So Happy

355 36 3
                                    

Setelah Reyhan mengatakan ingin mengunjungi rumah Ayah dan Bunda, Mahen segera meminta izin kepada dokter Sean ---melalui perantara Daniel--- untuk membawa Reyhan keluar dari ruangan. Mahen benar-benar berusaha untuk menuruti kemauan adiknya, walaupun harus disertai sedikit drama antara Daniel dengan sang dokter, karena dokter Sean yang sempat tidak mengijinkan Reyhan untuk keluar dari ruangan, dengan alasan tubuh Reyhan masih lemah dan belum bisa beraktivitas lebih.

Namun, memang benar apa kata pepatah. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, buktinya saja setelah sedikit berseteru dengan dokter Sean, Daniel berhasil mendapatkan izin dari sang dokter.
Reyhan diperbolehkan untuk keluar, namun tetap dalam jangka waktu tidak lebih dari lima jam. Dan ya... Hal itu sudah membuat Mahen maupun Daniel merasa sangat bersyukur.

Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, Daniel dan juga Mahen membawa Reyhan ke beberapa tempat yang ingin ia kunjungi, termasuk makam kedua orangtua mereka.

Hampir satu jam lamanya mereka bertiga berada di makam Adrian dan Raisa. Ketiganya merasa sangat bahagia ketika bisa mengungkapkan seluruh isi hati masing-masing pada dua orang yang telah 'mengadakan' mereka bertiga di dunia ini. Banyak sekali hal-hal yang mereka ceritakan kepada dua gundukan tanah yang bersebelahan itu.

Setelah puas melepas rindu dengan mendiang kedua orangtua dan juga bersenang-senang ke beberapa tempat, tiga saudara itu segera kembali ke rumah sakit, karena bagaimanapun keadaan Reyhan belum sepenuhnya pulih. Anak itu masih membutuhkan perawatan dari alat-alat medis yang ada di rumah sakit.

"Tidur, dek, istirahat. Jangan senyum-senyum sendiri terus" Daniel memperingati Reyhan, lantaran ia melihat Reyhan yang tidak berhenti tersenyum sedari tadi.

"Hehehe, maaf, kak. Reyhan lagi bahagia banget soalnya" Jawab Reyhan dengan sedikit cengiran.

Daniel tersenyum tipis, tak menyangka jika sang adik akan menjadi sebahagia ini, padahal mereka hanya melakukan sedikit refreshing.

"Adek seneng, ya?"

"Bukan seneng aja, Reyhan seneng banget tau, kak!" Melihat Reyhan yang tidak berhenti tersenyum, entah mengapa Daniel malah merasa sedikit sedih.

Daniel juga tak tahu, mengapa senyuman itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya.

Senyuman lebar yang terpatri di wajah manis itu, seakan-akan hanya bisa ia lihat saat ini saja.
Padahal, Reyhan juga sering tersenyum seperti itu.

"Makasih ya, kak, udah ajak Reyhan buat ke tempat-tempat kaya tadi. Reyhan seneng, Reyhan seneeng banget bisa ngerasain liburan ke tempat-tempat yang indah kaya tadi. Sekali lagi makasih, makasih banyak kakak"

Mendengar Reyhan yang berbicara sedikit berlebihan, Daniel mengerutkan keningnya.

"Iya, dek, sama-sama. Adek nggak perlu ngucapin terimakasih sebanyak itu ke kakak. Tadi itu cuman liburan tipis-tipis tau"

"Walaupun kata kakak tipis-tipis, tapi tetep aja Reyhan baru pertama kali ngerasain liburan kaya tadi di waktu usia Reyhan yang udah remaja. Terakhir kali Reyhan liburan kaya tadi kan, waktu Reyhan masih belum sakit leukimia, dan itu udah lama banget tau, kak. Sekitar delapan tahun yang lalu" Reyhan menjawab pernyataan Daniel dengan sedikit menggebu.

"Asal adek tau, kakak bisa bawa kamu ke tempat yang lebih bagus dalam waktu yang lebih lama lagi loh, dek. Tapi syaratnya adek harus sembuh dulu"

"Nanti, kalau adek udah sembuh, kita jalan-jalan sepuasnya. Mau seharian pun kakak ladeni asalkan adek sembuh, dan nggak sakit lagi"

Mendengar perkataan Daniel, Reyhan diam, tidak menjawab karena jangankan Daniel, dirinya sendiri pun sebenarnya sangat berharap bisa sembuh dari penyakit-penyakitnya yang menyusahkan ini.

Namun apa daya, Tuhan sepertinya masih belum mengizinkan Reyhan untuk merasakan kenikmatan itu, sehingga sampai saat ini pun Reyhan masih harus berjuang.

"Hmm, kak Mahen kemana deh, kak, kok dari tadi nggak keliatan?"

Tak ingin semakin larut dalam perasaan yang tidak mengenakkan, Reyhan segera mengganti topik pembicaraan antara dirinya dengan Daniel, agar keadaan tidak semakin canggung.

"Kak Mahen nya lagi pulang kerumah"

"Adek, adek nggak usah sedih, jangan mikir yang enggak-enggak, kak Mahen pulang cuman buat ngambil baju ganti buat adek aja, kok. Sebentar lagi juga pasti balik kesini" Lanjut Daniel yang melihat ekspresi Reyhan yang seketika berubah. Daniel yakin, adiknya itu pasti sudah berfikir yang tidak-tidak.

"Udah sekarang mending adek tidur aja, ya? Istirahat, biar badannya makin cepet sehatnya"

Reyhan mengangguk, ia mengikuti saran dari sang kakak sulung untuk istirahat karena jujur saja, tubuh Reyhan sekarang kembali terasa tidak enak.

Sekujur tubuhnya kembali terasa remuk. Reyhan merasa sangat lelah dan lemas, tetapi ia menahannya sekuat tenaga, agar kedua kakaknya tidak khawatir. Reyhan juga tidak ingin membuat keadaan yang sudah tenang seperti sekarang ini kembali ricuh hanya karena dirinya yang kembali kambuh.

Walaupun Reyhan sangat yakin, jika rasa sakit yang kini mulai terasa di tubuhnya ini adalah rasa sakit yang tidak biasa ia rasakan.

Dan jika boleh jujur, rasa sakit yang ia rasakan sekarang ini sedikit lebih parah dari biasanya. Bahkan reaksi dari obat yang ia minum beberapa menit yang lalu tidak terasa apa-apa jika dibandingkan dengan rasa pusing, sakit, dan nyeri pada sekujur tubuhnya.

'Tuhan, kenapa yang sekarang jauh lebih sakit dari biasanya?' Batin Reyhan seraya mulai memejamkan kedua matanya. Berharap jika rasa sakit yang semakin lama semakin menjalar ini bisa sedikit reda jika ia memejamkan mata, walaupun hanya sebentar.

________________

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang