!!Warning : blood..!!
Enjoyed..
+++++
Sarah terdiam menatap jendela, memandangi punggung anak satu-satunya yang ia miliki.
Sarah memandang punggung Ella dengan binaran harapan semu. Berharap kebahagiaan berpihak pada Ella karena Sarah tak dapat memberikannya. Sebagai seorang Ibu yang gagal membina, Sarah kini berharap anaknya dapat menemukan apa yang ia inginkan saat ini.
Pergi adalah keinginan Ella saat ini, maka Sarah mudah mewujudkannya. Mungkin membiarkan Ella pergi akan mengubah nasibnya.
Namun Sarah tak lagi sendirian, ia bersama seseorang yang kini menemani Sarah.
Sama seperti dirinya terhadap Ella, Sarah cukup terganggu dengan atensinya.
"Kau membiarkannya pergi."
Ken menyila kakinya dengan angkuh, menatap Sarah yang masih memandangi kepergian Ella. Sambil mendoakan yang terbaik pula ia berharap rasa bersalah Sarah terhadap Ella akan berkurang.
Mungkin saja..
"Saya pikir kau akan berubah pikiran. Kau akan membiarkan Ella di sisi mu dan kalian akan memperbaiki hubungan antara anak dan ibu. Rupanya harapan saya hanyalah semu belaka."
Sarah kini berbalik, menatap keangkuhan Ken yang tengah duduk tak jauh dari posisinya. Ken sendirian di sana. tidak ada orang lain yang biasa menemani pria itu diantara mereka berdua.
Entah ke mana para pria yang biasa menemani Ken di sisinya, Ken sendirian dengan jas kebesaran yang membelenggu tubuh tegapnya. Auranya sangat dingin menatap Sarah saat ini, seakan siap melemparkan tembakan yang dapat melumpuhkan kesadaran Sarah.
"Hubungan saya dengan Ella bukanlah urusan mu."
"Oh," Ken melebihkan ekspresinya, "ternyata kau jelmaan iblis."
"Apa bedanya dengan kau? Kita sama halnya dengan iblis—seperti yang kau bicarakan. Bedanya saya seorang Ibu yang masih punya hati untuk anaknya, sementara kau—kau hanya tau apa yang ingin kau taklukan harus kau taklukan."
Ken tersenyum, hampir terkekeh. Pembicaraan mereka tidak memancing jenaka, tapi perut Ken tetap merasa geli. Bahkan merinding mendengar pembelaan Sarah.
"Punya hati katamu?" Ken masih terkekeh, posisinya tidak berubah. Namun tatapannya berubah tajam.
"Kalau kau punya hati, kau akan memilih untuk tetap bersama anak mu meski saya memaksa mu untuk menjauhinya.
"Kalau kau punya hati, kau tidak akan membiarkan anak mu pergi begitu saja setelah saya ancam membunuh mu jika kau tak mengusirnya waktu itu.
"Kalau kau punya hati, kau tidak akan bersama saya dan membicarakan hal ini sekarang."
Ken kini berdiri, kakinya melangkah perlahan mendekati wanita paruh baya itu. Sarah membalas tatapan dingin Ken, tapi ketakutan yang melingkupi Sarah tak dapat disembunyikan dengan mudah.
Tubuh wanita tua itu gemetar menyambut langkah Ken yang semakin dekat.
"Kalau kau punya hati, kau tidak akan ketakutan seperti ini. Sarah.."
"Saya sudah melakukan kemauanmu," suara Sarah mulai meninggi, mencoba memgusir ketakutan dengan meninggikan suaranya tapi hal itu terasa sulit. Ketakutannya kian terasa. "Dia memilih pergi dan harusnya kau senang bukan?"
"Dan kau juga senang melihatnya pergi, Sarah." Ujar Ken.
"Sejujurnya, iya. Lagipula untuk apa juga dia bersama saya. Kalau dia mau bahagia, ya cari aja kebahagiaannya tanpa harus melibatkan saya. Dia bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa harus menyusahkan saya lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/351758480-288-k132033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Reliever
RomanceImpian pernikahan yang Ella idamkan di umur 35 tahun ini harus kandas karena sang kekasih berselingkuh. Setelah putus, Ella bingung sampai frustasi bagaimana ia harus menceritakan akhir kisah cintanya kepada sang Ibu--yang selalu menuntut Ella untuk...