It's you, Kakak?!

717 67 1
                                    

Mahen berdiri tepat dihadapan pintu masuk kamar Reyhan dengan tatapan sendu.

Mahen hari ini pulang kuliah lebih awal karena ia tidak ada kelas di sore hari. Daripada kesana-kemari dengan tujuan yang tidak jelas apalagi tidak ada kegiatan apapun di band-nya, Mahen pun memilih untuk pulang ke rumah.

Entah angin darimana yang mendorong Mahen, tetapi Mahen tiba-tiba merasa sedikit rindu pada rumah, atau lebih tepatnya pada hmm, adiknya...?

Entahlah, Mahen sendiri tidak tahu yakin apa yang ia lakukan saat ini, karena ia datang kembali ke rumah dengan membawa sebungkus makanan yang berisi ayam bakar, makanan kesukaan Reyhan.

Mahen memandang pintu kamar berwarna putih itu, lalu perlahan-lahan mulai membukanya. Mahen sedikit mengernyit saat melihat isi kamar Reyhan, beberapa kali memasuki ruangan ini secara diam-diam, Mahen baru menyadari bahwa isi kamar sang adik ternyata dominan berwarna terang.

Seperti meja belajar yang berwarna putih, wallpaper dinding yang berwarna biru muda, lemari pakaian berwarna putih, serta karpet bulu dilantai yang berwarna kuning.

Isi kamar Reyhan sangat bertolak belakang dengan kamarnya yang bernuansa gelap. Mahen jadi heran, apakah Reyhan bisa tidur dengan suasana kamar yang terang seperti ini?

Mahen menggelengkan kepalanya saat pikiran random mulai menguasai otaknya.

Mahen melihat arloji yang melingkar ditangan kirinya, disana terdapat angka 16.15, mengapa Reyhan belum pulang? Apakah biasanya Reyhan juga pulang se-sore ini?

Entahlah, Mahen pun tidak tahu.
Mahen akan menunggu sampai Reyhan pulang, lalu memakan makanan yang ia bawa bersama sang adik.

Mahen menunggu Reyhan sembari menonton televisi, entah mengapa Mahen merasa waktu berjalan dengan sangat lambat.

Padahal belum setengah jam ia menunggu, tetapi rasanya itu sudah sangat lama.

Apakah ini adalah efek karena Mahen terlalu merindukan sang adik?

Entahlah, tidak ada yang mengetahui perasaan Mahen kecuali dirinya sendiri dan juga Tuhan.

"Lama banget ck, Reyhan kemana ya" Racau Mahen sembari mencuri-curi pandang kearah pintu utama.

Sampai saat ini, masih belum ada tanda-tanda Reyhan masuk kedalam rumah.

Mahen jadi sedikit khawatir.
Bagaimana jika Reyhan ternyata mendapat masalah diluar sana? Bagaimana jika penyakit Reyhan kambuh ditempat umum?

Ah, Mahen jadi panik sendiri saat memikirkannya.

Mahen pun memutuskan untuk mencari Reyhan, ia mengambil kunci motornya di kamar, lalu segera pergi dari rumah.

Tetapi hal tak terduga kembali terjadi, karena saat baru saja Mahen membuka pintu, ternyata Reyhan sudah berada tepat dihadapan pintu masuk. Mahen pun sedikit terkejut, tetapi ia segera menetralkan ekspresinya.

Mahen masih terlalu gengsi untuk mengungkapkan rasa khawatirnya pada Reyhan.

"Eum, kakak ada di rumah? Kakak nggak kuliah?" Tanya Reyhan dengan wajah yang berbinar.

Jujur, Reyhan merasa senang saat melihat Mahen ada dirumah.
Kerena biasanya Reyhan tidak akan bisa melihat keberadaan sang kakak kecuali pada saat pagi hari, itupun hanya saat mereka berdua berada di meja makan. Jika Reyhan terlambat bangun lima menit saja, peluang itu akan hilang.

Setelah sadar dihadapannya kini ada orang yang lebih tua darinya dan Reyhan harus menghormatinya, Reyhan segera mengambil tangan kanan Mahen, dan mencium punggung tangan kekar itu.

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang