17 - Salah paham

3.7K 240 0
                                    

Estella memandang bangunan tinggi dihadapannya. Bangunan yang tidak terlalu mewah namun terkesan menawan dipandang mata. Warna putih-cream mengkilap menghiasi dinding dinding bangunan itu.

Akademi Beverly.

Estella sempat terkagum dengan keindahan akademi itu. Walaupun tidak terlalu mewah, namun kesan anggun melekat di setiap goresan warna dinding nya.

Indah, batin Estella.

Ia telah sampai di akademi beberapa menit lalu, namun yang ia lakukan sedari tadi hanyalah memandang kagum bangunan akademi dihadapannya.

Estella berangkat menggunakan kereta kuda Istana. Sebagai bentuk hadiah karena kau adalah sahabat putriku, begitu ucap Kaisar Felipe pada saat ia berpamitan untuk berangkat ke akademi tadi.

Estella masih ingat tadi Athena sempat merengek dan mencoba membujuknya untuk tidak masuk ke Akademi Beverly, bahkan gadis 16 tahun itu sampai berteriak memanggil namanya saat ia hendak masuk ke kereta kuda.

Estella menggelengkan kepalanya ketika mengingat kejadian konyol itu. Kemudian sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis.

"Yah, dia memang sama. Selalu ceria dan terlalu naif" wajahnya kembali datar saat mengucapkan kalimat terakhir. Athena memang sangat naif, dulu maupun sekarang. Menyedihkan.

Estella kembali menggeleng dramatis. Lantas ia beranjak memasuki pintu gerbang akademi dengan menyeret tas besar yang ia bawa.

Penjaga di depan gerbang akademi sempat membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan ketika Estella berjalan melewatinya. Ah tentu saja, sekarang adalah masa masa penerimaan murid baru di akademi.

Estella kembali dibuat terkagum dengan keindahan halaman depan akademi itu. Rerumputan hijau dan bunga bunga mekar tampak sangat sejuk dipandang mata.

 Rerumputan hijau dan bunga bunga mekar tampak sangat sejuk dipandang mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Estella tidak berhenti berdecak kagum disetiap langkah kakinya.

Whusss

Kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari memancarkan cahaya yang indah. Mereka terbang membentuk satu kesatuan sehingga terlihat sebuah tulisan diudara.

'Καλώς ήρθατε!!'
[Selamat datang!!]

Estella memandang kupu-kupu itu penuh takjub. "Sihir!!" Ucapnya girang. Senyuman menghiasi wajahnya.

Estella adalah pengagum sihir nomor 1, ya sebut saja begitu karena ia sangat menyukai apapun yang berhubungan dengan sihir. Ia adalah maniak sihir, sihir adalah hidupnya. Dulu ketika di Erios, ia disebut sebagai dewi nya para sihir.

"Selamat datang, Lady Estella"

Suara lembut itu membuyarkan lamunan Estella, lantas ia menoleh. Seorang wanita paruh baya dengan kacamata yang bertengger dihidungnya tengah berdiri di pintu masuk akademi. Senyuman terpatri di wajah keriputnya.

Estella menormalkan wajahnya kembali, lantas beranjak mendekati wanita paruh baya itu.

"Salam kepada Kepala Akademi Beverly, semoga Dewi Achelois memberkahi anda dan keluarga" ucap Estella sembari membungkuk hormat.

Dapat Estella lihat wanita itu tersenyum lembut. "Salam kepada Lady Estella, semoga Dewi Achelois memberkahi anda dan keluarga" ucapnya sembari membungkuk sebagai tanda penghormatan.

Estella mengangguk. "Senang dapat bertemu dengan anda, Lady"

Estella tersenyum tipis. "Ya" singkatnya.

"Mari Lady, saya antarkan ke kamar anda di lantai 3"

Estella mengangguk lantas mengikuti langkah wanita paruh baya tersebut.

Estella lagi lagi dibuat takjub dengan arsitektur akademi ini. Ornamen-ornamen disepanjang lorong seakan melengkapi keindahan bangunan itu.

 Ornamen-ornamen disepanjang lorong seakan melengkapi keindahan bangunan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Indah sekali" gumam Estella tanpa sadar.

Wanita paruh baya didepannya terkekeh samar mendengar gumaman Estella. "Banyak yang berkata demikian, Lady"

Estella terdiam sejenak. "Mengapa Akademi ini tidak terkenal dikalangan bangsawan?"

Dapat Estella lihat wanita itu menghela nafasnya pelan. "Dulu sempat ada perdebatan antara Kaisar dengan Kepala Akademi kami terdahulu. Sehingga sekarang banyak para pengikut Kaisar yang sebagian besar para bangsawan menolak belajar di akademi ini"

Estella mengangguk mengerti. Itu adalah sejarah umum Akademi Beverly yang sempat ia baca di perpustakaan kota. Ternyata lebih rumit dari yang ia kira.

Tak terasa mereka telah sampai di depan kamar Estella di lantai 3.

"Silahkan beristirahat, Lady. Akademi akan dimulai beberapa hari lagi"

Estella tersenyum tipis. "Terimakasih"

Wanita itu sempat tertegun karena senyum Estella yang menawan. "Kembali kasih" balasnya lantas beranjak pergi setelah melakukan penghormatan.

Estella menghela nafas, lantas membuka pintu dengan sidik jari. Ah ternyata sudah di setting dengan sidik jari di setiap kamar.

Ceklek

"PENCURI!!!!"

Brukk

"Brengsek!" Umpat Estella ketika pantatnya mencium lantai dengan sangat tidak estetik.

Estella menatap tajam seorang pemuda yang tadi mendorongnya. Pemuda itu tengah memegang sapu sembari menyorot Estella tajam.

"Kena kau pencuri!!!" Teriak pemuda itu.

Estella mengerutkan kening. "Siapa yang kau sebut pencuri, heh?" Tanya nya tajam.

Mata pemuda itu memincing. "Tentu saja kau! Masuk masuk kamar orang sembarangan jika tidak untuk mencuri lalu untuk apa, heh??"

Estella memutar bola matanya malas lantas bangkit berdiri sembari membersihkan bagian bawah gaunnya.

"Berisik" desis Estella kemudian memasuki kamar itu, mengabaikan sumpah serampah pemuda aneh tadi.

"Hei enak saja main masuk kamar orang!"

Estella memandang tajam pemuda yang ia kira seumuran dengannya itu. "Bodoh. Mana ada pencuri yang membuka pintu dengan sidik jari. Tidak sekolah, heh?" Ucapnya tajam.

Mata pemuda itu melotot sempurna. "Hah?"

Estella menaikkan satu alisnya. Sedetik kemudian matanya ikut membulat sempurna.

"KITA SEKAMAR?!!"














To be continued

E s t e l l aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang