Kak Daniel?

615 60 1
                                    

Hari ini hari Senin. Orang-orang dewasa biasa menyebutnya sebagai working day, karena memang hari Senin adalah pusatnya orang-orang dewasa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.

Sama halnya dengan seorang laki-laki bernama Daniel Adam Nugraha, pria yang saat ini sudah menginjak usia 25 tahun itu juga nampak sangat fokus pada pekerjaannya yang saat ini tangah mengecek berkas-berkas dari Sofia, sekretaris di perusahaan miliknya.

Sebenarnya ini adalah perusahaan milik almarhum Ayah, tetapi karena Ayah sudah tiada maka Daniel selaku anak pertama yang harus menggantikan posisi Ayah dalam mengurusnya.

Kedua matanya menatap fokus berkas-berkas yang ada dihadapannya dengan tangan yang tidak berhenti menggoreskan tinta pulpen ke kertas penuh tulisan itu.

Fokusnya tiba-tiba saja berhenti, saat ponselnya berdering dengan ribut.

Daniel menghentikan aktivitasnya yang sedang menandatangani banyak berkas, lalu atensinya beralih ke handphone miliknya.

Ia melihat notifikasi pesan dari salah satu orang yang ia sayangi di dunia ini.

Itu adalah Reyhan, sang adik yang usianya paling muda diantara dirinya dan juga Mahen.

Reyhan mengajaknya untuk video call. Tentu saja Daniel segera menjawab panggilan itu.

Daniel tersenyum lebar saat melihat sebuah wajah remaja laki-laki terpampang jelas dilayar handphone-nya.

Itu Reyhan, Reyhan yang sedang tersenyum dengan lebar. Lucu dan tampan sekali.

"Ada apa kak? Kok tadi nelpon?"

"Reyhan tadi masih disekolah. Jadi ngga bisa angkat telpon. Maafin Reyhan ya kak"

Daniel terkekeh saat mendengar sang adik berbicara. Dari dulu adiknya ini selalu saja berhasil membuatnya merasa gemas.

"Kakak kangen aja tadi. Makanya telpon"

"Reyhan baru pulang sekolah dong berarti? Udah makan apa belum?"

"B-belum kak hehe. Reyhan belum laper" ucap Reyhan smbil cengengesan diseberang sana.

"Cepetan makan ya, jam makan siang udah hampir habis ini"

"Jangan sampai telat makan. Obatnya juga jangan lupa diminum loh dek. Biar kamu ngga sakit"

"Satu lagi, kamu harus istirahat yang cukup. Jangan sampai tubuhnya kecapean biar ngga kambuh terus penyakitnya. Kakak khawatir banget kalau udah dapet kabar kamu masuk rumah sakit. Bawaannya pengen langsung pulang kerumah"

"Oh iya, satu lagi. Kamu juga jangan suka begadang kalau malem, biar---"

"Iya kak, iyaa. Udah ah jangan ngomel terus. Reyhan jadi pusing tau"

Reyhan diseberang sana nampak cemberut. Pasalnya setiap kali bertukar kabar, Daniel selalu saja mengkhawatirkan dirinya. Seperti dirinya balita 5 tahun saja. Lagian kan ia dirumah juga tidak sendirian. Ada Bi Ami, dan juga eum... kak Mahen (?) Yang juga ikut menjaganya.

"Kamu kalau dikasih tau selalu kaya gitu dek"

Reyhan hanya cengengesan.

"Kakak Mahen kemana?"

"Kak Mahen lagi kuliah kak, sebentar lagi pasti pul---"

"Permisi, pak. Apa sudah selesai?"

Daniel tersentak saat melihat Sofia sudah ada didalam ruangan pribadinya. Itu terlalu tiba-tiba, perkataan Reyhan sampai terpotong karena dia.

"Sebentar lagi akan segera saya selesaikan. Saya masih bertukar kabar dengan adik saya"

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang