Lagi-lagi Ella terbangun dari sebuah ruangan asing—dan yang pasti ini bukan di kamarnya.
Aroma lavender mengisi penciuman Ella. Pandangan Ella mulai terpaku pada sebuah lilin yang masih menyala di meja nakas. Itu lilin yang dibeli Ella untuk ia berikan kepada Ken.
Ternyata Ken mengambilnya dan menyalakan lilin itu. Atau mungkin Bu Yana yang menyalakannya.
Aroma harum lavender yang menguar berubah anyir ketika Ella mengingat kejadian semalam. Padahal tidak ada darah di sekitar Ella. Tapi kejadian semalam adalah kejadian yang paling gila selama Ella hidup.
Mengingat kejadian tersebut, Ella beringsut keluar kamar. Namun Ella tak mendapati siapapun selain kosong. Tidak ada Ken atau Bu Yana. Suasana hening membuat Ella semakin bingung.
Ke mana Ken pergi? Kenapa pria itu tidak ada di rumah? Seharusnya pria itu masih ada di sini mengingat luka yang dimiliki. Pria itu seharusnya masih lemah tak berdaya. Atau minimal dia terlihat di rumah ini.
Dan kenapa Ella bisa di kamar ini?
Maka Ella mencoba mengintip ke kamar sebelah. Tanpa harus menekan tuas pintu, Ella dengan mudah melebarkan pintu yang terbuka dan mencari sosok yang mengisi pikirannya saat ini.
Tapi pria itu tidak ada.
"Mba Ella sudah bangun."
Suara Bu Yana mengagetkan hingga Ella terlonjak dan membalikkan badan, "dimana Ken? Kenapa dia tidak ada?"
"Tuan Ken pergi kerja," ujar Bu Yana santai dan otomatis Ella melongo di tempat.
"Bagaimana mungkin dia pergi kerja dengan tangan—" ucapan Ella berhenti di udara. Ia takut jika saja Bu Yana tidak tahu soal ini.
"Tuan sudah pulih," Bu Yana seakan bisa membaca kekhawatiran Ella. Reaksi Bu Yana sangat berbeda dibayangan Ella. Wanita tua itu tampak santai menjelaskan ketakutan Ella semalam.
"Tuan bilang anda sudah membantunya semalam. Beliau ingin mengucapkan terima kasih pada anda secara langsung," Bu Yana tersenyum sambil mengelap lemari di samping Ella. Mereka seperti sedang membahas cuaca, masalah semalam terasa enteng dibicarakan Bu Yana.
"Lalu, kenapa dan ke mana dia pergi?" tanya Ella.
"Katanya ada pekerjaan mendesak," Bu Yana tersenyum lagi, lalu membersihkan vas bunga di atas meja. "nanti Tuan Ken akan menemui anda setelah urusannya selesai. Beliau bilang ia juga ingin menyampaikan terima kasihnya atas lilin aroma terapi yang anda belikan."
"Apa dia memang suka begini?" Ella buru-buru mengoreksi ucapannya, "maksudku, sesibuk apa dia sampai aku sendiri sulit menemuinya? Lalu.. selama ini anda ke mana? Anda juga tidak terlihat beberapa hari ini."
"Saya diminta Tuan untuk tidak kemari," Bu Yana menoleh setelah menata vas bunga dengan tangkai bunga baru. Bunga lavender ungu tampak cantik mengisi sudut ruangan tamu. Sepertinya pemilik rumah ini memang suka bunga lavender.
"Kenapa?" Ella semakin bingung dari rautnya.
"Saya.. tidak bisa cerita banyak," Bu Yana menjeda lalu beranjak ke dapur.
"Kalau anda sudah enakan, anda bisa kembali pulang."
Berbeda dengan sebelumnya, Bu Yana memang sedang menyembunyikan sesuatu sampai Bu Yana terpaksa mengusir Ella dari rumah ini.
Ella merasakan itu meski Bu Yana masih berlaku sopan. Tapi tak butuh waktu lama, Ella memutuskan pergi.
Dan memutuskan untuk tidak terlibat lagi dengan pemilik rumah ini.
Semua ini membingungkan.
+++++
Beberapa hari setelah Ella memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan tetangganya, hari-harinya sudah berjalan sesuai alurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Reliever
RomanceImpian pernikahan yang Ella idamkan di umur 35 tahun ini harus kandas karena sang kekasih berselingkuh. Setelah putus, Ella bingung sampai frustasi bagaimana ia harus menceritakan akhir kisah cintanya kepada sang Ibu--yang selalu menuntut Ella untuk...