Bonus Chapter: After Losing Him

369 28 2
                                    

Sudah lima tahun lamanya sejak Reyhan pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Setelah kepergiannya, banyak sekali dampak yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya.

Terutama Mahen, kehidupan laki-laki itu berubah drastis setelah ia kehilangan adik bungsunya. Hidupnya terasa amat sepi, sosok mungil yang biasanya memanggilnya dengan sebutan 'kakak' itu sekarang sudah tiada. Entahlah, mungkin ia lelah, lelah jika harus terus-terusan berhubungan dengan sosok manusia seperti Mahen. Dan daripada hidup dengan lingkaran kehidupan yang menyedihkan, sosok itu lebih memilih untuk pulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa, dimana rasa sakit dan semua keterpurukan yang selama ini ditanggungnya bisa lepas, lepas dan pergi jauh, sejauh dirinya meninggalkan orang-orang yang menyayanginya.

Rasa duka serta kehilangan itu bukan hanya dirasakan oleh Mahen saja, tetapi Daniel maupun Jevan juga turut merasakannya. Terlebih Daniel, lelaki dewasa itu merasa sedih dan menyesal secara bersamaan. Sedih karena sang adik lebih memilih untuk pergi meninggalkan dirinya disaat ia saja berusaha dengan keras agar bisa tetap berada disisi Reyhan, dan menyesal karena di sisa waktu hidup sang adik, Daniel tidak bisa sepenuhnya menemani lelaki mungil itu. Dan lebih buruknya, tuntutan dari pekerjaan kantor lah yang membuatnya harus menjadi seperti ini. Padahal Daniel tahu, bahwa ia dan dua saudaranya yang lain bisa menjadi yatim piatu seperti ini juga karena kedua orangtua mereka yang lebih mementingkan pekerjaan, daripada menikmati waktu bersama keluarga.

Untuk Jevan, sahabat karib dari mendiang Reyhan itu juga turut merasakan duka yang teramat dalam, butuh waktu tiga tahun baginya untuk benar-benar mengikhlaskan kepergian sang sahabat, walaupun setelah berhasil mengikhlaskan kepergian Reyhan pun, hidupnya masih saja hampir kehilangan arah. Karena setelah kepergian Reyhan, yang Jevan rasakan hanyalah rasa sepi, Jevan kesepian karena satu-satunya orang yang biasanya berceloteh tentang berbagai hal dengan dirinya ternyata lebih memilih untuk meninggalkannya. Kini, tidak ada lagi yang bersedia mendengarkan segala keluh kesah Jevan, tidak ada lagi yang menghujaninya dengan ocehan-ocehan beruntun ketika dirinya membuat kesalahan, dan tidak ada lagi yang akan memarahinya karena mengeluh lelah dengan kehidupan. Sosok cerewet itu kini sudah pergi, dimana kepergian itu akan menjadi kepergian yang abadi.

Daniel, Mahen dan Jevan, ketiga manusia yang bisa disebut sebagai 'orang terdekat' dari sang mendiang itu sangat merasakan, bagaimana rasanya kehilangan akan sosok kesayangan mereka.

"Bunga udah, HP udah, rumah juga udah di kunci. Oke, waktunya berangkat" Mahen tersenyum sembari menatap buket bunga mawar berwarna merah yang ia pegang di tangan kanannya, merasa tidak sabar untuk mengunjungi sang adik, setelah hampir dua bulan tidak ia kunjungi.

Iya, Mahen akan mengunjungi makam Reyhan dan kedua orangtuanya pagi ini. Ia sudah cukup lama tidak berkunjung ke makam Reyhan maupun Adrian dan Raisa, lagi-lagi karena tuntutan pekerjaan.

______________

Setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit di perjalanan, Mahen pun tiba di sebuah pemakaman umum, tempat Reyhan, Adrian dan Raisa dikebumikan.

Sebelum mengunjungi makam Reyhan, Mahen mengunjungi makam Adrian terlebih dahulu, karena mau bagaimanapun laki-laki itu pernah menjabat sebagai kepala keluarga di keluarganya. Setelah mengunjungi makam Adrian, Mahen berlanjut ke makam Raisa, barulah setelah itu ia berpindah tempat ke makam Reyhan.

"Adek..."

"Ini kakak, dek..."

"Adek, gimana kabarnya?"

"Gimana keadaan adek disana?"

"Adek bahagia, kan?"

"Adek sekarang pasti seneng banget, ya, bisa kumpul bareng Ayah sama Bunda lagi"

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang