Ctakk
Suara panah melesat menginterupsi telinga Estella. Kini ia tengah berlatih memanah. Sejak hari pertama pembelajaran dimulai, ia bertekad untuk menguasai seluruh materi yang diajarkan di akademi ini. Dan salah satu materi dasar adalah memanah.
"Hebat! Kau memang ahli memanah!"
Estella hanya tersenyum tipis menanggapi pujian kakak senior yang tengah ditugaskan membantu murid-murid memanah.
"Kenapa kau masuk kelas E? Padahal nilai memanahmu tinggi"
Estella melirik ke arah senior itu. "Tidak tahu"
Benar. Kemarin saat pembagian kelas, Estella kebagian kelas E. Ia juga tidak mengerti kenapa bisa menempati kelas itu.
"Hahh" helaan nafas terdengar dari bibir senior yang diketahui bernama Algan itu.
"Baiklah selanjutnya!"
Estella kemudian beranjak dari sana menuju bawah pohon yang rindang. Giliran memanahnya hari ini telah selesai dan ia tidak tahu harus melakukan apa lagi.
Mata Estella memandang ke arah murid-murid akademi yang masih berlatih. Banyak panah dari mereka yang meleset bahkan tidak mengenai target sama sekali.
Sudut bibir Estella tertarik. Ia jadi berpikir, jika ia menyelesaikan materi ini lebih cepat bukan kah ia akan mempelajari sihir lebih cepat dari yang seharusnya? Ah ia sangat tidak sabar untuk belajar sihir.
ARGGHHH!!
Suara teriakan itu membuyarkan lamunan Estella. Ia mengalihkan pandangan, terdapat kerumunan di area latihan panah. Ada apa?, batinnya bingung.
Estella segera beranjak mendekat ke kerumunan. Dapat Estella lihat senior yang bernama Algan--kalau Estella tidak salah dengar tadi--tengah terduduk kesakitan dengan anak panah menancap dilengan kirinya.
"Sialan!" Umpat senior itu sembari meringis ngilu dibagian lengan kirinya.
"Ada apa ini?" tanya Estella pada salah satu murid yang juga ikut berkerumun disana.
"Kak Algan terkena panah, ah itu tadi sangat tiba tiba! Aku jadi merinding, siapa yang mencoba mencelakai kak Algan??" Murid itu tampak memeluk dirinya sendiri, tangannya sedikit bergetar karena takut.
Separah itu kah?
"Wonzi cepat antar Algan ke ruang kesehatan!"
Estella mengalihkan pandangan ke arah guru panah yang tengah memberi instruksi pada salah senior yang lain. Estella mengendikkan bahu acuh, siapa peduli?
Tetapi keningnya berkerut samar. Memangnya siapa yang berniat untuk mencelakai senior itu?
"Oh demi Dewi Achelois! Panahnya beracun!!"
Estella melirik ke arah guru panah yang tengah panik itu, sedang senior bernama Wonzi tengah memapah Algan yang sudah tak sadarkan diri.
"Panah beracun?" gumam Estella.
"Hei seram sekali!! Siapa yang berniat mencelakai kak Algan?? Panah beracun itu mengerikan!!"
"Iya! Lihatlah aku sampai merinding! Kasihan sekali kak Algan, penyembuhannya pasti lama. Ku dengar panah beracun sulit disembuhkan, harus menggunakan bunga langka yang jarang ada di daerah sini"
"Kasihan, aku berharap kak Algan baik-baik saja"
"Yah, kita semua juga berharap demikian"
Estella mendengarkan perbincangan dua murid itu dengan kening berkerut. Panah beracun? Apakah ini ada kaitannya dengan teror-teror sebelumnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
E s t e l l a
FantasyIni kisah Estella. Gadis dengan sejuta misteri. Hidup di dalam kekejaman dunia, penuh dengan kebohongan dan kemunafikan. Dimana kakinya melangkah, di sanalah terdapat kebencian. Hingga tibalah saat itu, saat dimana ia terbangun di tempat lain. Tempa...