"Athena"
Athena tersenyum ketika Selena memanggil namanya. Beruntung dirinya bersama Achelois dan Emrys dapat sampai ke tempat ini walaupun ada beberapa kendala selama perjalanan.
Bukan beberapa, kendala perjalanan mereka bahkan hampir membuat nyawa mereka melayang.
Memasuki gerbang pohon hirae bukan lah hal yang mudah. Ditambah beberapa makhluk immortal penjaga pohon itu yang bisa menerkam mereka kapan saja.
Masih baik keberuntungan berpihak padanya, Achelois dan Emrys hingga mereka dapat sampai di tempat ini tanpa kekurangan apapun.
Athena memandang Selena yang berada di sampingnya. Tangan dan kaki gadis itu terikat rantai, membuat tangan dan kakinya memerah karena bekas ikatannya yang sepertinya cukup kuat.
Mata Athena tiba-tiba saja memanas. Kapan terakhir kali ia melihat gadis dengan surai perak putih berkilau itu? Bahkan sekarang rambutnya juga sudah tak se-berkilau dulu. Kondisinya berantakan.
Seberat apa hal yang gadis itu alami selama berada di sini? Dan kenapa ia tidak pernah berpikir untuk berusaha mengunjunginya kemari?
Kenapa ia tidak pernah berpikir sekali saja untuk mengetahui bagaimana kondisi Selena? Kenapa ia tak pernah memikirkan itu? Athena tidak tahu.
Athena tidak tahu kenapa ia bahkan tak pernah berpikir untuk mengunjungi gadis dengan surai perak berkilau itu dan memastikan bahwa keadaannya baik-baik saja.
"Argh!"
Athena mengalihkan pandangan ketika mendengar ringisan seseorang. Sontak kedua matanya membulat sempurna. Bukan kah itu Estella dan-
"Astaroth?" panggil Achelois dengan ragu-ragu.
Athena melirik Achelois di sebelahnya. Astaroth? Iblis menjijikan itu?
Astaroth mengalihkan pandangan.
"Oh wow. Selamat datang" ucapnya girang. Bukan kah ia harus menyambut tamu yang berkunjung di daerah kekuasaannya?
Achelois membasahi bibirnya yang kering. Ternyata benar. Astaroth. Iblis kejam itu.
Srak
Lagi-lagi Astaroth berhasil menangkis serangan Estella.
"Oh. Tenang lah. Kita harus menyambut kedatangan orang baru"
Estella mengerutkan kening tak paham. Mengikuti Astaroth yang memandang sesuatu di belakangnya, Estella ikut membalikkan badan.
Matanya membulat sempurna. "Athena? Achelois? Dan- Emrys?"
Emrys tersenyum simpul. Oh ternyata Dewi Bintang Erios masih mengingatnya walaupun sudah ribuan tahun mereka tidak bertemu.
Tak mau menunda waktu, Athena langsung berlari menuju Estella dan memegang kedua bahu gadis itu, kemudian mengguncangnya.
"Kenapa kau kemari sendirian?! Seharusnya kau kemari bersamaku, Stella!"
Estella mengerutkan kening tak mengerti.
Athena berdecak. "Kau pergi kemari sendirian! Seharusnya kita kemari bersama-sama dan mengetahui kebenarannya bersama-sama pula!"
Estella terdiam mencerna perkataan Athena, sebelum kemudian matanya membulat terkejut.
"Jadi kau tahu aku berada di sini?"
"Tentu saja aku tahu! Aku yang mempunyai akses untuk kemari. Hanya satu akses, dan kita seharusnya menggunakannya bersama-sama-"
Tunggu. Athena merapatkan bibirnya. Sepertinya ia salah bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
FantasyIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...