Ella termenung dengan segudang pertanyaan yang masih tersangkut dalam kepala. Ia tidak tahu akan dibawa ke mana dirinya sekarang. Ia tidak tahu kenapa dirinya mau diajak pergi oleh orang asing.
Tapi yang Ella tahu bahwa ia ingat dengan sosok pria yang duduk di sampingnya.
Pria paruh baya yang pernah ia temui ketika pria itu mendatangi rumah Ken.
Sebelumnya ketika Ella membuka pintu—yang ia kira adalah petugas Hotel mengantarkan makanannya—Ella dikunjungi oleh pria paruh baya bersama orang-orang di belakangnya.
Tentunya saat itu Ella terkejut. Selain merasa bahwa dirinya seakan buronan yang berhasil dikepung, kehadiran pria paruh baya itu mengingatkan dirinya pada pertemuan mereka sebelumnya.
Perawakan pria paruh baya ini cukup banyak berubah setelah pertemuannya terakhir. Rambut putihnya memanjang. Ditambah memiliki jenggot di sekitar dagu hingga ke pipi. Namun rambutnya tidak mengganggu penampilannya.
Yang membuat Ella termenung adalah aura pria tersebut. Hanya melalui tatapannya saja Ella tahu bahwa pria tua itu memiliki aura yang kuat, tenang namun terlihat seperti seseorang yang tidak bisa dibantah.
Semakin diperhatiakn, auranya sangat mirip dengan Ken.
Alasan yang membuat Ella duduk bersama dengannya di sebuah mobil mewah adalah ajakan yang dilayangkan kepadanya. Pria tu berkata bahwa ia mengenal Ken dan akan mempertemukan Ella dengan Ken.
Juga ia membicarakan tentang kondisi Sarah, Ibunda Ella.
Seperti mantra, Ella mengikutinya tanpa paksaan sedikitpun. Ini bukan karena Ken, tapi Sarah. Sejauh mana pria itu tahu tentang Sarah? Bagaimana pria itu tahu kalau dirinya berada di Hotel dan bagaimana pria itu tahu tentang Ibunya?
Semua itu menjadi bahan pertanyaan dan berkumpul di kepala Ella. Namun Ella seakan sulit mengutarakannya dan membiarkan keheningan menguasai.
Namun bisa saja pria itu seorang penipu dan membawa Ella dalam ranah bahaya. Namun sekali lagi, Ella merasa bahwa ia harus ikut dengannya.
Memang aneh jika berkaitan dengan Ken. Bahkan dengan orang asing saja Ella seakan tak punya pertahanan. Tak punya prinsip untuk mawas diri.
Padahal sebelumnya Ella pernah mencurigainya.
Apa pria ini akan menguak banyak jawaban dalam segala pertanyaan?
Lamanya mereka bersama di perjalanan, akhirnya pria tua itu mengajaknya berbicara.
"Sudah berapa lama kau mengenal Ken?"
Ella menoleh dan memandangi pria tua itu sejenak, "sudah lama." Ella menimbang pikirannya, "sepertinya begitu."
"Benarkah?" pria itu melirik Ella sekilas. Ella hanya mengangguk. Pria itu balas mengangguk, lalu menyeringai sesaat.
"Jadi, apa hubungan mu dengannya?"
Ella termenung lagi, belum mau menjawab karena ia tidak tahu harus menjawab apa.
Hubungan? Rasanya kata itu terlalu rumit untuk mereka berdua.
Atau memang kata itu tidak cocok untuk disandingkan.
"Itu.."
Kini Ella tiba di sebuah rumah besar yang jauh dari ibukota. Rumah besar itu tampak terawat, terlihat dari beberapa orang yang bermunculan ketika mobil memasuki pekarangan rumah. Melihat pakaian yang dikenakan, Ella yakin mereka adalah pelayan rumah.
Ella ikut turun dari mobil setelah pria tua itu melakukannya lebih dulu. Ella mengikutinya dari belakang, sambil melirik beberapa hal yang tertangkap olehnya—pekarangan rumah yang asri, para pelayan yang menyambutnya hangat, dan salah seseorang dari mereka menghampiri pria tua itu dengan tutur kata penuh kesopanan menjelaskan beberapa tugas yang telah dilakukan sebelum kehadiran mereka tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Reliever
RomantizmImpian pernikahan yang Ella idamkan di umur 35 tahun ini harus kandas karena sang kekasih berselingkuh. Setelah putus, Ella bingung sampai frustasi bagaimana ia harus menceritakan akhir kisah cintanya kepada sang Ibu--yang selalu menuntut Ella untuk...