"Hasbi..."
"T-tolongin gue Bi... S-sakit banget..."
Kedua mata Hasbi terbelalak sempurna saat melihat sosok yang tadinya ia kira sedang tertidur itu ternyata memang benar orang yang ia maksud.
"Loh R-Reyhan? Lo kenapa Han?" Tanya Hasbi mendekati tubuh kecil temannya, Hasbi berdiri dihadapan Reyhan yang sedang duduk dengan kaki yang diangkat keatas kursi halte.
Iya, sosok yang Hasbi yakini adalah orang yang ia kenali itu, ternyata memang benar, dia adalah Reyhan.
Yang membuat Hasbi takut, panik dan juga terkejut di waktu yang bersamaan adalah, kondisi Reyhan yang kini sudah sangat acak-acakan.
Bagaimana tidak, anak itu terlihat sangat kacau saat ini dengan darah yang mengotori sekujur tubuhnya, dan mata yang terlihat sembab akibat terlalu lama menangis.
"G-gue, gue---"
"Hmmph"
Huek!
Huek!
Huek!
Hasbi tidak tahu apa yang terjadi pada Reyhan. Melihat Reyhan yang memuntahkan darah dan menangis, Hasbi semakin panik dan kalut, ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia pun mencoba untuk menelepon Jevan sembari berusaha membantu Reyhan dengan memijat tengkuknya perlahan.
"Hasbi s-seragam lo..." Hasbi jadi heran sendiri kepada Reyhan. Bahkan di tengah rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, anak itu masih mengkhawatirkan seragamnya yang terkena muntahan dari mulutnya.
"M-maaf..."
"Udah nggak apa-apa. Nanti gue cuci kok. Lo gimana, udah mendingan?" Tangan Hasbi yang semula berada di tengkuk Reyhan, kini sudah berganti tempat dan kini telapak tangan yang lebar itu mengusap kepala Reyhan dengan lembut.
Karena se-nakal-nakalnya Hasbi, se-jahil-jahilnya Hasbi pada Reyhan, Hasbi tetaplah pribadi yang lembut dan penyayang.
Apalagi melihat kondisi Reyhan yang sekarang, ia merasa sangat tidak tega, ia ingin segera membawa Reyhan ke rumah sakit, tetapi hujan yang turun malah semakin deras.
Maka dari itu Hasbi pun mencoba menghubungi Jevan tanpa henti. Sedari tadi Hasbi sibuk menelepon Jevan karena yang Hasbi tahu, Jevan dan Reyhan adalah teman baik.
"S-sakit Bi..." Melihat Reyhan yang menangis, Hasbi pun membawa tubuh kecil itu kedalam dekapannya, Hasbi tidak peduli jika seragamnya harus kotor karena noda dari Reyhan.
"Iya bentar, tahan dulu, ya. Gue coba telpon Jevan ini. Sabar, ya..." Hasbi mengusap-usap punggung Reyhan yang bergetar, Hasbi tidak tahu rasa sakit apa saja yang tengah Reyhan rasakan saat ini. Tetapi hanya dengan melihat sekujur tubuh Reyhan saja, Hasbi sudah sangat mengerti jika anak itu sekarang tengah menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Hasbi mengucap syukur didalam hati saat dalam beberapa kali mencoba menelepon, akhirnya Jevan mengangkat panggilannya.
"Jevan!"
"Hm, ada apa?"
"Jev, ini Rey---"
Huek!
Huek!
Huek!
Hasbi menyimpan handphonenya didalam saku celana ketika Reyhan kembali memuntahkan darah. Ia sibuk menenangkan Reyhan sampai-sampai dia lupa dan tak menghiraukan Jevan yang sedang mengoceh di seberang sana.
"Bi? Halo?"
"Jangan sampe lo nelpon gue cuman buat pamer kalau lo udah sampe di rumah. Gue masih disekolah ini, nggak bisa keluar hujannya deres banget soalnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN [END]
General Fiction[Brothership not BxB] Kisah seorang Reyhan Jean Nugraha yang berusaha untuk mendapatkan kasih sayang dari sang kakak, Mahen Desta Nugraha. Huang Renjun as Reyhan Mark Lee as Mahen Lee Jeno as Jevano