Breakfast

1.1K 97 2
                                    

Alarm yang terletak disamping ranjang single size itu berbunyi nyaring, menandakan bahwa hari sudah berganti, Reyhan segera bangun, dan menatap angka yang terlihat di alarm berbentuk karakter Doraemon miliknya, Reyhan bisa melihat angka 05.00 di alarm itu. Seperti hari-hari biasanya, Reyhan bangun pagi karena ia harus bersekolah.

Sebenarnya bukan itu alasan utamanya. Reyhan bangun pagi karena ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan kakak laki-lakinya, Mahen di meja makan nanti.

"Good morning world!" serunya dengan penuh semangat.

Reyhan segera pergi ke kamar mandi, membersihkan diri lalu memakai seragam sekolahnya, ia sudah rapi sekarang. Reyhan tersenyum lebar, dengan langkah yang penuh semangat ia membawa kedua kakinya turun kelantai satu.

Reyhan bersyukur penyakit yang ia derita tidak mengganggu pagi harinya kali ini, karena biasanya Reyhan akan bangun dengan rasa pusing, disertai dengan mual dan bahkan tidak jarang Reyhan harus muntah darah di pagi hari.

Sangat menyiksa, tapi Reyhan tidak punya pilihan lain selain menjalani hidupnya walaupun penuh dengan rasa sakit.

Reyhan menaruh tas ransel berwarna hitamnya di kursi meja makan, setelah itu ia duduk.

Dihadapannya sudah ada Mahen yang memakan makanannya dengan khidmat. Laki-laki berusia 20 tahun itu bahkan tidak melirik Reyhan sedikitpun.

Reyhan tersenyum lembut, didalam hati ia tidak berhenti bersyukur karena ia masih diberi kesempatan untuk sarapan bersama sang kakak.

Memang, bagi orang lain hal seperti itu adalah hal yang biasa dan memuakkan. Tetapi bagi Reyhan, moment seperti ini adalah yang paling ia sukai, dan Reyhan ingin tetap merasakannya, walaupun hanya setiap pagi.

Saat ia dan Mahen duduk berhadapan, sambil memakan makanan masing-masing. Reyhan suka itu.

Reyhan memakan makanannya dengan mata yang sesekali melirik kearah Mahen. Kakaknya itu terlihat sangat keren. Reyhan jadi iri.

Tubuhnya atletis, rahangnya terlihat tegas. Apalagi wajahnya, terlihat sangat tampan dan keren.

Kadang Reyhan sampai berfikir, mengapa dirinya dan Mahen sangat berbeda? Padahal mereka berdua kan saudara kandung...

"Stop!"

Reyhan tersedak makanan yang baru saja ia telan, ia benar-benar terkejut saat Mahen tiba-tiba bersuara, apalagi disaat Reyhan sedang menatapnya diam-diam.

"Eum i-iya kak? Ada ap---"

"Jangan natap gue terus!" Potong Mahen dingin.

Reyhan menunduk, ia sangat malu.

"I-iya kak, m-maafin Reyhan"

Mahen tidak menjawab, ia segera bangkit dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan Reyhan, yang saat ini masih menghabiskan separuh dari makanan yang ada di piring miliknya.

Reyhan menatap punggung tegap itu dengan penuh keinginan.

Jujur, Reyhan sangat menginginkan kasih sayang dari Mahen, Reyhan ingin diperhatikan, Reyhan ingin berbicara, saling mengobrol dan bergurau dengan Mahen, ia ingin hubungan antara dirinya dengan sang kakak menjadi akur dan dekat. Tidak seperti ini. Mereka berdua memang berada didalam rumah yang sama, atap yang satu, serta kamar yang bersebelahan, tetapi Reyhan merasa kalau dirinya dan sang kakak setiap harinya malah semakin jauh.

"Asal kakak tau, Reyhan bersyukur banget masih bisa ngerasain sarapan bareng sama kakak. Terus kaya gini sampai nanti ya, kak?"

Monolog Reyhan sambil tersenyum, menatap punggung tegap Mahen yang perlahan-lahan mulai menghilang ditelan oleh jarak.

_____________

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang