Reyhan terbangun dari tidurnya pada pukul 19.00, ia bangun dengan tubuh yang masih lemas, bahkan reyhan merasa tubuhnya semakin parah sekarang.
Tubuhnya lemas, tetapi perutnya sangat lapar. Reyhan ingin bangun lalu makan malam di lantai bawah, tetapi entah kenapa rasanya ia sangat malas hanya untuk beranjak dari tempat tidur.
Setelah beberapa saat diam, Reyhan pun memutuskan untuk bangun.
"Ck, bau tokek" ucapnya pada dirinya sendiri, saat ia mencium bau keringat bercampur dengan bau obat yang berasal dari tubuhnya.
Reyhan segera mandi, setelah selesai mandi dan membersihkan diri, Reyhan pun menuju ke lantai satu, berniat untuk makan.
Ia mulai mendudukkan pantatnya di kursi makan, matanya menelisik ke seluruh rumah, dan Reyhan tersenyum tipis saat kembali menyadari satu hal.
Tidak ada satupun anggota keluarganya saat ini. Rumahnya terasa sangat sepi.
Reyhan menghela nafas berat, disaat seperti ini entah mengapa pikirannya pasti akan kembali tertuju kepada suatu moment, yakni pada saat Ayah dan juga Bunda masih ada di dunia ini, masih bersama dengan dirinya dan juga kakak-kakaknya, serta masih bersama-sama saat makan malam seperti ini.
Reyhan rindu, Reyhan sangat merindukan moment-moment itu.
Kalau bisa, Reyhan ingin merasakan moment-moment seperti itu kembali walaupun hanya sebentar. Reyhan ingin, Reyhan sangat ingin.
Tetapi Reyhan juga tidak boleh egois. Tuhan lebih sayang kepada kedua orangtuanya. Dan Reyhan harus bisa menerima kenyataan itu, bagaimanapun caranya.
"Ayah, Bunda, Reyhan kangen banget sama kalian..."
Reyhan kembali menghela nafas panjang, ia benar-benar galau sekarang.
"Ayah, Bunda, kalian temenin Reyhan makan ya..." Lirih Reyhan dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
Reyhan memakan makanan yang sudah disiapkan oleh Bi Ami tadi sore sebelum beliau pulang. Bi Ami sudah tidak ada dirumah Reyhan lagi saat ini, beliau sudah pulang kerumahnya karena jam kerjanya memang mulai pagi sampai sore hari. Reyhan menghangatkan makanan itu di Microwave, lalu memakannya dengan tenang.
Sepuluh menit kemudian, Reyhan selesai. Setelah berdiam diri sambil menonton televisi sebentar, Reyhan memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan meminum obat disana.
Sebenarnya Reyhan sedang menunggu kedatangan Mahen, ia mengisi waktunya dengan belajar dan mengerjakan beberapa tugas, tetapi karena jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam dan ia belum juga melihat Mahen memasuki rumah, Reyhan pun memutuskan untuk berhenti belajar dan menyerah, ia tidak akan menunggu kedatangan kakaknya lagi.
Ia mengambil setidaknya lima botol kaca berwarna gelap dari dalam laci meja belajarnya, dan mengambil satu butir obat dari setiap botol.
Reyhan menghela nafas panjang saat ia kembali dihadapkan oleh kenyataan bahwa ia kini kembali ke aktivitas harian yang tidak boleh sekalipun dia lewatkan, yakni meminum obat.
Reyhan menatap jenuh lima butir obat yang kini sudah berada di telapak tangannya, jujur Reyhan sudah muak dengan benda berbentuk lonjong itu.
Tetapi lagi-lagi ia tidak bisa melakukan apa-apa, karena jika bukan karena benda ini, hidupnya pasti sudah berakhir sejak lama.
Selesai meminum obat, Reyhan yang merasa jenuh pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sekarang ini waktu sudah sangat malam, tetapi entah kenapa Reyhan tidak merasakan kantuk sedikitpun.
Matanya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru muda, terdapat ornamen bulan dan juga bintang disana. Almarhum Ayah yang memasangnya ketika Reyhan masih berusia 7 tahun, dan itu berarti Ayah memasangnya 1 tahun sebelum dirinya pergi meninggalkan dunia.
Reyhan menolehkan kepalanya kesamping, ia melihat sebuah foto berbingkai yang terpajang dengan apik di meja kecil disamping ranjangnya.
Di foto itu ada Ayah, Bunda, Kakak Daniel, Kakak Mahen, dan juga dirinya sendiri.
Ayah dan Bunda masih muda, begitu juga dengan dirinya dan Mahen. Mereka berdua masih sama-sama kecil, kecuali kakak Daniel yang saat itu sudah menginjak usia remaja.
Ia mengambil foto itu, lalu mengusap lembut foto yang menampilkan keluarganya yang masih utuh.
Semua orang nampak tersenyum dengan lebar disitu, kecuali Mahen yang memang sudah berwajah datar sejak kecil. Tetapi walaupun dia tidak ber-ekspresi apapun, ia juga tidak kalah tampan dengan dirinya, Ayah dan juga kak Daniel yang berpose tersenyum.
"Kakak Mahen, suatu hari nanti kita pasti bisa dekat kan, ya? Reyhan pengen banget deket sama kakak, kak"
Monolognya sembari tersenyum tipis, lalu kembali merebahkan tubuhnya. Reyhan memeluk foto yang diambil setidaknya hampir sepuluh tahun yang lalu itu.
Reyhan memejamkan mata saat ingatan-ingatan indah itu mulai berputar kembali didalam otaknya, bak kaset yang rusak.
Reyhan benci pada dirinya sendiri saat ia kembali mengingat ini semua.
Padahal saat Ayah dan Bunda pergi, ia masih belum terlalu besar. Usianya baru 8 tahun, tapi mengapa ingatannya begitu kuat? Kadang Reyhan juga heran dengan dirinya sendiri."Ayah, Bunda... Kalian sekarang ada disamping Reyhan kan, ya?"
"Ayah, Bunda... Semenjak kalian pergi, Reyhan jadi kesepian banget tau"
Ucap Reyhan lirih, air matanya kembali turun saat ia mencium foto itu dengan lembut.
"Ayah, Bunda. Ayo kita ketemuan di mimpi Reyhan. Reyhan kangen banget sama kalian..."
"Aku tunggu kalian di mimpi aku"
"Jangan lupa dateng, ya? Reyhan bakalan tungguin kalian"
"Selamat malam kakak Daniel, Kakak Mahen. Reyhan sayang banget sama kalian..." Reyhan kembali mencium foto Daniel, Mahen, Ayah dan juga Bunda secara bergantian.
Setelah itu Reyhan memutuskan untuk tidur. Selain obatnya mulai bekerja dan menimbulkan rasa kantuk, ia juga mulai tidak kuat menahan rasa sakit pada tubuhnya. Karena demi apapun, Reyhan merasa tubuhnya semakin melemah, ditambah dengan sekujur tubuhnya yang terasa sakit. Entahlah, ia bisa pergi ke sekolah atau tidak besok. Yang jelas Reyhan sudah pasrah.
Reyhan tidur bukan berarti menyerah pada dunia. Tidak, Reyhan belum menyerah. Ia hanya ingin beristirahat, agar semua bebannya hari ini bisa ia lupakan, walaupun hanya semalam.
__________________
"Miss with people who aren't even in this world again, It's a definitely of pain"
-ZazaThank you for reading, see u in the next chapter and luv u all(✿^‿^).
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN [END]
General Fiction[Brothership not BxB] Kisah seorang Reyhan Jean Nugraha yang berusaha untuk mendapatkan kasih sayang dari sang kakak, Mahen Desta Nugraha. Huang Renjun as Reyhan Mark Lee as Mahen Lee Jeno as Jevano