25

82 7 3
                                    

Mimpi semalam menjadi ingatan pertama ketika Ella bangun dan mengerjap pelan. Sambil menikmati bagaimana sinar matahari menyapa kulit dingin Ella yang terasa dingin diawal menjadi hangat, Ella mendudukkan dirinya dan merenung. Mengulang kembali ingatannya tentang mimpi semalam—yang nyatanya itu adalah sebagian kegiatan panas yang Ella lakukan.

Dan tentunya, bersama Ken.

Ciuman membara itu berhasil menyenyakkan tidurnya. Ella akui itu. Dan ia pun mengakui bahwa ciuman pria itu begitu menghangatkannya. Bagaimana tidak? Selain membuat tidurnya nyenyak, sebelumnya Ella merasa bagaimana ciuman itu begitu membara di aliran tubuhnya.

Darahnya berdesir hebat, Ella bahkan mengingatnya betapa vulgarnya dirinya membalas bibir Ken sama akan nafsunya. Ella seakan kehausan, dan bibir Ken mampu menghempaskan dahaganya. Meski demikian, pergulatan semalam tak membuatnya lega. Seluruh tubuhnya seakan memaksa Ella untuk terus bekerja, membalas, sebab pergulatan tersebut membawanya ke dalam geliat aneh namun memabukkan.

Mengingat hal itu saja, wajah hangat itu berubah memerah. Ella yakin wajahnya sekarang dalam kondisi tidak baik-baik saja karena mendadak suhu tubuhnya meninggi sampai ujung kepala.

Dan mengingat hal itu juga membuat Ella tak sadar bahwa sekarang Ali tiba-tiba saja memasuki kamar dengan membawa sebuah tas besar lalu ia letakkan di dekat meja nakas.

"Anda baik-baik saja, Nona?" Ali bertanya ketika ia melihat Ella termenung sendirian, bahkan pria itu melupakan sapa hangat terbaiknya. "Btw, selamat pagi. Maaf saya mengganggu anda sepagi ini."

Ella agak kelabakan, ia takut bayangan panas yang tiba-tiba saja berputar di kepalanya diketahui Ali. Meski itu mustahil.

"Saya kesini ingin memberikan ini," Ali menunjukkan tas yang ia letakkan di dekat meja, "Tuan meminta saya menyampaikan ke anda untuk segera bersiap. Semua perlengkapan anda sudah ada di dalam sana. Saya akan menunggu anda di bawah."

"Apa itu?" Ella mengenyahkan isi kepala dan berfokus pada eksistensi Ali.

"Itu pakaian, perhiasan, alat berhias dan sepatu. Tuan ingin anda mengenakannya hari ini. Tuan juga bilang kalau Tuan akan mengajak anda untuk pergi seharian ini?"

"Pergi?" Ella turun dari ranjang nyaman itu dan melihat isi dari tas yang dibawakan Ali. Benar, isinya adalah pakaian, alat hias sampai sepatu baru di sana. "Ken, dimana dia?"

"Tuan seharusnya masih bersiap," jawab Ali, "sebentar lagi Tuan selesai dan akan menunggu anda di bawah juga."

"Kamu bilang dia mengajakku pergi, ke mana?"

"Kalau itu, saya kurang tahu," Ali menunduk pandangan dengan seulas senyum, "saya hanya disuruh menyampaikan hal itu saja."

Tak ada percakapan lagi karena Ali memilih undur meninggalkan Ella seorang diri di kamar. Sementara Ella masih termenung menatap barang-barang itu dan memikirkan ke manakah pria itu akan membawanya setelah semua yang ia dan pria itu lakukan semalam.

Mengingat itu wajahnya memerah lagi. Beruntung semalam nafsunya tidak membawanya melewati batas, dan pria itulah yang lebih dulu menghentikan kegiatan panas mereka sampai Ken membawa Ella ke tempat tidur dan mereka tertidur bersama.

Pria itu berubah pada satu malam itu, lebih lembut, hingga Ella tak mampu berpikir ketika Ken mengusap lembut puncak kepala Ella dalam rengkuhan lebarnya. Satu tangan pria itu memeluknya erat. Seakan khawatir sewaktu-waktu Ella memberi sedikit jarak walau Ella tak berniat sedikitpun.

Dan Ella nobatkan bahwa semalam—menjadi malam terhangat yang Ella rasakan sebelumnya.

+++++

Taste RelieverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang