Rain

459 53 2
                                    

Suara petir yang menyambar, disertai dengan rintikan air hujan yang mengguyur bumi malam itu seakan menemani tubuh seorang remaja laki-laki yang kini tengah bergulat dengan buku-buku yang menumpuk dihadapannya.

Dengan tangan kiri yang menopang dagu, remaja itu mulai menggoreskan tinta pulpen di tangan kanannya keatas sebuah buku pelajaran dengan malas, ia terdengar menghela nafas panjang berkali-kali.

Remaja itu tidak lain dan tidak salah adalah Reyhan, yang kini sedang menyalin catatan mata pelajaran bahasa Indonesia di buku catatan miliknya. Hari ini Reyhan tidak masuk sekolah karena penyakitnya yang tiba-tiba kambuh saat pagi hari. Jadilah ia harus meminjam buku milik Jevan dan menyalin semua catatan pelajaran yang diajarkan tadi disekolah pada buku catatannya.

Jevan rela menulis semua materi dan menulis tugas-tugas yang diberikan oleh guru, hanya agar Reyhan bisa beristirahat di rumah dengan tenang tanpa harus memikirkan kepada siapa sahabatnya harus menyalin materi. So sweet, kan? Padahal jika dipikir-pikir lagi, pekerjaan Jevan didalam kelas hanyalah tidur, tidur dan tidur.

Reyhan beruntung karena penyakitnya kambuh saat dirinya masih belum berada disekolah, jadi ia tidak merepotkan banyak orang.

Tetapi tetap saja, ia masih merepotkan Mahen dan bi Ami.

Soal Mahen, Reyhan merasa sangat bersyukur karena semakin hari sikap dan perilaku Mahen terhadap dirinya menjadi semakin baik, Mahen juga semakin perhatian.

Reyhan merasa rumahnya kini sudah mulai berubah, suasananya sudah mulai hangat dan ia tidak merasakan kesedihan maupun perasaan takut lagi.

Mahen juga sekarang lebih sering pulang kerumah, laki-laki itu akan langsung pulang kerumah setelah kegiatan pembelajaran di kampus selesai.

Dan sekarang, Reyhan juga mulai merasakan kasih sayang dari Mahen.
Reyhan sangat sangat bersyukur atas nikmat itu.

Ceklek...

Reyhan yang sedang fokus pada buku catatannya reflek menolehkan kepala saat mendengar suara pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang. Reyhan tersenyum ketika netranya menangkap sosok Mahen yang tengah berdiri tepat di pintu masuk kamarnya dengan telinga kanan yang tersumpal oleh earphone. Mahen dingin seperti biasanya, tetapi ia segera masuk kedalam dan duduk di tepi ranjang Reyhan.

"Ada apa, kak?" Tanya Reyhan dengan lembut, ia sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa menatap Mahen dengan jelas.

"Nggak ada apa-apa. Lanjutin" jawab Mahen yang memang datang bukan untuk mengganggu waktu belajar adiknya. Ia hanya ingin menemani Reyhan sekaligus memantau kondisi sang adik, takut-takut jika kejadian seperti malam-malam sebelumnya terulang lagi. Jujur, Mahen sudah sedikit trauma saat melihat kondisi adiknya yang seperti itu.

Dan Mahen mulai merasa, jika ia harus memantau adiknya sebisa mungkin, untuk menghindari hal-hal yang lebih parah dan lebih menyakitkan untuk Reyhan.

Reyhan mengedikkan bahu dan tersenyum kecil, lalu segera melanjutkan aktivitasnya.

_________________

Hening, itulah kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suasana didalam kamar Reyhan saat ini, hanya suara rintikan air hujan-lah yang mewarnai momentum antara dirinya dengan Mahen.

Reyhan mengedipkan matanya beberapa kali, ia nampak menahan kantuk.

"Kalau ngantuk berhenti, besok dilanjutin lagi" ucap Mahen yang sedari tadi memang memperhatikan gerak-gerik sang adik, kepala laki-laki yang lebih muda dari dirinya itu terlihat beberapa kali tertunduk karena rasa kantuk, Mahen terkekeh kecil karena Reyhan terlihat sangat menggemaskan.

"Eum iya, kak" balas Reyhan dengan suara yang sangat lirih, Mahen lagi-lagi hanya terkekeh kecil, karena dari suaranya saja sudah cukup membuktikan bahwa tubuh kecil itu sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.

Reyhan menutup buku-bukunya, lalu berjalan dengan langkah yang lunglai kearah ranjang.

"Udah minum obat?" Tanya Mahen sambil mengusap kepala sang adik yang kini sudah mulai membaringkan tubuhnya diatas ranjang, melihat Reyhan yang hanya mengangguk pelan, Mahen terkekeh gemas. Ia menutupi tubuh kecil Reyhan dengan selimut sampai ke leher, sedangkan Reyhan yang sudah tidak bisa membawa kedua matanya pun hanya terpejam sembari menikmati usapan pada pucuk kepalanya.

Rasanya hangat dan sangat nyaman.

Diam-diam Reyhan tidak berhenti bersyukur didalam hati, ia sangat bersyukur karena Tuhan masih mengizinkan dirinya untuk merasakan semua ini.

Dan tidak membutuhkan waktu yang lama, Reyhan pun mulai terbang ke alam mimpi, disusul dengan usapan tangan Mahen yang mulai melambat, dan setelahnya pun menghilang.

Karena setelah adiknya terlelap, Mahen turut mengikuti Reyhan menuju ke alam mimpi, dengan tangan yang tetap memeluk tubuh Reyhan dari samping.

_________________

Segini dulu ya sayang, semoga ngga mengecewakan & semoga kalian semua suka sama part ini, see you in the next chapter, matur thankyoouuu🙆🏻‍♀️💗.

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang