06.05 WIB.
"Selamat pagi, Kakak!" Sapa Reyhan dengan wajah yang berseri-seri, anak itu juga sudah selesai memakai seragamnya. Mahen tersenyum tipis dan mengangguk.
"Selamat pagi juga, Adek" Balas Mahen.
Reyhan tersenyum manis, ia mendudukkan tubuhnya diatas kursi dan segera menikmati sarapannya tanpa ada basa-basi lagi dengan Mahen.
Bukan, bukannya Reyhan tidak ingin bercengkerama dengan sang kakak, tetapi Reyhan merasa jika aura Mahen saat ini agak menyeramkan.
Laki-laki itu terlihat sedang tidak baik-baik saja, yang Reyhan tidak tahu pasti apa penyebabnya.
Selesai makan, Reyhan pun diantar oleh Mahen ke sekolah. Suasana di dalam mobil terasa sunyi dan sedikit canggung bagi Reyhan, karena tidak ada percakapan apapun diantara kedua insan itu.
"Eum... Kakak" Setelah sekian lama bungkam, Reyhan akhirnya memberanikan diri untuk mengawali percakapan.
"Hm?"
"Habis ini kakak langsung berangkat kuliah?" Mahen melirik Reyhan sejenak, kemudian tersenyum tipis.
"Iya" jawab Mahen singkat.
Reyhan mengangguk pelan, dan setelah percakapan singkat itu, keduanya tidak ada lagi yang bersuara, karena Mahen fokus pada jalanan dan Reyhan fokus pada objek-objek yang ada disepanjang perjalanan.
Setelah sampai, Mahen menghentikan mobilnya tepat didepan gerbang sekolah.
"Nanti kakak jemput kaya biasanya. Kalau datangnya agak telat Adek tunggu aja, oke?" Reyhan membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum. Setelah berpamitan dan mencium punggung tangan yang lebih tua, Reyhan segera pergi ke sekolah sedangkan Mahen kembali menginjak pedal gas untuk menuju kampusnya.
________________
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, itu artinya sudah waktunya Reyhan untuk pulang kerumah. Reyhan berjalan di sepanjang koridor dengan mengerucutkan bibirnya, anak itu terlihat sangat lelah setelah menghabiskan waktu selama tiga jam berturut-turut untuk belajar matematika dan kimia.
Reyhan berjalan sendirian, tidak ada Jevan disini karena sejak istirahat pertama sampai pulang, anak itu tidak ia ketahui keberadaannya.
Iya, benar. Jevan memutuskan untuk membolos karena dua mata pelajaran terakhir dikelasnya adalah matematika dan kimia. Laki-laki dengan eyes smile itu sangat membenci yang namanya pelajaran matematika dan kimia, apalagi fisika.
Jangankan masuk kedalam kelas dan mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika mendengar nama mapel-nya saja sudah membuat otak Jevan berasap. Oke yang ini memang terlalu lebay, tetapi kenyataannya, pelajaran itu memang dibenci sekaligus disukai oleh sejuta pelajar."Cil bocil!"
"Cil!"
"Woi, kecil!" Langkah kaki Reyhan terhenti saat indera pendengarannya menangkap sebuah suara seseorang yang sangat menjengkelkan baginya. Dan sayangnya, suara menjengkelkan itu sudah tidak asing lagi di telinganya.
Karena pemilik suara itu adalah seorang Hasbi Sadewa, teman beda kelasnya yang sangat hobi menjahili dirinya.
Reyhan membalikkan badannya dengan malas, dan menatap Hasbi dengan tatapan sinis.
"Apa?" Reyhan menatap Hasbi yang tengah menampilkan cengirannya dengan malas, wajah tengil Hasbi itu terlihat sangat menjengkelkan bagi Reyhan. Apalagi saat ini ia sedang merasa sangat lelah.
"Manggil aja sih gue" Reyhan memasang wajah datar. Perasaannya sudah tidak enak saat laki-laki itu memanggilnya. Dan lihat kan, apa yang Hasbi lakukan? Nampaknya, Hasbi sekarang memang sedang berusaha membuat darahnya mendidih.
Reyhan menghela nafas panjang, "Lo tuh bener-bener, ya!"
"Loh kok emosi. Gue kan cuman nyapa. Sebagai teman yang baik dan juga untuk mempererat tali silaturahmi, kita harus saling menyapa Cil. Karena kunci dari pertemanan itu ya komunika--"
"Diem, Jangan ngomong terus! Pusing gue dengernya!"
"Idih apaan kok sinis gitu ke gue. Emang boleh se-sinis itu?" Bukannya berhenti untuk mengganggu, Hasbi malah semakin melancarkan aksinya. Ia mencolek dagu Reyhan, membuat sang empu merasa semakin kesal.
"Apa sih, nggak usah jahil deh!" Reyhan menepis tangan Hasbi dari dagunya. Bukannya merasa tersinggung atau sedih, Hasbi malah tertawa melihat wajah kesal Reyhan.
Selain suka menyanyi dan bermain basket, Hasbi juga mempunyai satu hobi lagi, yakni menjahili Reyhan.
Baginya, tidak mengganggu kehidupan manusia mungil itu, hari-harinya akan terasa hampa dan seperti ada sesuatu yang kurang.
"Ipi sih, nggi isih jihil dih. Nyenyenye kaya cewe" Reyhan memelototi Hasbi, dan...
Bugh!
"Aduh! Sakit Rey" Hasbi meringis saat Reyhan meninju perutnya dengan kencang, tetapi walaupun Reyhan sudah mengeluarkan semua tenaganya, hal itu tetap tidak terlalu menyakitkan untuk Hasbi.
"Masih ngatain gue kaya cewe? Habis ini gue tonjok muka Lo biar nggak bisa cengengesan kaya gitu lagi" Ucap Reyhan dengan nada yang dingin, Hasbi lagi-lagi harus menahan tawa.
Ayolah, ini sangat menyenangkan.
"Oh iya satu lagi buat Lo, jangan panggil gue pake nama kecil atau bocil, atau Acil, atau apalah itu, gue nggak suka. Gue itu punya nama! Nama gue Reyhan. Inget, Reyhan. R.E.Y.H.A.N" Hasbi memanyunkan bibirnya seolah mengejek, dan hal itu membuat Reyhan merasa semakin kesal.
"Dan jangan manggil gue kecil atau pendek lagi, gue itu sebenernya tinggi, kok!" ucapnya menggebu-gebu, Hasbi mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti akan perkataan Reyhan.
Padahal Hasbi tengah mati-matian menahan tawa.
"Iya, tapi masih tinggian gue, kan?"
Reyhan menatap Hasbi dengan wajah yang ditekuk. Anak itu benar-benar kesal pada Hasbi.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Reyhan pun meninggalkan Hasbi dengan perasaan kesal. Kakinya ia hentak-hentakkan pada lantai koridor sekolah, pertanda bahwa anak itu sudah sangat kesal.
Reyhan itu tinggi. Ia sangat tidak suka saat dipanggil pendek ataupun kecil, apalagi jika yang memanggilnya seperti itu adalah Hasbi.
"Cil, hati-hati kalau jalan, jangan sampai kesandung loh, ya!"
"NYENYENYE, HASBI BERISIK!" Hasbi tertawa puas saat Reyhan memberikan jari tengah kepada dirinya, tetapi setelahnya Hasbi pun terdiam saat ia kembali sadar akan sesuatu.
"Loh iya, gue ada ekstra!" Monolognya dengan heboh, sedetik kemudian Hasbi segera berlari kearah lapangan basket karena hari ini ia ada kegiatan ekstrakurikuler. Saat bermain basket, Hasbi adalah salah satu anggota dari tim basket sekolah yang didalamnya juga ada sahabat baik Reyhan, siapa lagi kalau bukan Jevano Abraham.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN [END]
General Fiction[Brothership not BxB] Kisah seorang Reyhan Jean Nugraha yang berusaha untuk mendapatkan kasih sayang dari sang kakak, Mahen Desta Nugraha. Huang Renjun as Reyhan Mark Lee as Mahen Lee Jeno as Jevano