20

157 14 4
                                    

Sudah tak terhitung berapa hari sejak Ella menetap di rumah ini. Yang jelas Ella sudah hapal bagaimana aroma lavender akan selalu menyapa penciuman ketika Ella mengerjap dan bangun dari tidurnya hingga kembali terlelap oleh mimpi.

Juga pada tata letak dan semua benda yang menghiasi rumah besar ini. Ella sudah hapal bagaimana tata letak vas bunga mengkilap menghiasi setiap sudut ruangan yang harus Ella hindari karena takut sentuhannya bisa memecahkan barang mahal tersebut. Dentuman jam besar yang selalu berbunyi di ruang tengah ketika waktu menunjukkan pukul dua belas sudah tak terdengar semenyeramkan pada saat awal Ella menetap.

Ella juga tak lagi tersandung karena adanya pijakan kecil tak terlihat antara ruang pertemuan dengan ruang santai disaat Ella berlalu lalang, dan tak lagi mempermasalahkan banyaknya figura abstrak yang memenuhi dinding yang awalnya tampak menyeramkan baginya.

Ditemani oleh banyaknya pelayan yang mengabdi penuh kepada sang pemilik rumah, tak banyak Ella lakukan di sana selain diam dan memperhatikan bagaimana para pekerja itu hanya sibuk sendiri dengan tugas mereka masing-masing. Mereka bahkan tampak bergesa-gesa dan menghindarinya ketika mereka dan Ella tak sengaja berpapasan. Bahkan mereka terpaksa tak menyapa wanita itu selama ia menetap.

Ella sempat berpikir mungkin karena Ella masih belum bisa dan terbiasa mendekatkan dirinya dengan para pekerja di sana, atau memang para pekerja itu sengaja menghindarinya demi kenyamanan bersama.

Kecuali para koki harian. Mereka akan selalu menyapa Ella ketika mereka datang dan bersiap ke dapur. Mereka tak segan untuk berisik selama di dapur seolah tidak ada Ella yang diam-diam memperhatikan mereka. Ella sampai penasaran bagaimana isi dapur tersebut karena setiap Ella ingin mengintip seseorang akan datang dan mencoba menghalangi kegiatan wanita itu yang bagi pekerja tindakannya terlihat tidak terpuji lalu meminta Ella diam dan menunggu di meja makan yang lagi-lagi terlihat sepi.

Dan sekarang Ella kembali mendengar teriakan semangat para koki sedang memainkan alat masak mereka. Sudah memasuki jam makan malam dan perut Ella mulai merintih. Ia duduk sendirian di meja makan yang luas dan besar. Termenung untuk mendengarkan bagaimana keseruan para koki memasak yang sebentar lagi makanan akan sial disantap untuk makan malam kali ini.

Iya, Ella hanya seorang diri di sini. Sejak permintaan aneh Ken di sinilah Ella sekarang. Dan sejak kejadian itu Ella tak lagi menemukan sosok pria itu selama ia tinggal di rumah besarnya. Sama seperti para pekerja di sini, mungkin pria itu terlalu sibuk atau juga sengaja menghindarinya sampai lagi dan lagi Ella harus menyantap makanan seorang diri. Rasa sepi ini mulai meresahkan dan sampai kapan rasa sepi ini akan terus mencekiknya.

Dalam termenungnya Ella bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan pria itu sekarang sampai Ella harus terus menelan kekosongan ini? Mungkinkah karena ciuman tersebut membuat Ken sengaja menghindarinya? Memikirkan itu Ella mengatup bibirnya menggunakan sendok. Bibir merah itu merasakan sengatan dingin dari sendok yang ia gunakan. Seketika ia menggigil, mungkin karena sengatan dingin dari sendok atau karena ingatannya melalang buana pada kejadian di mana bibir Ken berhasil menyentuh dan melumat bibir Ella begitu dalam.

Kejadian tersebut sudah melewati banyaknya hari demi hari, namun Ella masih bisa mengingatnya dengan jelas bagaimana Bibir Ella berubah basah dan bengkak setelah Ken puas melumat bibirnya dan melepas pagutan mereka secara perlahan. Ciuman itu berhasil membuat Ella melayang beberapa saat sampai Ella tersadar bahwa Ken telah menidurkannya ke tempat tidur.

Kondisinya pada saat itu sulit dijelaskan. Namun Ella memprediksi kalau kondisinya pada saat itu mungkin sudah kacau, ditambah posisinya yang berada di bawah kukungan Ken membuat Ella tampak tak berdaya seakan ia adalah mangsa yang siap disantap oleh sang monster.

Tidak, maksudnya Ken bukan seperti monster. Malam itu Ken tidak seperti biasanya—menatapnya begitu dalam seakan Ella adalah sesuatu yang terkunci namun Ken berhasil membuka kunci tersebut. Tak ada yang Ella lakukan selain membalas tatapan dalam Ken dan ketidakberdayaannya. Energinya seolah terkuras habis hanya dengan tatapan pria itu. Ken seakan menelanjanginya hanya dengan tatapan matanya saja dan Ella hanya bisa membalas tatapan itu. Diam membiarkan pria itu melakukan apapun yang pria itu mau terhadapnya. Karena tanpa Ella sadari sedikitpun Ella memberinya ruang dan kebebasan untuk Ken.

Taste RelieverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang