31

89 7 2
                                    

Seta ingat detik-detik terakhir ia masih menikmati after party pelantikan di Kanwil Utara. Saat itu Seta mengambil segelas wine yang disediakan pramusaji lalu meminumnya dengan puas.

Seta adalah pribadi yang suka berbau pesta. Banyaknya minuman dan makanan akan menjadi kesenangannya tersendiri. Sebisa mungkin ia akan mencicipi hidangan tanpa memikirkan apapun.

Hanya saja ia terkadang suka lupa kalau posisinya saat ini bukanlah sebagai tamu kehormatan. Melainkan mengamati situasi. Seta juga suka lupa kalau ia tidak akan pernah puas menikmati acara sambil bekerja.

Disaat Seta hampir mencoba macam-macam kue yang berjejer di atas meja, Janu memberikan isyarat dari kejauhan lima meter setelah suara pistol terdengar dan terpaksa Seta mengurungkan niatnya untuk menikmati kue-kue itu.

Tugasnya mengamati situasi berubah sekejap dengan membalas penyerangan anak buah Bang Bob. Suara pistol berasal salah satu musuh yang berhasil melumpuhkan salah satu anak buah Angger.

Seta langsung berlari mengikuti musuh yang mencoba kabur dari. Melewati banyak orang yang berlarian berlawan arah. Lalu meloncati meja, sekejap kedua tangannya bertumpu lalu mengayunkan badannya naik dan melayang. Kakinya bekerja dengan cepat untuk menendang badan musuh hingga tersungkur.

Pistol yang terjatuh dari musuh langsung Seta rebut dan ia gunakan untuk menembakinya. Seta mendongak sambil mengisi pistol setelah memastikan bahwa musuh sudah tergelatak tak berdaya.

Amar yang tadinya sedang duduk dan hampir saja tertidur karena kelelahan langsung berdiri tegap dan segera mengeluarkan pistolnya. Ia berlari dan mendekati anak buah Angger yang telah terbujur kaku di lantai. Masih merasa ngantuk, Amar memilih untuk membopong rekan yang masih bisa diselamatkan. Lalu membawanya keluar dan diserahkan kepada rekan lainnya untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Situasi acara berubah ricuh. Semua orang berbondong-bondong meninggalkan gedung demi menyelamatkan diri masing-masing. Dengan begitu Amar kembali masuk ke gedung dan memanuver ke arah musuh-musuh yang harus ia lumpuhkan.

"Ganggu orang tidur aja." Seru Amar setelah puas melihat musuh menjadi jasad.

Kemudian Janu, dari awal ia telah berjaga dan berhasil melumpuhkan beberapa lawan. Ia berhasil menembakki beberapa musuh lalu berlarian menghabisi musuh dengan tangan kosong. Tak gentar Janu menghabisi mereka. Beruntung ia memakai sarung tangan dari awal ia datang ke acara.

Janu mau menghampiri Seta yang masih berurusan dengan musuh. Dari kejauhan Janu melihat Seta sedang duduk sambil melilit leher musuh menggunakan kedua kakinya. Seta kunci leher itu sampai musuh kesulitan bernapas.

Sebelum Janu sampai, Janu melihat Ajik tengah sibuk dengan musuh lainnya. Ajik terlihat dihadang tiga orang. Tidak mundur sedikitpun, Ajik mampu melawannya satu persatu dengan tangan kosong.

Janu kini memilih mendekati Ajik setelah Ajik sudah beres.

"Kau datang."

Ajik menoleh ketika Janu datang menghampirinya.

"Sempat telat tadi. Beruntung nggak telat-telat banget. Gimana tadi?" Ajik bersiap lagi ketika melihat musuh mendekatinya. Janu juga melakukan hal yang sama. Ajik melayangkan tendangan tepat mengenai perut lawan, sementara Janu memilih menggunakan pistol.

"Mbak Ella dijual sama Jirish." Ajik terkejut mendengar berita itu, lalu ia kembali menghajar lawan lainnya dengan jap andalan. "Gila ya dia!"

Janu tampak santai membuang pelurunya ke tubuh lawan sampai tumbang. "Kakak menemuinya."

"Angger di sana juga kan?" tanya Ajik setelah berhasil memukul wajah lawan menggunakan siku.

"Harusnya iya. Tadi gue liat dia menghajar anak buah Bang Bob terus ke atas."

Taste RelieverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang