"Berikutnya adalah Silvia. Wanita berusia 26 tahun. Asal Surabaya dengan pendidikan terakhir tamatan SMA. Silvia menjadi salah satu kebanggaan Nyonya Tia. Banyak pria dari berbagai kalangan mengincarnya. Untuk Silvia—penawaran pertama sebesar seratus juta rupiah."
Ketukan palu terdengar memancing para pria hidung belang melakukan penawaran terbaiknya. Hal itu menciutkan nyali Ella saat ini. Dengan pakaian minim dan udara dingin semakin menusuk kulit, Ella sulit menerima fakta bahwa dirinya berada di atas panggung menjadi salah satu korban perlelangan di acara ini.
Potongan ingatan yang masih terekam di kepalanya, Ella diajak ke sebuah acara formal yang dihadiri oleh para petinggi wilayah. Ia mengenakan pakaian anggun dan diminta untuk menunggu di sebuah ruangan. Ruangan tersebut sudah diisi banyak orang—beberapa wanita dan penata rias. Pakaian anggunnya diminta ganti dengan pakaian minim oleh orang asing.
Ella tidak mengerti mengapa ia diminta mengganti pakaian menjadi pakaian kurang bahan itu, dan tentunya Ella menolaknya tegas diawal. Namun beberapa orang lainnya menghampirinya, mengulitinya dengan berbagai macam paksaan dan ancaman sehingga Ella terpaksa mengganti dan berdiri di atas panggung dengan wajah memucat.
Tak Ella sangka bahwa pria bernama Jirish akan menjerumuskannya ke dalam acara perlelangan ini. Perlelangan yang dimaksud bukanlah perlelangan barang antik atau properti—melainkan dirinya sendiri dilelang kepada para otak kotor yang hanya haus akan nafsu.
Ella masih ingat bagaimana Jirish memintanya untuk datang ke sebuah acara pelantikan di Wilayah Utara. Jirish mengatakan bahwa Ken akan menghadiri acara tersebut. Awalnya Ella tak berminat pergi, setelah banyaknya fakta yang terkuak dan semua hal itu membuatnya sulit berpikir.
Fakta-fakta yang Jirish utarakan menampar kesadaran Ella. Semua yang Ella anggap baik-baik saja, nyatanya sangatlah diluar nalar.
Terutama tentang fakta kematian Sarah.
Kemudian status Jirish dan Ken—mereka adalah Ayah dan Anak yang saling membenci satu sama lain. Mirisnya Jirish mengungkapkannya begitu santai, tidak ada kehangatan ketika Jirish mengatakan bahwa Ken adalah anak kandungnya, anak semata wayangnya.
Ada kepedihan di relung hati Ella, namun Ella melenyapkan perasaan itu karena mereka berdua tidak pantas menerima perasaan tersebut.
Lalu tentang keberadaannya di atas panggung, menjadi salah satu wanita yang sebentar lagi akan dijual kepada para hidung belang di hadapannya. Ella bisa melihat bagaimana para pria berbagai umur itu berebutan melakukan penawaran tertinggi hanya untuk mendapatkan wanita yang mereka incar dan hanya untuk menginjakan harga diri para wanita di atas panggung.
Sementara para wanita yang terjebak bersamanya, rasanya hanya Ella yang merasa terjebak seorang diri karena mereka tidak terlihat gelisah sedikitpun.
Rasa takut Ella begitu menguasai, kenapa Ella harus merasakan hal seperti ini? Mengapa dunia Ella harus seperti ini? Ella yang terlalu naif dihantam pada kenyataan sesungguhnya bahwa dirinya memang tak ada harga sedikitpun, baik dengan Ibu kandungnya, dengan Gilang, dengan Ken maupun dengan orang-orang di dunia ini.
"Deal—penawaran tertinggi untuk Silvia sebesar dua ratus tujuh puluh juta rupiah dimenangkan oleh Tuan Gusti Santoso."
Ketukan palu terdengar. Wanita di sampingnya berhasil terjual dengan harga tak dimasuk akal.
Mungkin, kalau saja, dari awal Ella tak pernah bertemu dengan Ken. Kalau saja waktu itu ia tidak penasaran dengan tetanggannya itu dan tidak menolong Ken yang sedang bersimbah darah.
Mungkin saja Ella sedang berada di rumahnya, menikmati makan malamnya dengan tenang. Mungkin saja Ella sedang tertidur pulas tanpa memikirkan apapun. Mungkin saja kehidupan Ella akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Reliever
RomanceImpian pernikahan yang Ella idamkan di umur 35 tahun ini harus kandas karena sang kekasih berselingkuh. Setelah putus, Ella bingung sampai frustasi bagaimana ia harus menceritakan akhir kisah cintanya kepada sang Ibu--yang selalu menuntut Ella untuk...