Ella dibawa Ken ke sebuah resort ternama di Sentosa Island dan meminta Ella untuk menunggunya di sebuah ruangan.
Ella diantar oleh seseorang setelah Ken memerintah, dan di sinilah Ella sekarang.
Sebuah ruangan kamar mewah menyuguhkan pemandangan. Tidak banyak barang-barang memenuhi di sana, interiornya klasik dan minimalis menjadi satu di ruangan tersebut.
Ella terhipnotis dengan keindahan ini.
Ella memerhatikan lukisan hingga ia berhenti di sebuah pemandangan kolam renang yang tampak tenang, ada mini air mancur, kursi Pantai, bean bag dan lampu pijar sebagai pemanis di sekitar kolam renang. Cantik! Ella yakin menghabiskan waktu seharian di sini tidak akan membuatnya bosan.
Tapi bagi Ella sekarang bukanlah memikirkan bagaimana ia akan menghabiskan waktu di ruangan ini. Kejadian di kasino kembali terlintas, dan kejadian tadi mengingatkannya lagi pada kejadian di rumah Ken tempo lalu. Di mana pria itu berlumuran darah di rumah seorang diri, lalu Ella mengaitkan dengan aksi tembak-tembakan tadi.
Ella benar-benar seperti berada di sebuah film laga tadi. Nasibnya seakan berada diujung pistol. Dingin dan panas ketika ujung pistol itu bersentuhan di kulit Ella. Ella tidak berdaya sama sekali pada saat itu. Lalu Ken menyelamatkan Ella dan membawanya ke sini dengan alasan keamanan.
Tak hanya disitu, Ken dikelilingi banyak orang disaat mereka tiba—yang Ella duga adalah anak buahnya. Semacam itu. Sebab mereka setia mengikuti Ken dan menuruti perintah Ken tanpa membantah. Masing-masing diantara mereka juga memiliki senjata api. Ella bisa melihatnya dibalik jas anak buah Ken terlihat senjata api bersembunyi di sana.
Ken seperti mafia di buku novel.
Sudah cukup lama Ella menunggu sendirian di ruangan ini, tapi Ken tidak muncul-muncul juga. Ella mengitari sekitar, bingung, tiba-tiba ia memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. Apa ia akan tiba ke Indonesia dengan selamat, atau sebaliknya?
Ella menghempaskan pikiran jeleknya itu dengan menggeser jendela. Menghirup dan merasakan betapa sejuknya aroma kolam renang dan udara Sentosa Island. Duduk di bean bag menjadi usulan menyenangkan saat ini.
Ketika Ella duduk di bean bag, tubuhnya sontak perlahan tenggelam dan Ella kesulitan bangkit karena tubuhnya dilalap bean bag.
Salahkan Ella yang bertubuh kecil sehingga ia mudah dilalap.
"Sudah sampai mana?"
Suara Ken terdengar dan Ella meronta di tempat. Tapi bean bag semakin menelannya hingga hanya tersisa kedua tangan yang sibuk menggapai udara.
"Aparat berhasil menahan setengah dari kelompok Panah Besi. Paul berhasil melarikan diri."
"Begitu ya," Ken mengangguk-angguk. "Markasnya belum ketauan?"
"Belum, Tuan. Tim masih proses pengejaran anak buah Panah Besi yang berhasil melarikan diri tadi. Sampai saat ini belum ada yang memberikan laporan. Saya pastikan akan memberi tahu anda setelah mendapat kabar."
"Pengamanan diperketat lagi. Tak kusangka mereka berbuat nekat seperti tadi." Ken membusung dada, mengeluarkan kegelisahannya.
"Anda benar, rencana mereka kali ini untuk membasmi anda. Anda harus berhati-hati. Jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi." Ali—pria di samping Ken membenarkan posisi kacamatanya sembari memegang benda pipih canggih. Ia menjelaskan tentang rencana musuh terhadap pimpinannya. Meski pimpinannya berkompeten dalam segala hal, namun pengalaman terakhir yang di mana Ken terkena luka tembak disaat musuh berhasil mengepung menjadi bentuk kewaspadaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/351758480-288-k132033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Reliever
RomanceImpian pernikahan yang Ella idamkan di umur 35 tahun ini harus kandas karena sang kekasih berselingkuh. Setelah putus, Ella bingung sampai frustasi bagaimana ia harus menceritakan akhir kisah cintanya kepada sang Ibu--yang selalu menuntut Ella untuk...