Stupid!

700 72 1
                                    

Mahen kini sedang berada didalam kamar, ia sibuk melamun sembari menatap langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu. Jujur, pikirannya sekarang tengah kalang-kabut, ingatan-ingatan tentang sikapnya yang buruk terhadap Reyhan tiba-tiba saja kembali bermunculan, sampai-sampai dirinya harus mengalami gangguan tidak bisa tidur, atau orang-orang biasa menyebutnya insomnia.

Mahen memejamkan matanya sejenak, ia mencoba untuk melupakan kata-kata Reyhan yang beberapa waktu lalu ia dengar.
Entah mengapa, perasaan bersalah sedikit demi sedikit mulai menghantui dirinya.

Mahen membuka mata, dan mengepalkan kedua tangannya erat.

Mahen tidak marah kepada Reyhan, Mahen hanya merasa kecewa pada dirinya sendiri yang ternyata selama ini sudah sangat jahat kepada sang adik.

Mahen kecewa, Mahen marah dan juga sakit hati secara bersamaan.
Mengapa dirinya sangat jahat pada Reyhan?

Apa sebenarnya salah Reyhan pada dirinya?

Kepala Mahen seketika terasa penuh, isi kepalanya seolah tengah bertengkar hebat saat ini.

"Sshh, argh! Bodoh banget sih lo jadi orang!" Makinya pada diri sendiri, saat sebuah ingatan kembali memenuhi pikirannya.

"Kakak Mahen, suatu hari nanti kita pasti bisa dekat kan, ya? Reyhan pengen banget deket sama kakak, kak"

Mahen kembali memejamkan mata saat sesuatu mulai memenuhi rongga dadanya.

Mahen marah, Mahen kecewa, Mahen lagi-lagi harus membuat seseorang sakit hati karena ulahnya. Mahen marah dan benci pada dirinya sendiri.

Flashback on

Jam di dinding menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Mahen masuk kedalam rumah dengan lesu. Ia benar-benar kelelahan setelah seharian berada di kampus.

Sebenarnya Mahen sudah pulang sejak pukul 5 sore tadi, tetapi karena ada suatu urusan dengan teman-teman satu Band-nya, Mahen dituntut untuk pulang larut.

Tetapi Mahen tidak menyesal sama sekali, karena tak bisa dipungkiri bahwa ia pun menyukai aktivitasnya yang seperti ini.

Mahen memasuki rumah dengan langkah yang loyo, ia tidak melihat sekelebat manusia pun didalam rumah besarnya ini.

Mahen hanya menghela nafas saat kembali menyadari bahwa rumahnya kini terasa sangat sepi.

Mahen mengambil kunci kamarnya dari dalam saku, pergerakannya seketika terhenti saat ia menyadari, bahwa pintu dari sebuah ruangan yang berada tepat disamping kamarnya itu masih sedikit terbuka.

Itu adalah pintu kamar Reyhan.

Entah mengapa, perasaan Mahen jadi sedikit resah, ia pun berjalan mendekati kamar Reyhan, tangan kanan Mahen sudah berada tepat di knop pintu, Mahen ingin mendorong pintu itu sampai...

"Kakak Mahen, suatu hari nanti kita pasti bisa dekat kan, ya? Reyhan pengen banget deket sama kakak, kak"

Deg!

Jantung Mahen seolah berhenti berdetak, saat ia mendengar suara Reyhan.

Suara itu terdengar sangat lirih, Reyhan seperti sedang menahan tangis.

Alih-alih membuka pintu, Mahen malah semakin mendekatkan serta sedikit menempelkan telinganya pada pintu berwarna putih itu, hatinya semakin terasa perih saat Reyhan mulai berbicara dengan suara isak tangis yang terkadang memotong perkataannya.

Mahen seketika merasa gagal, ia merasa hatinya bak ditusuk oleh ribuan pisau, sakit. Mahen merasakan sakit pada hatinya.

Setelah hampir setengah jam Mahen pun berhenti menguping, ia kembali menuju kamarnya saat ia sudah tidak mendengar suara Reyhan lagi.

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang