38 - Dia

1.9K 127 4
                                    

HAHAHAHAAHAHHAHAH

HAHAHAHAHAHAAHAHA

HAHAHAHAHAHAHAHAH

HAHAHAAHAAHAAHAHA

TIDAK!!

LEPAS!

PERGI!

LEPASKAN AKU!

HIKS

HIKS

LEPAS!

LEPASKAN!!

LEPAS!!

BERHENTI!

TIDAKK!!

Estella membuka paksa kedua matanya. Gelap. Kenapa hanya kegelapan yang ia lihat? Sedangkan suara-suara itu-

LEPAS!

AKH!

LEPAS!

BERHENTI!!

Suara-suara itu masih terdengar ditelinganya, berdengung dikepalanya, dan benar-benar mengganggunya.

Estella beralih mengusap wajah dan mengucek matanya. Kenapa hanya ada kegelapan? Dan kenapa ia ada disini? Dimana ini? Mimpi lagi? Tidak. Tidak mungkin mimpi kan?

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepala Estella. Ia ingin bertanya namun pada siapa? Dimana ia sekarang? Bukan kah terakhir kali ia-

Ia jatuh ke danau itu!

Dan kenapa dia ada disini sekarang? Ia mati? Hah, yang benar dia sudah mati?!

LEPAS!

LEPAS!

SAKIT!

ARGH!!

Estella tersentak, ia kembali membuka kedua matanya paksa. Tidak, bukan itu masalahnya.

Masalahnya adalah, kenapa ia merasa seperti tidur dan kembali dibangunkan dengan tiba-tiba oleh suara-suara itu?

TIDAK!

LEPAS!

LEPAS!!

Estella kembali tersentak untuk yang ketiga kalinya. Seakan ia baru saja tertidur dan dibangunkan dengan suara keras oleh seseorang. Namun- disini gelap! Gelap gulita!

Yang ada dipikiran nya saat ini dengan kondisi seperti ini pula tentu saja apa lagi selain, ia mengalami kebutaan! Tidak. Itu tidak mungkin- mimpi? Ya, mimpi adalah satu-satunya hal yang mungkin disini--

LEPAS!

LEPAS!!

ARGH!

Lagi-lagi Estella kembali tersentak, terkejut dengan suara-suara itu yang lama kelamaan menjadi teriakan keras- menggema di mana mana- berdengung di telinganya-

Estella kembali mengucek matanya kasar, berusaha menatap sekeliling yang sayangnya hanya kegelapan. Gelap, gelap, dan gelap. Semuanya gelap.

Dimana ia berada sekarang? Neraka? Ah tidak mungkin. Achelois? Ya, dimana Achelois jika memang ia sudah mati? Bukan kah Achelois selalu menemuinya jika ia mati?

Estella mengusap wajahnya kasar untuk kesekian kalinya. Suara-suara itu masih berdengung ditelinganya, semakin keras- semakin keras- dan semakin keras.

Membuatnya mau tak mau menutup kedua telinganya dengan telapak tangan, tentu saja agar ia tidak tuli mendadak.

E s t e l l aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang