Bestfriend

899 79 1
                                    

Reyhan tidak ingin terlalu larut dalam perasaannya, ia harus segera menyelesaikan sarapannya dan segera pergi ke sekolah.

Sepuluh menit kemudian Reyhan selesai, ia bersiap untuk berangkat ke sekolah, sebelum benar-benar berangkat Reyhan menyempatkan diri untuk meminum obat, Reyhan tidak ingin penyakitnya kambuh saat disekolah, karena jika hal itu terjadi pasti ia akan menyusahkan banyak orang.

Tiin...

Tiin...

Tiin...

Senyuman Reyhan semakin lebar saat ia mendengar suara bel sepeda motor yang berasal dari luar, tanpa melihat dahulu pun Reyhan sudah sangat hafal, kalau suara itu adalah suara dari motor sahabatnya, Jevano Abraham.

"Den Reyhan, didepan ada Den Jevan" Bi Ami memberitahu Reyhan.

"Iya Bi" Reyhan tersenyum dan menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan bi Ami.

Reyhan segera memakai kaos kakinya, tidak lupa berpamitan kepada Bi Ami, lalu segera berlari kecil untuk menghampiri Jevan.

"Jangan lari-lari, gue tungguin kok!" Seru Jevan saat melihat sahabatnya sedang berlari dengan tergopoh-gopoh.

Reyhan tersenyum lebar saat sudah berada tepat dihadapan Jevan.

"Goog morning Jevan!" ucap Reyhan dengan excited.

"Good morning too!" Balas Jevan dengan senyuman manis di wajah tampannya.

"Udah sarapan belum?" Tanya Jevan.

"Udah, lo sendiri gimana? udah sarapan belum?" Jevan tersenyum tipis, ia diam sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya dengan lesu.

"Kenapa nggak sarapan dulu?"

"Gue nggak laper"

Reyhan menghela nafas, ia tahu Jevan sedang berbohong.

"Sarapan disini aja yu. Kalau nggak sarapan dirumah ntar waktu pelajaran disekolah laper loh" Reyhan menawarkan, Jevan kembali menggeleng.

"Ngga usah Rey, gue beneran nggak laper. Soalnya semalem gue habis makan nasi goreng, kenyangnya sampai sekarang hehe"

Reyhan semakin yakin, jika Jevan sedang berbohong.

"U-udah siap kan? Ayo kita langsung berangkat aja" ucap Jevan memecah keheningan, Reyhan hanya menganggukkan kepalanya lalu segera naik ke motor Jevan.

Disepanjang perjalanan menuju sekolah Jevan dan juga Reyhan hanya saling diam. Sebenarnya Reyhan tahu jika Jevan sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya, tetapi Reyhan memilih untuk tetap diam dan membiarkan Jevan tenang dahulu. Reyhan tidak ingin menambah beban pikiran untuk Jevan.

Reyhan yakin jika sudah waktunya, se-cepat nanti disekolah ataupun se-lambatnya besok bahkan besok lusa, Jevan pasti akan menceritakan masalahnya kepada dirinya.

__________________

15 menit berlalu, kini Jevan dan juga Reyhan sudah sampai disekolah dengan selamat, sekolah masih cukup sepi karena sekarang baru pukul 06.25, itu tandanya bel masuk akan berbunyi 20 menit lagi.

"Rey, kayanya kita berangkatnya kepagian deh. Masa masih sepi gini" ucap Jevan heran, Reyhan yang berada tepat disampingnya pun mengangguk setuju.

Seperti yang Reyhan harapkan. Saling diam dan tetap hening saat di motor tadi mampu membuat mood Jevan sedikit baik. Buktinya sekarang dia yang mengawali topik.

"Iya, eh tapi nggak juga kok Van. Sekarang udah jam setengah tujuh!"

Jevan terkekeh, ia melirik sahabatnya dengan senyum yang tidak pernah luntur.

Sedangkan Reyhan, tidak berbeda dengan Jevan, ia juga melirik Jevan yang terkekeh disampingnya. Jevan menatap lurus ke depan dengan senyuman yang tidak luntur dari wajah tampannya. Reyhan senang saat melihat Jevan sedang tersenyum. Bagi Reyhan senyuman Jevan itu sangat menenangkan, senyuman Jevan di pagi hari seperti ini adalah sebuah semangat tersendiri bagi dirinya.

'Tuhan, tolong jangan biarkan senyuman itu luntur dari wajah Jevan' batin Reyhan.

Di sisi lain, didalam hati Jevan tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan, karena Reyhan pagi ini terlihat sangat semangat, wajahnya juga seolah-olah bersinar. Sangat happy. Kalau boleh jujur, Jevan lebih menyukai Reyhan yang seperti ini daripada Reyhan yang lemas dan berwajah pucat.

Kalau saja Jevan boleh egois, Jevan ingin meminta kepada Tuhan agar Tuhan mengangkat dan menghilangkan penyakit Reyhan dari tubuhnya, agar reyhan bisa hidup dengan tenang seperti manusia seusianya yang lain. Yang tidak harus terbelenggu oleh obat-obatan dan tidak jarang harus bergantung pada peralatan medis, tetapi Jevan juga tidak bisa merubah takdir.

'Ya Tuhan, bisa nggak sih Reyhan kaya gini terus setiap hari? Jevan seneng banget kalau lihat Reyhan kaya gini'

Batin Jevan sembari menatap Reyhan yang kini berjalan dengan jarak yang sedikit jauh dari dirinya. Reyhan berjalan dihadapannya dengan sedikit melompat-lompat. Lucu sekali.

Inilah kisah persahabatan antara Reyhan Jean Nugraha dengan Jevano Abraham.

Mereka berdua bukanlah orang yang sempurna. Bahkan bisa dibilang, mereka berdua adalah dua orang yang sama-sama memiliki luka yang mendalam didalam hati masing-masing.

Mereka adalah dua orang yang sama-sama memiliki takdir dan juga kehidupan yang lucu. Mereka berdua sama-sama memiliki mental bubur, serta hati yang sama remuknya, tetapi mereka tidak pernah menyesali takdir Tuhan. Mereka malah memilih untuk saling melengkapi, saling menyembuhkan luka dengan perlahan, dan tidak pernah lupa untuk saling mendoakan yang terbaik untuk masing-masing.

 Mereka malah memilih untuk saling melengkapi, saling menyembuhkan luka dengan perlahan, dan tidak pernah lupa untuk saling mendoakan yang terbaik untuk masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Jeno/ Jevano Abraham.

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang