Hari semakin gelap menandakan malam akan segera tiba. Suara jangkrik menginterupsi setiap telinga yang mendengar. Bintang dan bulan bersinar terang memancarkan cahaya indahnya.
Estella kini berada di dapur khusus pelayan Istana, ia ingin mengambil air putih karena stok dikamarnya telah habis.
"ESTELLA!!"
Estella menoleh ketika mendengar panggilan dengan suara cempreng itu, lantas mengerutkan keningnya.
"Hah Estella ku pikir kau pergi dari Istana!!" Athena berucap sembari menetralkan nafasnya yang sempat memburu karena berlari.
Estella menaikkan satu alisnya. "Kenapa aku harus pergi? Kau tidak senang aku tinggal disini, eh?"
Mata Athena melotot lucu. "Hei! Kapan aku mengatakan itu?! Jangan mengada ada!"
Estella hanya mengendikkan bahunya acuh. Lagipula jika ia pergi dari Istana juga tidak apa apa, ia bisa tidur dimana saja bahkan dipinggir jalan sekalipun.
"Kau darimana saja? Aku tidak melihatmu dari siang"
Estella terdiam sejenak lantas menjawab. "Aku menemani Artemis ke pasar berjalan jalan"
Dapat Estella lihat raut kecemburuan dalam wajah Athena. "Hei, kenapa kalian tidak mengajakku juga?? Aku kesepian tahu" rajuknya sembari mengerucutkan bibir.
Estella memasang ekspresi jijik. "Jangan mengerucutkan bibir aneh seperti itu, menjijikan"
Athena memegang dadanya dramatis. "Ah kau jahat sekali Estella! Sakit hati Tuan Puteri ini, tau!"
Estella menggelengkan kepalanya, muak dengan tingkah absurd Athena. "Menjijikan"
Mata Athena memincing. "Mulutmu benar benar pedas, Estella"
"Siapa peduli?"
"Kau bisa dikeroyok banyak orang jika berbicara pedas seperti itu"
"Tidak peduli"
"Sebaiknya kau mengurangi--"
"Berisik"
Athena menghela nafas lelah. Estella benar benar susah diajak berbicara.
"Ah iya"
Estella mengalihkan pandangan, menatap wajah Athena. "Tadi ayah mendapat surat, atas namamu"
Estella mengerutkan kening bingung. "Atas namaku?"
Athena mengangguk. "Kau bisa menemui ayah, aku harus ke perpustakaan dulu untuk mengambil buku"
Estella hanya mengangguk, kemudian Athena beranjak dari sana menuju perpustakaan sesuai tujuan awalnya.
"Surat untukku? Dari siapa?" Gumam Estella sembari meneguk air putih kemudian beranjak dari sana menuju ruang kerja Kaisar Felipe.
***
Tak
Tak
Tak
Suara ketukan sepatu Estella yang beradu dengan lantai terdengar nyaring disepanjang lorong. Lukisan-lukisan serta gambar-gambar wajah Kaisar terdahulu dipanjang disudut sudut dinding, sedang yang lain adalah lukisan Kaisar Felipe beserta keluarganya.
Kakinya berhenti melangkah ketika berada di depan sebuah pintu kayu besar dengan ukiran lambang matahari. Estella melirik seorang prajurit yang tengah membungkuk hormat memberi salam padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
Viễn tưởngIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...