20 - Bola Sihir

3.4K 214 0
                                    

Estella memandang rerumputan didepannya. Sudah sekitar enam bulan ia berlatih materi-materi dasar di akademi, seperti memanah dan berpedang, karena memang dua materi itu yang pokok diajarkan di akademi.

Sistem di akademi ini lumayan berbeda dibanding akademi lainnya, jika akademi lain memiliki materi dasar menjahit dan merajut bagi para gadis dan berpedang bagi para pemuda, maka di akademi ini laki-laki maupun perempuan memiliki materi dasar yang sama yaitu memanah dan berpedang. Entah apa tujuannya, namun jelas hal itu menambah ketertarikan Estella pada akademi ini.

Selama enam bulan itu pula skill memanah dan berpedang Estella meningkat hampir 50%, bahkan Tuan Volres selaku guru memanah memberi Estella ucapan apresiasi terhadap pencapaian yang telah ia lakukan.

"Murid selanjutnya, atas nama Estella!"

Panggilan dari salah seorang senior itu membuyarkan lamunan Estella, kini ia berada di padang rumput bersama murid murid akademi lainnya. Terdapat sebuah bola transparan yang diletakkan di atas sebuah alat yang berada ditengah-tengah lapangan rerumputan yang luasnya tak terkira itu.

Setahu Estella, bola transparan tersebut merupakan alat pendeteksi sihir. Yah, benar sekali, waktu yang Estella tunggu-tunggu, materi tentang sihir! Setelah enam bulan berturut-turut, kira-kira setengah tahun ia mempelajari materi dasar yaitu memanah dan berpedang, materi favorit Estella akhirnya datang! Ah ia tidak sabar untuk itu!

"Silahkan letakkan telapak tangan diatas bola sihir" Nyonya Hazel memberi instruksi, Estella lantas mengangguk lalu melakukan yang diperintahkan guru sihir akademi itu.

Whusss

Tepat setelah Estella meletakkan telapak tangannya, bola sihir itu berubah warna menjadi orange, semakin pekat kemudian menjadi warna merah, lalu semakin pekat menjadi warna ungu dan terakhir menjadi warna biru tua yang bersinar mendekati warna hitam.

Dapat Estella lihat Nyonya Hazel membelalakkan matanya terkejut, bahkan salah satu telapak tangannya terangkat untuk menutup mulutnya yang terbuka lebar.

Estella mengerutkan kening. Apakah kekuatan sihir yang ia miliki seburuk itu? Atau kah sangat lemah sehingga guru sihir itu sampai terkejut?

"T-tidak mungkin!"

Estella memandang Nyonya Hazel dan bola sihir didepannya dengan tatapan bingung. Keningnya berkerut samar.

"M-maaf, sepertinya ada kesalahan! Mari kita ulangi"

Estella sempat bingung, namun ia segera menganggukkan kepalanya. Mungkin saja alatnya memang error.

Setelah diberi instruksi, Estella kembali meletakkan telapak tangannya diatas bola sihir itu. Dan sekali lagi bola sihir itu berubah warna menjadi orange, kemudian semakin pekat berwarna merah, lalu semakin pekat berwarna ungu dan terakhir berwarna biru tua. Bahkan kali ini warnanya sangat-sangat biru tua, ah tidak itu sudah termasuk hitam!

"Ini keajaiban!"

Estella mengalihkan pandangan, menatap salah satu senior--kalau tidak salah namanya Yura--yang memang ditugaskan menemani dan mengkoordinir para murid junior melakukan tes kekuatan sihir.

"Bukankah warna biru menandakan jika kekuatan sihir berada di level maksimal? Baru kali ini aku melihat ada yang mencapai warna biru, ah bahkan lihat sudah berubah menjadi hitam pekat!" pekik Yura girang.

Estella mengerutkan kening pertanda tak paham. Apa maksudnya? Apakah kekuatannya bermasalah atau bagaimana?

"Siapa namamu, nak?"

Estella mengalihkan pandangan, memandang wajah Nyonya Hazel yang sepertinya masih terkejut.

"Estella"

Nyonya Hazel mengangguk. "Besok temui saya di ruang kepala akademi"

Estella mengangguk walaupun sebenarnya tidak paham. Kenapa ia dipanggil? Seingatnya ia tidak melakukan kesalahan apapun. Apakah ia dipanggil karena kekuatan sihirnya? Atau apa?

"Baik, selanjutnya!"

Estella kemudian beranjak memilih duduk dibawah pohon rindang disamping lapangan rerumputan itu. Matanya menerawang ke langit biru, berhiaskan awan yang menyejukkan setiap mata yang memandangnya.

Estella memilih menutup matanya. Pikirannya melayang jauh.

"Bola sihir?"

Artemis mengangguk. "Iya! Luar biasa bukan! Kalau begitu, kakak harus masuk ke Akademi Veragreen!"

Estella menghembuskan nafas lelah. Sudah sedari tadi Artemis terus saja berbicara tidak jelas seputar Akademi terbaik kekaisaran itu. Sungguh, Estella ingin sekali menyumpal mulutnya, ia tidak tertarik!

"Aku pernah mendengar, bola sihir ini dapat mendeteksi seberapa kuat aliran sihir pada tubuh kita. Ada beberapa tingkatan untuk masing masing kekuatan sihir. Ada yang orange, merah, ungu, biru, dan hitam!"

Estella mengerutkan kening, ia mulai tertarik dengan percakapan ini. Tentu saja, ia adalah maniak sihir!

"Apakah ada penjelasan dari masing-masing warna itu?"

Artemis mengembangkan senyumnya, kemudian menepuk dadanya dua kali sembari berekspresi menyebalkan.

"Tentu saja! Kakak ingin tahu?"

Estella spontan mengangguk mengiyakan.

Artemis tersenyum girang. "Ada beberapa tingkatan. Orange berarti kekuatan sihir seseorang tersebut lemah, atau bisa disebut kekuatan common. Biasanya para rakyat yang benar benar dari kalangan bawah saja yang memiliki aliran sihir ini. Kemudian yang kedua ada warna merah. Ini adalah kekuatan sedang, bisa dibilang juga kekuatan sihir rare atau langka. Karena kebanyakan para rakyat dan bangsawan kelas menengah memiliki sihir tingkat ini.

Kemudian yang ketiga ada warna ungu. Kekuatan ini adalah kekuatan terkuat sejauh ini, disebut juga super rare. Hanya para bangsawan kelas atas dan para pejabat lah yang memiliki kekuatan tingkat ini"

Estella terdiam sejenak kemudian mengangguk walaupun kerutan dikeningnya belum memudar.

"Lalu warna biru dan hitam?"

Artemis menyengir bodoh. "Kalau itu aku tidak tahu hehe"

Estella mendengus kasar. Padahal ia sangat penasaran dengan dua warna itu.

"Eh tapi ayahku pernah berkata, warna biru itu berarti kekuatan super langka, kemudian warna hitam itu legendary! Ah ya, kira kira seperti itu!"

Estella mengangguk. "Kau ternyata memiliki pengetahuan yang tinggi tentang sihir"

Artemis tersenyum konyol. "Ini adalah bentuk rekomendasi Akademi Veragreen khusus untuk kak Estella hehehe"

Estella menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Mimpi"

"YAKK KAK ESTELLA TUNGGU!!!"

Estella membuka matanya dengan kening berkerut dalam. Ia ingat dulu sewaktu masih di tinggal di Istana, Artemis pernah menjelaskan padanya arti dari setiap warna pada bola sihir. Kalau begitu maka kekuatan sihir pada tubuhnya---

"Legendary?" Gumam Estella lirih dengan kening berkerut tajam.













To be continued

E s t e l l aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang