Cimol

454 50 0
                                    

Disaat semua masalah seperti membuatmu ingin berhenti dan menyerah pada kehidupan, pasti akan ada setidaknya satu alasan untukmu tetap bertahan sampai sekarang.

Jangan pernah berfikir untuk menyerah, cobalah untuk percaya pada dirimu dan juga Tuhan.
Percayalah, bahwa Tuhan tidak akan sejahat itu untuk membiarkanmu tetap merasa sedih dan kecewa.

Dan percayalah, bahwa Tuhan pasti akan mengganti semua rasa sakit dan kecewa yang engkau rasakan saat ini dengan kebahagiaan yang tiada akhir, dan bahkan tidak akan bisa diukur oleh logika.

Sama halnya dengan kehidupan Reyhan yang awalnya sangat menyakitkan, dan sekarang semua hal menyakitkan itu seakan sudah terobati, hanya dengan sikap Mahen yang mulai berubah.

Dan pada akhirnya, Reyhan mulai merasakan ketenangan, kehangatan dan kenyamanan didalam rumahnya.

Sama seperti yang ia impikan.

Hari ini hari Kamis, Reyhan pulang dari sekolah dijemput oleh Mahen karena Jevan tadi pagi mengirimkan kabar jika dia sedang tidak enak badan dan sudah izin ke wali kelas, jadi Reyhan pun terpaksa berangkat dan pulang dengan Mahen.

Biasanya jika seperti ini, Reyhan akan berangkat dan pulang kerumah naik bus atau taksi, berhubung sekarang hubungannya dengan sang kakak sudah lebih baik, ditambah dengan Mahen yang juga kebetulan sedang libur kuliah, maka Mahen bersedia dan menawarkan diri untuk mengantar dan menjemput dirinya.

Mobil Mahen berhenti tepat didepan gerbang sekolah yang dulu juga pernah ia tempati untuk menuntut ilmu, sontak keberadaan mobil mewahnya mengundang berbagai pandangan dari para siswa-siswi disekolah elit itu. Ada yang menatap mobilnya dengan kagum, ada juga yang menatapnya dengan tatapan bingung dan terkejut yang sulit untuk Reyhan artikan.

Reyhan tidak menghiraukan tatapan-tatapan aneh yang siswa-siswi itu tujukan untuknya, toh bukan urusannya juga.

Reyhan masuk kedalam mobil dengan sebungkus makanan berbentuk bulat-bulat ditangannya. Reyhan membelinya saat menunggu Mahen tadi. Ia mencium punggung tangan Mahen, setelahnya mulai memasang seat belt untuk mengamankan tubuhnya.

"Beli apaan tuh?" Tanya Mahen memecah keheningan, setelah mobilnya melaju dan meninggalkan lingkungan sekolah.

"Cimol" Jawab Reyhan menatap bungkus plastik ditangannya.

"Kakak mau?" Reyhan menyodorkan cimol nya pada Mahen, Mahen menggeleng.

"Nggak"

"Ngapain beli makanan kaya gitu sih dek? Itu kan nggak sehat, nggak baik juga buat kamu"

Reyhan mengernyit, tidak setuju dengan pernyataan sang kakak yang menurutnya merendahkan cimol kesukaannya.

"Apa kakak bilang? Ini enak tauu, terus pedagangnya juga nggak jorok kok. Jadi ini sehat" Ucapnya membantah pernyataan Mahen, kemudian memasukkan satu buah cimol ke mulutnya.

"Kakak nggak boleh kaya gitu kak, itu sama aja kakak menghina usaha orang. Menghina orang itu salah satu perbuatan jahat, kakak mau dipanggil orang jahat?"

"I-iya maksud kakak bukan kaya gitu, dek. Maksudnya tuh----"

Tiinn!...

"Shit!" Mahen mengumpat saat sebuah sepeda motor menerobos lampu merah dengan seenaknya, mobilnya nyaris saja menabrak pengendara motor itu jika saja tidak ia rem dengan segera.

Mahen menatap Reyhan yang ada disampingnya, wajah anak itu terlihat sangat shock dan memucat. Bentuk cimol ditangannya juga sudah gepeng semua karena tak sengaja dia remas dengan keras.

"Adek? Adek nggak apa-apa, kan?"

"Kaget, ya?" Mahen menepikan mobilnya di area jalan yang lumayan sepi, ia segera melepas seat belt miliknya dan milik Reyhan, dan membawa tubuh kecil yang masih mematung diam itu kedalam dekapannya.

Tolong ingatkan Mahen jika terkejut itu bukanlah hal yang baik untuk kesehatan sang adik, apalagi penyakit Reyhan akhir-akhir ini sering kambuh.

"Ada yang sakit?"

"Bilang sama kakak, apanya yang sakit, hm?"

"Maafin kakak, ya. Kakak kurang hati-hati tadi. Orangnya tiba-tiba banget, dek. Jadi kakak reflek nginjak rem karena kaget. Maafin kakak, ya?"

Diam, manusia mungil di dekapannya itu masih saja diam seribu bahasa. Mahen mengernyit heran, ia menunduk untuk melihat wajah manis sang adik yang kini tengah menunduk.

"Adek?" Reyhan mendongak.

"Ditanyain kok diem aja, sih?"

"Ada yang sakit nggak?"

"Enggak ada, kak" Jawab Reyhan singkat.

Sedetik kemudian Reyhan mengerucutkan bibirnya.

"Nggak ada yang sakit tapi kok mukanya cemberut gitu, kenapa? Kakak kan udah minta maaf"

Reyhan lagi-lagi diam, ia menunduk dan menatap bungkus plastik cimol nya yang sudah kusut, pun dengan cimol nya yang sudah tidak layak untuk di konsumsi lagi.

"Cimol aku udah nggak bisa dimakan lagi, kak. Tadi aku kaget banget, terus aku reflek remas cimol nya, sekarang cimol nya udah jadi gepeng..." Tangannya terangkat untuk menunjukkan bungkus cimol nya yang sudah sangat kusut pada Mahen. Wajahnya benar-benar ditekuk dan itu malah membuat Mahen ingin tertawa.

Tetapi ia menahannya dengan sekuat tenaga, agar adik manisnya tidak semakin badmood.

"Kakak jangan ketawa! Aku lagi kesel tauu!" Reyhan marah, ia benar-benar marah karena cimol yang tadi ia beli dengan harga tujuh ribu dan masih ia makan sekitar lima biji itu harus ia buang hanya karena seorang pengendara motor yang menerobos lalu lintas. Kesal, Reyhan merasa sangat kesal saat ini!

"S-siapa yang ketawa? Kakak nggak ketawa, kok" Elak Mahen.

"Aku liat sendiri tadi, kakak nutupin mulut pakai tangan, pasti lagi ngetawain aku kan?!"

"Nyebelin, kakak nyebelin. Yang bawa motor tadi juga nyebelin. Kesel, pokonya aku kesel banget!" Emosi Reyhan sudah memuncak, ia memalingkan wajahnya kearah jendela dengan tangan kiri yang masih meremas bungkus cimolnya.

"Iya-iya kakak minta maaf, ya. Nggak boleh kesel sama orang lain dong sayang, nggak baik"

"Apalagi sama kakaknya sendiri. Dosa loh"

"Diem, aku lagi kesel! Aku lagi badmood!"

"Iya kakak diem, tapi kakak dimaafin, kan? Reyhan nggak marah sama kakak, kan?"

"Nanti kakak beliin cimol lagi deh, gimana? Mau berapa? Satu truk pun kakak beliin asal nggak ngambek lagi sama kakak"

Reyhan yang mendengar itupun langsung membalikkan badan dan menatap Mahen.

"Iya, aku udah nggak ngambek lagi kok! Tapi kakak harus beliin aku cimol dua puluh ribu, ya!"

'Buset dah adek gue, makanan kenyal-kenyal kaya gitu doang masa suka banget, heran' batin Mahen bergejolak.

______________

See u in the next chapter and matur nuwun, luv u all ’💗‘

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang