"AAAAA KAK ESTELLA KAU BENAR BENAR LUAR BIASAAA!!!"
Estella memejamkan matanya ketika teriakan membahana Artemis memasuki indra pendengarannya yang malang.
"Kau harus mengajariku kak!! Hebat!!" Artemis bertepuk tangan heboh hingga membuat beberapa pengunjung cafe melihat ke arah mereka.
Estella meringis. Seharusnya ia tidak perlu menceritakannya pada Artemis jika pada akhirnya anak itu akan berteriak heboh seperti ini.
"Apa kakak melihat wajah pria pencuri itu??" Artemis bertanya sembari memakan potongan kue stroberi.
Estella mengerutkan keningnya. Kembali mengingat pertemuannya tadi dengan pria misterius itu.
"Tunggulah kejutan selanjutnya, Estella"
Estella menggelengkan kepalanya. Suara milik pria itu terus terngiang diingatannya.
Artemis mengerutkan kening. "Ada apa kak?"
Estella mengalihkan pandangan, menatap raut wajah Artemis yang terlihat kebingungan. "Tidak ada"
Artemis mengangguk. "Apakah pria tadi tampan? Ku dengar dari beberapa orang kakak sempat berbicara dengan pria pencuri itu?"
Estella terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Ya, aku juga memakinya tadi" Estella ingat ia sempat memaki pria itu dengan kata kata kasar yang tidak pantas, matanya memincing. Ah pria itu pantas mendapatkan nya, batinnya.
"Apakah wajahnya tampan??"
Mata Estella memincing, memandang Artemis penuh curiga. "Kenapa kau penasaran sekali dengan wajahnya?"
Artemis hanya tersenyum seperti orang bodoh. Deretan gigi putihnya terlihat.
"Haha apa maksud kakak? Aku kan hanya penasaran, eh" ucapnya.
Estella kembali menggelengkan kepalanya. "Aku tidak melihat wajahnya, hanya bibir dan hidung bagian bawahnya yang terlihat. Tapi sepertinya-- tampan?" Ucap Estella memelan diakhir.
Mata Artemis berbinar. "Lebih tampan dari kak Atlas??"
"Hah?"
"Lebih tampan dari kak Atlas??"
Estella mengerutkan kening. Kembali mengingat ingat wajah pria itu walaupun sulit karena hanya sebagian saja yang terlihat. Tapi jika memang dilihat, wajah pria itu memang tampan. Lebih tampan dari Atlas.
Estella menggelengkan kepalanya lagi. Kenapa ia malah mengingat ingat wajah pria itu?! Bahkan matanya saja tidak terlihat karena tudung yang ia kenakan.
"Kurasa iya, tapi tidak juga. Aku tidak begitu melihat wajahnya" ucap Estella sembari menyeruput kopinya.
Artemis mengangguk. "Aku jadi penasaran dengan pria itu. Sepertinya sangat misterius, ah bagaimana jika kita menyelidikinya. Seperti di film film apa namanya....ah iya! Detektif!" Ucap Artemis semangat dengan mata berbinar ceria.
Estella menaikkan satu alisnya. "Detektif? Kau ingin menyelidiki pria itu?"
Artemis kembali mengangguk. "Di film film itu terlihat luar biasa! Saat mereka memanjat istana dan menyelami danau demi mendapat sebuah petunjuk. Bukan kah itu menyenangkan?" Artemis mengerjapkan matanya lucu.
Estella terdiam sejenak, kemudian menjawab. "Tidak seindah yang dibayangkan, Artemis"
"Hah?"
Sudut bibir Estella tertarik. "Ketika mereka memanjat istana dan menyelami danau, sebenarnya mereka kalah seribu langkah dari para pencuri itu. Ketika mereka mendapatkan petunjuk pertama, para pencuri itu telah sampai pada puncak kejayaan, dan ketika mereka menangkap para pencuri itu, mereka gagal. Para pencuri itu telah pergi jauh, meninggalkan mereka, mencari tempat aman, dan kembali mengulangi perbuatan buruk mereka tanpa ada yang tahu. Lantas apa yang detektif itu dapatkan? Hanya kekosongan dan ke sia siaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
FantasyIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...