Athena berdecak kesal ketika tidak menemukan keberadaan Estella di Akademi Beverly setelah mencarinya ke seluruh penjuru akademi itu. Jika Estella tidak kembali ke akademi, sepertinya dugaannya memang benar.
"Sial! Bukan kah ini terlalu cepat?! Ah sialan-"
"Athena?"
Athena menoleh ke sumber suara, ternyata itu Rean. Sepertinya pemuda itu baru saja selesai latihan berpedang, lihat saja banyaknya peluh yang menghiasi wajah tampannya.
Oke lupakan, yang terpenting sekarang adalah mencari Estella.
"Oh, hai" sapa Athena dengan senyum yang terkesan dipaksakan.
Rean menaikkan sebelah alisnya, merasa ada yang tidak beres dengan sahabat Estella itu. Tidak biasanya Athena yang cerewet dan pemarah itu tiba-tiba menjadi kalem dan irit bicara seperti ini.
"Mencari sesuatu?" tanya Rean setelah beberapa saat keheningan menyelimuti dua manusia berbeda gender itu.
Athena segera menggeleng. "Tidak kok" dustanya.
Rean hanya bisa mengangguk mengiyakan, toh bukan urusannya juga. Untuk apa ia ikut campur urusan orang lain, kurang kerjaan saja.
"Baiklah, aku harus pergi! Sampai jumpa!" ucap Athena kemudian langsung pergi tanpa mendengar jawaban Rean, membuat pemuda itu hanya bisa diam menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
"Baiklah, Athena. Sekarang pikirkan lah cara agar bisa menemukan Estella" gumam Athena pelan setelah berjalan agak menjauh dari tempatnya dan Rean tadi berbincang.
"Ah sialan sekali! Kenapa aku benar-benar ceroboh?! Sekarang bagaimana caranya aku menemukan Estella?!" dumelnya.
"Athena?"
Athena mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menoleh ke sumber suara. Ternyata itu adalah suara Nyonya Grace, kepala Akademi Beverly ini.
"Salam kepada Kepala Akademi Beverly, semoga Dewi Achelois selalu memberkati anda dan keluarga" ucap Athena formal sembari membungkuk hormat.
"Salam kepada Lady Athena de Ghraze, semoga Dewi Achelois selalu memberkati anda dan keluarga" balas Nyonya Grace sembari membungkuk hormat pula.
"Anda sedang mencari sesuatu, Lady?" Tanya Nyonya Grace.
"Eh- jangan terlalu formal, Nyonya, hehe" ucap Athena tidak enak.
Nyonya Grace tersenyum lembut. "Sedang mencari sesuatu, nak?"
Athena segera menggeleng. "Tidak kok, Nyonya" ucapnya kembali mengatakan kebohongan.
Nyonya Grace hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ah ya, dimana Estella? Bukan kah tadi pagi kalian pergi bersama? Apakah kalian sudah mendapatkan Bunga Rosellanya?"
Athena mengerjapkan matanya bingung. Ya benar, tadi pagi ia memang pergi bersama Estella untuk mencari Bunga Rosella yang telah diperintahkan Nyonya Grace sebelumnya. Tapi sekarang, Estella malah menghilang tanpa jejak.
"Ah itu- uhm- sebenarnya ada barang yang tertinggal, jadi aku kembali untuk mengambilnya. Sedangkan Estella masih ada di hutan Wilayah Hurain. Aku memintanya menunggu disana" ucap Athena lagi-lagi mengatakan kebohongan.
Nyonya Grace mengangguk. "Ah begitu. Baiklah, ingat kalian harus tetap berhati-hati di hutan sana. Kata orang, banyak hal mistis disana" nasehat Nyonya Grace.
Athena mengangguk. "Siap, Nyonya!" Ucap Athena semangat, menutupi kegelisahan hatinya.
Nyonya Grace tertawa kecil melihat semangat yang Athena tunjukkan.
"Baiklah Nyonya, saya harus kembali ke sana. Salam kepada Kepala Akademi Beverly, semoga Dewi Achelois selalu memberkati anda dan keluarga" salam Athena formal.
Nyonya Grace mengangguk. "Salam kepada Lady Athena de Ghraze, semoga Dewi Achelois memberkati anda dan keluarga. Hati-hati nak" balas Nyonya Grace.
Athena memang sengaja meminta Nyonya Gace untuk memanggilnya nama lengkap saja tanpa embel-embel Puteri Mahkota atau Puteri Kekaisaran. Itu sangat berlebihan menurutnya.
Setelah bertukar salam dan saling membungkuk hormat Athena pun bergegas berjalan keluar akademi menuju tempat dimana ia mengikat tali kudanya tadi.
Hatinya masih gelisah, pikirannya dipenuhi satu pertanyaan yang membuat kepalanya pening. Bagaimana cara ia menemukan Estella?
Ia tentu tahu dimana Estella berada sekarang. Tempat yang memang seharusnya Estella datangi hari ini bersama dengannya. Catat! Bersama dengannya. Tapi sekarang, ia bahkan masih disini ketika Estella sudah berada di sana. Lalu sekarang bagaimana?
Masalah nya ia tidak tahu bagaimana caranya ke tempat itu- tempat dimana hanya ada kegelapan dan kekosongan.
Ia tidak punya akses untuk leluasa mengunjungi tempat itu. Akses yang ia punya hanya satu, dan ia sudah berencana untuk menggunakan akses itu bersama dengan Estella tadi. Tapi ternyata rencana yang sudah ia susun matang-matang hangus begitu saja. Semuanya di luar kendali, di luar genggamannya.
Sekarang apa yang harus ia lakukan untuk mememukan Estella? Atau lebih tepatnya, bagaimana caranya ia mendapat akses untuk pergi ke tempat yang lebih layak di sebut sebagai kegelapan itu?
***
Keheningan menyelimuti dua gadis yang sedang berada dalam pikiran mereka masing-masing. Beberapa menit telah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan memecah keheningan.
Selena melirik Estella didepannya yang kini hanya menunduk dengan pandangan kosong tepat setelah ia menceritakan sebuah kebenaran tadi.
"Kau..." suara serak Estella terdengar, kepalanya mendongak, menatap Selena yang masih duduk di tanah dengan kedua tangan dan kaki terikat rantai.
"Berbohong padaku?"
Selena menelan ludah nya dengan susah payah. "Aku..."
"Kau-"
"Oh bukan. Maksudku adalah, kalian berbohong padaku?" Estella kembali mengulang pertanyaan nya tadi. Matanya menyiratkan kekecewaan yang berarti.
Siapa yang tidak kecewa saat ia tahu bahwa sahabatnya ternyata telah membohonginya selama ini? Tidak hanya Selena. Semuanya telah membohonginya.
Semuanya.
"Maaf" itu suara Selena. Ia beberapa kali menetralkan nafasnya yang seperti tercekat di tenggorokan.
"Kau.. disini? Selama ini?" tanya Estella lagi. Suaranya datar namun terselip kemarahan di dalamnya.
Selena menelan ludahnya lagi, apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur pada mantan sahabat nya itu?
"Kau berada di tempat ini, sejak aku menjadi manusia?" tanya Estella lagi.
Selena menetralkan nafasnya sebelum menjawab. "Ya-"
"Dan selama itu kau diberi perlakuan seperti ini oleh para bajingan itu?" tanya Estella lagi dengan nada kemarahan yang kentara.
Selena mengulum bibirnya takut-takut. "Ya-"
Tepat setelah Selena menjawab, sudut bibir Estella tertarik. Membentuk segaris senyuman yang mengerikan.
"Waktunya pembalasan, bukan?"
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
FantasyIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...