun.
Estella memejamkan matanya sejenak. Ayolah apalagi ini? Kenapa mereka kembali? Siapa dalang dibalik semua ini? Dan, kapan semua ini selesai?
Estella mengatur nafas dan mengendalikan pikirannya yang sedari tadi sudah kacau itu. Rean telah kembali ke aula untuk bertarung dengan para bayangan hitam yang dengan tiba-tiba kembali menyerang itu.
Athena juga kemudian menyusul Rean untuk ikut bertarung melawan para bayangan hitam di aula setelah sebelumnya menepuk pundak Estella dua kali, berniat memberi kekuatan pada gadis yang terlihat seperti orang ling-lung setelah bangun dari tidurnya itu.
"Mereka kembali menyerang?" Gumam Estella lirih sembari mengumpulkan kesadarannya yang belum sepenuhnya menguasai diri, sebagian nyawanya masih berada dialam mimpi. Mimpi yang amat aneh menurutnya.
Tak mau terlalu lama berdiam diri, Estella lantas bangkit dan membenahi gaunnya yang sedikit berantakan. Untung saja ia menggunakan double-an celana panjang, dengan begitu ia tidak akan kesulitan bergerak untuk bertarung dan bekelahi dengan para bayangan hitam itu nanti.
Estella mengulurkan tangannya ke samping, lalu muncul sebuah cahaya kebiruan yang lama-kelamaan membesar dan berubah menjadi sebuah pedang.
Ia baru tahu kemarin jika kekuatan sihirnya juga dapat memunculkan senjata apa saja sesuai kemauannya. Andai saja ia tahu hal itu sejak penyerangan yang terjadi saat itu, maka saat itu ia tidak perlu repot-repot mengambil pedang lawan.
Tanpa menunggu waktu lagi, Estella melangkahkan kakinya menuju pintu dengan tekad besar. Tekad untuk memenangkan kembali pertarungan, sekali lagi.
CLING
CLANG
"Hahahahahah"
CLING
BRAK
Kacau. Yah, semuanya kembali kacau seperti kapal pecah. Bahkan penyerangan tidak lagi hanya di aula ataupun halaman depan, namun dilorong asrama dan taman pun juga menjadi sasaran penyerangan para bayangan hitam itu.
Estella menepis salah satu pedang bayangan hitam dari belakang ketika bayangan hitam itu sedang lengah. Kemudian Estella mengarahkan telapak tangannya pada pedang yang terlempar jauh itu dan-
"Dapat" Estella menyeringai ketika sihirnya berhasil mengambil pedang yang berada dijarak cukup jauh dengan hanya menarik pedang tersebut ke telapak tangannya seraya mengucapkan mantra.
Setelah menggenggam dua pedang masing-masing pada tangan kanan dan kirinya, kini Estella memasang sikap kuda-kuda. Bersiap melawan para bayangan hitam itu.
Kekuatan sihir Estella cukup meningkat sepertinya. Ia yakin akan kembali memenangkan pertarungan lagi, untuk yang kedua kalinya.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
FantasíaIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...