22

185 23 3
                                    

"Terima kasih untuk hidangannya, Nona Ella." Ujar pria gagah itu setelah mencicipi teh buatan Ella.

"Sama-sama." Ella balas penuh kesopanan. Ia baru menyesap teh buatannya setelah pria di depannya mencicipi lebih dulu. Teh melati buatan Ella terasa hangat dan harum. Pria tua itu tampak tergugah.

Pria asing yang hendak mengunjungi rumah Ken kini bertandang ke rumah Ella. Merasa terhipnotis, Ella mempersilakan masuk saat setelah pria itu menyapanya tanpa menanyakan apapun maksud dan tujuan pria itu datang.

Masalah itu memang tak Ella singgungkan. Ella sengaja menghindarinya. Ella merasa keperluan pria itu datang tak perlu Ella gali lebih dalam. Melihat kedatangan pria tua dengan beberapa ajudan siap siaga mengikuti dan melindunginya, Ella memilih menjaga sikap dan tutur katanya.

Dan sebisa mungkin Ella tak boleh menyebut nama Ken di hadapan pria ini. Sesering pria itu mengumbar senyuman padanya, Ella tak berhasil menemukan secuil rasa nyaman dan aman bersamanya.

Ella seperti berhadapan dengan Ken versi tua.

"Sudah lama kau tinggal di sini?" Pria itu berhasil memecah lamunan Ella.

"Belum terlalu lama." Jawab Ella.

"Dan kau sendirian di sini?" Mata tajam itu meneliti isi rumah Ella. Melihat jumlah barang di rumah ini pria itu pastikan bahwa Ella benar tinggal seorang diri.

Ella mengulum senyum, "anda pengamat yang handal."

"Saya selalu kagum dengan wanita mandiri." Pria itu tersenyum.

"Saya belum pernah melihat anda selama saya tinggal di sini." Ella akhirnya menanyakan maksud kehadiran pria itu berada di area rumahnya. Ia tak menemukan topik yang dapat mengamankan dirinya. Pria itu mengerti.

"Saya memang tidak tinggal di sini, Nona."

"Apa kau sedang mencari seseorang?"

"Iya." Balasnya singkat.

"Sepertinya tetangga ku sibuk bekerja. Ia tidak terlihat beberapa hari ini."

"Oh, kau tau tetangga mu tidak ada." Ucapan pria itu membuka percakapan baru.

Ada jeda sesaat. Ella seperti salah bicara. Ia seperti sedang menjerumuskan dirinya ke liang bahaya padahal niatnya di awal tidak mau menyinggung apapun soal Ken.

Sial!

"Rumahnya selalu sepi." Lirih Ella.

"Apa kau dekat dengannya?" Tatapan pria itu tidak lepas menatap kegugupan Ella.

Ella tampak menimbang sebentar, lalu berujar, "tidak dekat. Tidak begitu kenal juga."

"Apa kau sering bertemu dengannya?"

Ella menatap pria itu sebentar, "tidak juga."

"Tidak pernah maksud mu?"

Ella mengangguk pelan, "kayaknya kami ditakdirkan untuk tidak pernah bertemu. Saya hanya bertemu dengan asisten rumahnya dan saya selalu sibuk di kantor. Saya juga jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar."

"Saya bisa melihat karir anda akan berakhir cemerlang mendengar kesibukan mu." Puji pria itu sambil mengulum senyum.

"Saya melakukan itu karena tuntutan hidup, Tuan." Ella membalasnya.

"Berarti kau sering bertemu sapa dengan asisten rumah sebelah?"

"Begitulah."

"Pasti kalian suka membicarakan tentang keluh kesah kalian, atau tentang orang lain. Saya dengar wanita suka membicarakan itu." Pria itu terkekeh sumbar.

Taste RelieverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang